KABARBURSA.COM - Indeks utama Wall Street melesat pada Jumat, 11 Oktober 2024, setelah sebelumnya sempat tergelincir. S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average menembus rekor tertinggi sepanjang masa (all time high), menutup pekan ini dengan keuntungan signifikan. Kenaikan ini dipimpin oleh sektor perbankan yang memberikan sinyal positif di awal musim laporan keuangan kuartal ketiga.
Indeks S&P 500 menguat 0,61 persen dan ditutup di 5.815,03 poin, sementara Dow Jones melonjak 409,74 poin (0,97 persen) berakhir di level 42.863,86 poin. Keduanya mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Nasdaq Composite juga menguat 0,33 persen, ditutup di 18.342,94 poin, hanya kurang 2 persen dari rekor tertingginya.
"Kita sedang melihat pelebaran pasar yang cukup signifikan hari ini, dan ini merupakan sinyal positif," kata Craig Sterling, Kepala Riset Ekuitas AS di Amundi US.
Pekan ini, ketiga indeks utama mencatat kenaikan untuk lima minggu berturut-turut, dengan S&P 500 dan Nasdaq masing-masing naik 1,1 persen, sedangkan Dow Jones mencatat kenaikan 1,2 persen.
Kinerja positif ini didorong oleh laporan keuangan kuartal ketiga yang kuat. JPMorgan Chase melaporkan kinerja yang mengesankan dengan lonjakan 4,4 persen setelah melampaui ekspektasi laba dan pendapatan, sementara Wells Fargo naik 5,6 persen meski mengalami penurunan pendapatan bunga bersih sebesar 11 persen.
“Pendapatan bersih bunga dulunya menjadi tolak ukur utama apakah bank berkinerja baik atau tidak. Namun sekarang, investor menyadari bahwa bank akan tetap menghasilkan uang, baik di masa baik maupun buruk,” ujar Kim Forrest, Kepala Investasi di Bokeh Capital Partners.
Perbankan Jadi Barometer Ekonomi
Sektor perbankan seringkali dianggap sebagai barometer kesehatan ekonomi, memberi gambaran tentang kondisi ekonomi yang lebih luas. Meski begitu, Kim Forrest mencatat bahwa kurangnya panduan ke depan dari perusahaan perbankan dapat mempengaruhi pergerakan saham setelah laporan dirilis.
Selain itu, data ekonomi terbaru yang menunjukkan inflasi AS mulai mereda juga membantu meredakan kekhawatiran pasar. Indeks Harga Produsen (PPI) untuk September tercatat lebih rendah dari perkiraan, sedangkan Indeks Harga Konsumen (CPI) naik sedikit lebih tinggi dari ekspektasi. Data ini mengindikasikan bahwa The Fed mungkin bisa mencapai 'soft landing', dengan inflasi mendekati target 2 persen.
Menurut David Russell, Kepala Strategi Pasar Global di TradeStation, meskipun inflasi mulai melambat, The Fed masih mungkin menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin dalam dua pertemuan berikutnya.
Di sisi lain, saham Tesla merosot 8,8 persen setelah acara robotaxi mereka tidak memenuhi ekspektasi investor.
Sempat Melemah
Pada perdagangan Kamis, 10 Oktober 2024, indeks utama Wall Street berakhir Melemah. Penurunan ini disebabkan oleh investor yang memerhatikan data inflasi dan pengangguran di Amerika Serikat (AS).
Dilansir dari Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average turun 57,88 poin atau 0,14 persen menjadi 42.454,12, S&P 500 kehilangan 11,99 poin atau 0,21 persen menjadi 5.780,05, dan Nasdaq Composite turun 9,57 poin atau 0,05 persen menjadi 18.282,05.
Baik S&P 500 dan Dow Jones, mencatatkan penutupan tertinggi sepanjang masa pada sesi sebelumnya. Hanya tiga dari 11 sektor utama S&P 500 yang menguat perdagangan Kamis, 10 Oktober 2024, dengan sektor energi naik 0,8 persen dan mengungguli yang lainnya karena harga minyak meningkat.
Adapun data inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan tampak dari Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI) yang naik 0,2 persen secara bulanan (month on month/mom) pada September 2024 dan 2,4 persen secara tahunan (year on year/yoy). Kedua angka ini sedikit lebih tinggi dari perkiraan para ekonom yang disurvei oleh Reuters. Angka inti, yang mengecualikan harga makanan dan energi yang bergejolak, naik 3,3 persen secara tahunan, dibandingkan dengan perkiraan 3,2 persen.
Selain inflasi, dalam laporan terpisah data klaim pengangguran juga mengalami kenaikan menjadi 258.000 untuk pekan yang berakhir pada 5 Oktober 2024. Perkiraannya jauh lebih rendah yakni sebanyak 230.000.
“Investor terpecah antara laporan CPI yang lebih kuat dari perkiraan dan laporan klaim pengangguran yang lebih lemah dari perkiraan,” kata Jack Ablin, kepala investasi di Cresset Capital di Chicago. “Satu menunjukkan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan, dan yang lain menunjukkan ekonomi tampak lebih lemah dari perkiraan. Ini adalah skenario terburuk dari kedua sisi,” imbuh Ablin.
Setelah data ekonomi tersebut, para investor memperkirakan kemungkinan sekitar 80 persen bahwa Federal Reserve (The Fed) akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuannya di bulan November mendatang. Sementara, ada kemungkinan sekitar 20 persen bahwa suku bunga akan tetap tidak berubah, menurut CME’s FedWatch.
Presiden The Fed Atlanta, Raphael Bostic, pada Kamis, 10 Oktober 2024 mengatakan dia akan “sangat nyaman” melewatkan penurunan suku bunga pada pertemuan mendatang bank sentral AS, menambahkan bahwa “kegoncangan” dalam data terbaru tentang inflasi dan ketenagakerjaan mungkin membenarkan untuk mempertahankan suku bunga di bulan November.
Presiden The Fed Chicago, Austan Goolsbee, mengatakan dia melihat penurunan suku bunga secara bertahap selama satu setengah tahun ke depan, sementara John Williams dari Fed New York mengatakan dia masih melihat adanya penurunan suku bunga di masa depan.(*)