KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan melemah terbatas pada perdagangan hari Rabu, 19 Juni.
Head of Customer Literation & Education Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, menyatakan bahwa investor merespons rilis suku bunga Bank Indonesia (BI) pekan ini dengan sikap moderat.
"Sentimen terkait rilis suku bunga acuan BI, yang diperkirakan tetap bertahan di level 6,25 persen, akan direspon dengan moderat oleh pasar, terutama di tengah pelemahan nilai tukar rupiah," ujarnya.
Oktavianus juga memproyeksikan IHSG bergerak di rentang support 6.700 dan resistance 6.828 pada hari ini.
Sementara itu, CEO Yugen Bertumbuh Sekuritas, William Surya Wijaya, memproyeksikan IHSG akan bergerak terkonsolidasi. Menurutnya, perdagangan di pekan yang pendek setelah libur panjang masih akan dibayangi oleh tekanan pasar.
"Minimnya sentimen membuat pergerakan IHSG cenderung berada dalam rentang konsolidasi untuk beberapa waktu mendatang," kata William.
William memprediksi pasar saham akan bergerak dalam rentang support 6.698 dan resistance 6.821 pada hari ini. Dia juga merekomendasikan beberapa saham seperti ASII, BBNI, ICBP, SMGR, dan BSDE.
Pada perdagangan Jumat, 14 Juni, IHSG ditutup melemah sebesar 96,73 poin atau turun 1,42 persen ke level 6.734. Investor melakukan transaksi senilai Rp9,79 triliun dengan volume perdagangan mencapai 21,76 miliar saham.
IHSG Melemah Jelang Akhir Semester I-2024
Menjelang akhir semester pertama tahun 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan tren penurunan di tengah aksi jual yang dilakukan oleh investor asing. IHSG berada di posisi kedua terbawah di antara bursa saham di Asia Tenggara (ASEAN).
Berdasarkan data perdagangan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat, 14 Juni 2024, IHSG tercatat di level 6.734,83, mengalami penurunan sebesar 7,40 persen sepanjang tahun ini. Angka ini juga merupakan titik terendah IHSG selama tahun 2024.
Catatan perdagangan menunjukkan bahwa investor asing telah berbalik melakukan net sell sebesar Rp8,56 triliun sepanjang tahun 2024. Ini kontras dengan kondisi pada bulan Maret 2024, di mana investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp28,25 triliun.
Kondisi IHSG seperti sehingga menempati posisi kedua terbawah di ASEAN, hanya sedikit lebih baik dibandingkan Bursa Thailand yang turun 7,70 persen sepanjang tahun 2024.
Sementara itu, Bursa Filipina berada sedikit di atas IHSG dengan penurunan 1,03 persen. Bursa Vietnam memimpin dengan kenaikan 15,19 persen.
Di pasar Asia Pasifik, Indonesia menempati posisi ke-12, atau kedua terlemah. Bursa Taiwan mencatatkan kenaikan tertinggi sebesar 25,51 persen sepanjang tahun ini, memimpin pasar Asia.
David Sumual, Chief Economist of BCA Group, menyatakan bahwa pelemahan IHSG disebabkan oleh aksi jual saham oleh investor asing yang memindahkan dana mereka ke negara lain dengan valuasi yang lebih menarik, seperti China dan India. Menurutnya, langkah ini merupakan keputusan taktis sementara.
Meski begitu, David melihat potensi rebound IHSG jika Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga acuan, yang diprediksi baru akan terjadi pada kuartal IV/2024. Proyeksi ini didasarkan pada kondisi ekonomi Amerika Serikat yang kuat dan inflasi yang belum mencapai target The Fed.
Nilai Tukar Rupiah
Pada akhir pekan lalu, nilai tukar rupiah jatuh ke level terendah sejak April 2020. Rupiah ditutup turun 0,87 persen atau 142 poin ke posisi Rp16.412 per dolar AS.
Pelaku pasar menantikan keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada 20 Juni 2024, di mana BI rate diprediksi akan tetap di level 6,25 persen.
Liza Camelia Suryanata, Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia, mengatakan bahwa pergerakan IHSG saat ini sangat dipengaruhi oleh kebijakan moneter The Fed yang masih hawkish.
Menurutnya, pasar saham Indonesia telah kehilangan daya tarik di mata investor asing, yang tercermin dari aksi net sell sebesar Rp8,56 triliun sepanjang tahun ini.
“Investor asing sekarang enggan untuk berinvestasi di pasar berkembang, termasuk Indonesia,” jelas Liza dalam diskusi virtual yang diadakan oleh Indonesia Investment Education, Sabtu, 15 Juni 2024.
Dengan kondisi ini, pasar saham Indonesia perlu memperkuat fundamental dan menarik kembali minat investor asing agar IHSG bisa pulih dan kembali ke jalur positif. (*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.