KABARBURSA.COM – Euforia pasar saham yang awalnya meletup di Asia perlahan mengendur begitu masuk Eropa dan Amerika Serikat. Penyebabnya karena putusan mengejutkan dari pengadilan AS soal tarif dagang Donald Trump yang ternyata tak otomatis bikin lega investor.
Dilansir dari AP di Jakarta, Jumat, 30 Mei 2025, indeks S&P 500 hanya mampu naik tipis 0,4 persen setelah kehilangan lebih dari separuh kenaikan awalnya. Dow Jones ikut bertambah 117 poin (0,3 persen), sementara Nasdaq menutup hari dengan kenaikan 0,4 persen.
Padahal sebelumnya, bursa Tokyo dan Seoul sempat membuncah hingga 2 persen. Mereka menyambut ruling dari U.S. Court of International Trade yang menyatakan bahwa Undang-Undang Kekuasaan Ekonomi Darurat Internasional 1977 tidak bisa dijadikan dasar sah untuk memukul dunia dengan tarif impor ala Trump.
Putusan itu sempat bikin pelaku pasar sumringah. Mereka berharap tangan Trump bakal terbelenggu sehingga tak semena-mena lagi mengobok-obok perdagangan global. Sebab, kebijakan tarif tersebut sempat bikin harga melambung dan ancaman resesi makin terasa.
Trump sendiri pernah bilang, proses “bawa balik pabrik ke Amerika” pasti akan menimbulkan sakit sementara—ya, terutama buat kantong warga sendiri. Tapi euforia itu tidak bertahan lama.
Faktanya, tarif-tarif Trump masih berlaku. Putusan pengadilan hanya menyentuh sebagian kecil saja, belum termasuk tarif baja, aluminium, dan mobil impor yang diteken lewat dasar hukum lain. Pemerintah AS pun langsung mengajukan banding. Artinya, pertarungan ini belum selesai—dan pelaku pasar kembali harus bergelut dengan ketidakpastian.
“Trump masih punya celah buat pasang tarif besar-besaran dengan cara lain,” kata Ulrike Hoffmann-Burchardi dari UBS Global Wealth Management.
Itu sebabnya, setelah euforia Asia mereda, pasar Eropa dan Wall Street jadi kurang greget. Namun tetap saja, pasar menganggap kabar ini lebih baik daripada gelombang tarif tanpa batas yang diumumkan Trump pada 2 April lalu, yang dia sebut sebagai Hari Pembebasan.
“Sekarang, Trump butuh lebih banyak alasan hukum buat balikin tarifnya,” ujar Brian Jacobsen dari Annex Wealth Management.
Secara teknikal, indeks S&P 500 kini tinggal 3,8 persen lagi dari rekor tertingginya, setelah sempat anjlok 20 persen bulan lalu.
Di lantai bursa, saham-saham teknologi kembali menjadi primadona. Nvidia naik 3,2 persen usai melaporkan laba dan pendapatan yang melampaui ekspektasi. Kegilaan pasar atas teknologi kecerdasan buatan (AI) bikin saham Nvidia jadi salah satu paling berpengaruh di AS saat ini.
Perusahaan software AI, C3.ai, juga melonjak tajam 20,8 persen setelah mencetak laba mengejutkan. Mereka juga mendapat tambahan kontrak dengan Angkatan Udara AS hingga USD 450 juta. Pendapatan kuartalan mereka mencapai USD 108,7 juta.
Sementara itu, e.l.f. Beauty tampil sebagai juara panggung. Sahamnya terbang 23,6 persen setelah membukukan laba di atas prediksi dan mengumumkan akuisisi brand skincare milik Hailey Bieber—Rhode—dengan nilai fantastis: USD 1 miliar. Rhode sendiri mencetak penjualan bersih USD 212 juta dalam 12 bulan terakhir.
Hailey, yang dikenal sebagai istri Justin Bieber dan model top, akan menjabat sebagai Chief Creative Officer serta kepala inovasi di perusahaan gabungan ini.
Di sisi lain, ada pula yang terjungkal. Saham Best Buy anjlok 7,3 persen meski labanya melebihi ekspektasi. Masalahnya, pendapatannya tak sampai di garis target analis.(*)