KABARBURSA.COM - PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) baru saja mengumumkan hasil kinerja keuangan tahun 2024 yang solid, meskipun ada tantangan di pasar ritel. Laba bersih perseroan mengalami lonjakan signifikan sebesar 22,5 persen year on year (yoy), yang mendorong manajemen untuk memberikan dividen tunai kepada pemegang sahamnya.
Berdasarkan paparan publik yang disampaikan pada 7 Maret 2025, Matahari mencatatkan laba bersih sebesar Rp828 miliar pada 2024, berkat pengelolaan biaya yang lebih efisien, terutama dalam hal beban bunga dan depresiasi yang lebih rendah. Walau penjualan turun sedikit sebesar 2 persen yoy menjadi Rp12,3 triliun, perusahaan berhasil mencatatkan margin kotor yang sedikit meningkat, mencapai 34,6 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 34,2 persen.
Keberhasilan ini juga didorong oleh perputaran persediaan yang lebih cepat dan lebih segar, serta penutupan 13 gerai yang tidak produktif, yang berkontribusi pada tambahan EBITDA sebesar Rp13 miliar.
Dengan kondisi keuangan yang sehat, ditandai dengan kas bersih Rp399 miliar dan ekuitas yang naik signifikan menjadi Rp326 miliar (dari Rp31 miliar pada 2023), perseroan mengumumkan pembagian dividen tunai final sebesar Rp300 per saham untuk tahun buku 2024. Total dividen yang dibagikan mencapai Rp677 miliar, dengan payout ratio mencapai 81,7 persen. Pembayaran dividen akan dilakukan pada tanggal 29 April 2025, dengan catatan pemegang saham yang terdaftar pada 23 April 2025.
Dividen yang menarik ini tentunya menjadi sinyal positif bagi para investor, yang melihat prospek perusahaan semakin cerah. Selain itu, perseroan juga mengumumkan adanya rencana buyback saham sebesar Rp150 miliar yang akan dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari RUPS.
Fokus Strategis di 2025
Matahari juga mengungkapkan strategi mereka untuk tahun 2025, yang mencakup penguatan merek eksklusif, ekspansi ke kategori baru seperti perlengkapan rumah, serta fokus pada konsumen sensitif harga melalui strategi pricing dan promosi yang lebih tajam. Renovasi 13 gerai utama juga menjadi prioritas untuk memastikan bahwa pengalaman belanja tetap relevan dengan kebutuhan konsumen saat ini.
Selain itu, Matahari mengoptimalkan saluran omnichannel mereka dengan memperluas ekspansi ke platform seperti TikTok Shop dan marketplace lainnya, serta meningkatkan kolaborasi dengan Key Opinion Leaders (KOL) mikro dan memperkuat konten video dan live streaming.
Meski begitu, perseroan masih menghadapi tantangan eksternal yang signifikan. Belanja konsumen masih lambat pulih pasca-pandemi, dengan banyak konsumen yang kini semakin selektif dan lebih fokus pada tabungan. Situasi ini diperburuk dengan meningkatnya pinjaman pribadi. Matahari harus bekerja ekstra keras untuk beradaptasi dengan tren belanja konsumen yang semakin berubah, terutama di tengah stagnasi penjualan di sektor ritel dan otomotif.
Namun, meski ada tantangan tersebut, potensi untuk pemulihan dan pertumbuhan tetap ada. Pengelolaan persediaan yang efisien, perluasan merek eksklusif, serta fokus pada teknologi dan analitik modern, bisa menjadi kunci utama untuk mempertahankan kinerja perusahaan dan memberikan nilai tambah bagi pemegang saham.
Matahari Bersiap Buyback
Matahari mengumumkan rencana untuk melakukan pembelian kembali saham (buyback) sebanyak-banyaknya 10 persen dari modal disetor penuh. Langkah ini menjadi bagian dari strategi perusahaan dalam mengelola struktur modal secara lebih efisien sekaligus memberikan nilai tambah bagi pemegang saham.
Dalam keterbukaan informasi yang disampaikan pada Selasa, 4 Maret 2025, manajemen LPPF menjelaskan bahwa buyback akan dilakukan terhadap Saham Seri C dengan alokasi dana maksimal Rp150 miliar. Harga pembelian akan disesuaikan dengan ketentuan peraturan yang berlaku, sehingga tetap berada dalam batasan yang diizinkan oleh otoritas pasar modal.
Keputusan ini mencerminkan optimisme manajemen terhadap kondisi keuangan perusahaan. LPPF menegaskan bahwa aksi korporasi ini tidak akan berdampak signifikan terhadap pendapatan maupun biaya operasional perusahaan. Dengan kondisi modal kerja yang kuat, LPPF tetap yakin bahwa kegiatan usaha dan operasional akan berjalan seperti biasa meskipun proses buyback berlangsung.
Dari segi pendanaan, buyback ini akan menggunakan dana internal perusahaan tanpa mengandalkan hasil dari penawaran umum, pinjaman, atau sumber utang lainnya. Manajemen memastikan bahwa langkah ini tidak akan mengganggu kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya di masa depan.
Untuk merealisasikan rencana ini, LPPF akan meminta persetujuan dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang dijadwalkan pada 10 April 2025. Jika mendapat lampu hijau, pembelian kembali saham akan berlangsung dalam jangka waktu maksimal 12 bulan, baik melalui mekanisme perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) maupun transaksi di luar bursa.
Buyback saham sering kali menjadi strategi korporasi untuk meningkatkan nilai saham di pasar dan menunjukkan kepercayaan manajemen terhadap prospek bisnis jangka panjang. Dengan aksi ini, LPPF berharap dapat memberikan fleksibilitas lebih besar dalam pengelolaan modal serta menjaga stabilitas harga saham di tengah dinamika pasar modal yang terus berkembang.
Jadwal Pembagian Dividen
Berikut adalah jadwal pembagian dividen yang perlu diperhatikan oleh para pemegang saham:
Cum dividen di pasar reguler dan negosiasi: 21 April 2025
Ex dividen di pasar reguler dan negosiasi: 22 April 2025
Cum dividen di pasar tunai: 23 April 2025
Ex dividen di pasar tunai: 24 April 2025
Batas akhir pencatatan (recording date): 23 April 2025
Pembayaran dividen: 29 April 2025
Bagi para investor yang ingin menikmati dividen ini, penting untuk memastikan bahwa saham mereka tercatat pada tanggal 23 April 2025, pukul 16:00 WIB.