Logo
>

Wall Street Bangkit di Akhir Pekan saat Inflasi Mereda

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Wall Street Bangkit di Akhir Pekan saat Inflasi Mereda

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Wall Street melonjak pada akhir pekan setelah dua sesi yang lesu karena didorong oleh laporan inflasi yang lebih rendah serta pernyataan pejabat Federal Reserve atau The Fed yang meredakan kekhawatiran tentang jalur suku bunga di masa depan.

    Dilansir dari Reuters di Jakarta, Sabtu, 21 Desember 2024, Indeks Dow Jones Industrial Average naik 498,82 poin atau 1,18 persen, menjadi 42.841,06. Kemudian S&P 500 bertambah 63,82 poin atau 1,09 persen menjadi 5.930,90, dan Nasdaq Composite meningkat 199,83 poin atau 1,03 persen ke 19.572,60. Dow dan S&P mencatat kenaikan harian terbesar sejak 6 November.

    Meski demikian, ketiga indeks utama ini tetap mencatat penurunan mingguan. S&P 500 turun 1,99 persen, Nasdaq melemah 1,78 persen, dan Dow Jones terpangkas 2,25 persen. Hal ini menandai penurunan mingguan ketiga berturut-turut untuk Dow. Nasdaq, yang sebelumnya menikmati empat pekan berturut-turut kenaikan, juga berbalik arah dengan penurunan mingguan terbesarnya dalam enam minggu terakhir.

    Laporan inflasi yang dirilis Jumat, 20 Desember 2024, menunjukkan indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) hanya naik 2,4 persen pada November secara tahunan, sedikit di bawah perkiraan ekonom sebesar 2,5 persen. Data ini juga menunjukkan bahwa pengeluaran konsumen meningkat, menandakan ketahanan ekonomi Amerika Serikat.

    Setelah data ini dirilis, pedagang meningkatkan ekspektasi mereka terhadap pemotongan suku bunga Fed pada 2025 dengan prediksi pemotongan pertama terjadi pada Maret dan yang kedua pada Oktober. Sebelumnya, peluang pemotongan kedua baru diperkirakan mencapai 50 persen pada Desember 2025.

    Kepala strategi pasar di Carson Group, Ryan Detrick, menyebut reaksi awal pasar terhadap keputusan Fed cenderung emosional, tetapi sering kali lebih terkendali keesokan harinya.

    Menurutnya, ekonomi AS tetap kuat dan Fed tidak berencana menaikkan suku bunga dalam waktu dekat, meski pemangkasan selanjutnya kemungkinan baru akan terjadi pada 2025.

    Rabu lalu, Fed mengumumkan pemotongan suku bunga ketiganya untuk tahun ini. Namun, dalam proyeksi ekonomi yang dirilis bersamaan, bank sentral itu hanya memperkirakan dua pemotongan suku bunga masing-masing sebesar 25 basis poin untuk 2025, turun dari empat pemotongan yang diprediksi pada September. Hal ini menunjukkan ekonomi yang tetap kuat meski inflasi masih bertahan.

    Pengumuman tersebut memicu aksi jual tajam pada Rabu sore, yang kemudian berlanjut pada Kamis. Meski terjadi reli pada Jumat, aksi jual di awal pekan membuat pasar saham AS mencatat penurunan mingguan.

    Pernyataan dari pejabat Fed turut memberikan dukungan pada pasar. Beberapa dari mereka mengakui telah mulai mempertimbangkan ketidakpastian kebijakan fiskal, seperti tarif.

    “Jelas apa yang sedang terjadi - data PCE yang lebih baik ditambah komentar dovish dari Fed telah mengimbangi reaksi pasar yang berlebihan terhadap keputusan pemotongan suku bunga yang lebih hawkish dari yang diharapkan,” kata CEO Infrastructure Capital Advisors di New York, Jay Hatfield.

    Dalam reli yang luas pada Jumat, semua 11 sektor utama dalam S&P 500 mencatat kenaikan. Sektor real estat memimpin dengan kenaikan 1,8 persen, didukung oleh penurunan imbal hasil obligasi Treasury. Saham berkapitalisasi kecil yang diukur dengan indeks Russell 2000, yang cenderung diuntungkan dari suku bunga yang lebih rendah, juga naik 0,9 persen.

    Di tengah kenaikan pasar, perhatian investor juga tertuju pada upaya Kongres AS untuk mencegah penutupan sebagian pemerintah sebelum tenggat waktu tengah malam. Pemimpin Partai Republik di Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan akan mengadakan pemungutan suara pada Jumat untuk menjaga operasional pemerintah tetap berjalan.

    Saham yang naik melebihi yang turun dengan rasio 2,84:1 di New York Stock Exchange dan 2,12:1 di Nasdaq. S&P 500 mencatatkan tiga rekor tertinggi baru dalam 52 minggu terakhir dan 23 posisi terendah baru, sementara Nasdaq Composite membukukan 51 posisi tertinggi baru dan 233 posisi terendah baru.

    Jumat juga menjadi hari yang menandai berakhirnya kontrak derivatif kuartalan yang terkait dengan saham, opsi indeks, dan kontrak berjangka, atau yang dikenal sebagai “triple witching”.

    Volume perdagangan di bursa AS mencapai 21,58 miliar saham, lebih tinggi dibandingkan rata-rata 14,87 miliar saham dalam 20 hari perdagangan terakhir.

    Sementara itu, pasar Eropa mencatat kinerja beragam menjelang pengumuman kebijakan Fed. Indeks STOXX 600 naik tipis 0,15 peraen, sedangkan indeks FTSEurofirst 300 menguat 0,13 persen. Namun, pasar negara berkembang dan Asia melemah, dengan indeks MSCI untuk Asia-Pasifik di luar Jepang ditutup turun 0,05 persen, sementara indeks Nikkei Jepang kehilangan 0,72 persen.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).