KABARBURSA.COM – PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) mencatatkan penurunan utang bruto subkontraktor sebesar 27,14 persen menjadi Rp3,00 triliun per 31 Desember 2024 menurun -27,14 persen dibandingkan 2023 yakni Rp4,12 triliun.
Selain itu penurunan utang ini sugnifikan setelah Direktur Utama Adhi Karya, Entus Asnawi Mukhson dalam rapat dengan pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu 5 Maret 2025 lalu melaporkan penurunan utang perseroan pada tahun 2024 dengan total kewajiban mencapai Rp25,4 triliun.
Corporate secretary ADHI, Rozi Sparta menjelaskan strategi perusahaannya untuk melunasi utang bruto subkontraktor dengan pembayaran back to back. Hal ini menjadi faktor utama dalam perbaikan struktur liabilitas perusahaan. Atau pembayaran tanpa perantara.
Menurut dia langkah ini efisien dilakukan dengan mencocokkan pembayaran kepada subkontraktor berdasarkan penerimaan dari proyek-proyek yang telah rampung. Selain itu, perusahaan juga memanfaatkan fasilitas non cash loan dari perbankan sebagai bagian dari strategi manajemen arus kas.
"Perusahaan sudah melaukan sistem pembayaran back to back, di mana pengakuan utang tanpa pihak ketiga. Untuk menghindari pembayaran dibanding pekerjanya” ujar Rozi Sparta dalam keterangan tertulisnya pada Rabu, 19 Maret 2025.
Dengan adanya perbaikan ini, ADHI berharap dapat memperkuat posisi keuangannya di tengah dinamika industri konstruksi yang masih menghadapi tantangan dari sisi pendanaan dan peningkatan biaya operasional. Perusahaan juga menargetkan untuk mempertahankan pertumbuhan positif melalui strategi kontrak baru dan optimalisasi aset.
ADHI juga mencatat peningkatan aset tetap sebesar 6,44 persen menjadi Rp2,18 triliun, yang sebagian besar berasal dari surplus revaluasi tanah. Aset dalam pembangunan, seperti proyek Adhi Tower yang ditargetkan rampung pada 2025, menjadi salah satu faktor utama dalam peningkatan nilai aset perusahaan.
Selain itu, ADHI mencatatkan nilai kontrak baru sepanjang 2024 mencapai Rp19,2 triliun, meningkat 12,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Mayoritas kontrak berasal dari proyek infrastruktur pemerintah serta proyek properti yang tengah dikembangkan. Salah satu proyek strategis yang sedang dikerjakan adalah jalur kereta api cepat Jakarta-Surabaya dan proyek jalan tol di beberapa wilayah strategis.
Manajemen ADHI menegaskan bahwa strategi efisiensi keuangan ini memungkinkan perusahaan untuk lebih fleksibel dalam eksekusi proyek strategis, termasuk proyek infrastruktur nasional. Di tengah tantangan suku bunga yang masih tinggi, ADHI terus mengembangkan skema pembayaran yang lebih fleksibel dengan mitra kerja.
“Manajemen risiko keuangan menjadi prioritas kami untuk menjaga kelangsungan proyek-proyek utama yang sedang berjalan,”kata dia.
Kolaborasi Proyek Strategis Nasional
Diberitakan KabarBursa.com sebelumnya, ADHI menegaskan siap berkolaborasi dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Pernyataan kesiapan itu tetuang dalam suratnya di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 6 Maret 2025 kemarin. Dalam surat itu ADHI mendukung pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang menjadi prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Komitmen ini sejalan dengan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2025 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 yang diumumkan pada Senin, 10 Februari 2025 lalu.
"ADHI sebagai perusahaan BUMN dalam sektor konstruksi menyatakan siap untuk berkolaborasi untuk mendukung pelaksanaan PSN. Upaya ini diharapkan dapat memberi dampak positif dalam mempercepat kemajuan ekonomi Indonesia," tulis manajemen ADHI dikutip Jakarta, Jumat, 7 Maret 2025.
PSN yang di maksud yakni selama lima tahun ke depan mencakup berbagai program utama, di antaranya Makan Bergizi Gratis, swasembada pangan, swasembada energi, swasembada air, hilirisasi, pembangunan infrastruktur, serta pembangunan manusia.
Manajemen juga menegaskan, mereka mengaku siap berkolaborasi dengan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk merealisasikan proyek-proyek strategis yang berdampak luas bagi masyarakat.
ADHI telah memiliki rekam jejak panjang dalam pembangunan infrastruktur nasional, termasuk dalam proyek jalan tol Trans Jawa dan Trans Sumatera, seperti Tol Cisumdawu, Tol Solo-Yogyakarta-Kulonprogo, serta Tol Sigli-Banda Aceh.
"Selain itu, ADHI juga turut membangun infrastruktur IKN Nusantara, seperti Hunian Pekerja Konstruksi, Jalan Tol Kariangau-Karangjoang Seksi 3A, serta Jembatan Pulau Balang," sambungnya.
ADHI mengklaim telah membuktikan diri sebagai champion of railway melalui beberapa proyek kereta, seperti LRT Jabodebek, MRT Jakarta Fase 2A, hingga mendapatkan proyek regional di Manila, Filipina untuk proyek North-South Commuter Railways. ADHI kini tengah menjadi pelopor konstruksi berbasis lingkungan dengan menjadi kontrakor pelaksana Pengolahan Sampah Terbesar di Indonesia, RDF Bantargebang dan mengembangkan pengelolaan lingkungan, FPLT Kawasan Industri di Medan.
Sebagai BUMN konstruksi pertama yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak Maret 2004, ADHI memiliki bisnis yang tidak hanya terbatas pada konstruksi, tetapi juga merambah sektor properti dan hospitality, manufaktur, serta investasi dan konsesi.
Tercatat utang Perseroan, Adhi Karya hingga 2024 capai RpRp 25,4 triliun. Angka itu belum seberapa bila dibandingkan torehan 2023. Tahun sebelumnya, Rp31,3 Triliun.
"Posisi Utang saat ini, sekarang Rp25,4 dan Rp9 triliun itu utang bank," kata Direktur Utama Adhi Karya Entus Asnawi Mukhson di Komplek Senayan. Beberapa waktu lalu.(*)