KABARBURSA.COM - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) telah menetapkan target produksi nikel dalam matte sebesar 70.800 ton untuk tahun ini.
Kepala Komunikasi Vale Indonesia Bayu Aji menyampaikan bahwa target produksi tahun ini hampir sama dengan realisasi produksi sepanjang tahun 2023 yang mencapai 70.728 ton. "Target produksi kita tahun ini 70.800 ton nikel, tahun lalu realisasinya kan 70.728 ton nikel," kata Bayu di Jakarta dikutip Selasa 2 April 2024.
Bayu menekankan bahwa Vale tidak melakukan proyeksi harga nikel untuk tahun ini karena harga nikel cenderung fluktuatif. Meskipun demikian, INCO berhasil mencatat kinerja positif pada tahun 2023 meski harga nikel mengalami tekanan. "Pada tahun 2023, INCO berhasil menjalankan operasional yang efisien dan berkelanjutan meski harga nikel sedang tertekan," ungkap Bayu.
{
"width": "100 persen",
"height": "480",
"symbol": "IDX:INCO",
"interval": "D",
"timezone": "Asia/Jakarta",
"theme": "light",
"style": "1",
"locale": "en",
"enable_publishing": false,
"hide_top_toolbar": true,
"save_image": false,
"calendar": false,
"hide_volume": true,
"support_host": "https://www.tradingview.com"
}
Produksi nikel dalam matte INCO pada tahun 2023 mencapai 70.728 ton, meningkat 18 persen dari produksi pada tahun 2022 yang sebesar 60.090 ton. Produksi tersebut merupakan yang tertinggi dalam dua tahun terakhir, setelah produksi tahun 2022 sebesar 60.090 ton dan tahun 2021 sebesar 65.388 ton.
Setelah divestasi 14 persen saham ke Holding Industri Pertambangan Indonesia MIND ID, Vale bergerak maju dengan tiga proyek hilirisasi nikel senilai hingga US$ 9 miliar dengan beberapa mitra.
Vale sedang fokus pada tiga proyek besar dengan total investasi US$ 9 miliar atau setara Rp 140 triliun, yaitu Proyek Sorowako Limonite senilai US$ 2 miliar, Smelter Bahodopi US$ 2,5 miliar, dan Smelter Pomalaa US$ 4,5 miliar. Ketiganya, jika digabungkan, dapat memproduksi 165.000 ton produk nikel.
Bayu menjelaskan bahwa ketiga proyek hiliriasi nikel tersebut melibatkan pembangunan tambang dan smelter di Sorowako, Morowali, dan Pomalaa.
Saat ini, proyek pembangunan smelter di Pomalaa dengan kapasitas 120.000 ton nikel sedang dalam tahap pembangunan, termasuk pekerjaan awal dan konstruksi utama.
Di samping itu, proyek Morowali juga sedang dalam persiapan dengan serangkaian studi dan pembangunan infrastruktur tambang dan pelabuhan.
Untuk proyek di Sorowako, proses studi lokasi smelter sedang berlangsung. Meskipun progresnya tidak secepat proyek di Pomalaa, proyek Sorowako memiliki investasi sekitar US$ 2,1 miliar.
Bayu menegaskan bahwa kelancaran proyek ini sangat bergantung pada status Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) yang diharapkan segera diberikan oleh pemerintah. IUPK tersebut menjadi jaminan penting mengingat nilai investasi yang sangat besar.