KABARBURSA.COM - Indeks-indeks di Wall Street kembali mengalami penguatan pada Selasa 10 September 2024. Namun, Dow Jones Industrial Average mengalami penurunan saat Wall Street berupaya mengatasi volatilitas pasar di bulan ini.
Berdasarkan laporan Consumer News and Business Channel International, S&P 500 mencatat kenaikan 0,45 persen dan ditutup di level 5.495,52, sedangkan Nasdaq Composite melesat 0,84 persen ke posisi 17.025,88. Penguatan dua hari berturut-turut ini terjadi di kedua indeks tersebut. Di sisi lain, Dow Jones justru mengalami penurunan 92,63 poin atau 0,23 persen, mengakhiri sesi di level 40.736,96.
Kenaikan pada saham Nvidia sebesar 1,5 persen menjadi pendorong utama penguatan di S&P 500 dan Nasdaq yang banyak berisikan saham-saham teknologi. Saham AMD dan Microsoft juga turut mengalami kenaikan pada hari tersebut.
Namun demikian, saham-saham teknologi sebelumnya sempat mengalami penurunan, terutama dalam kuartal ini, di mana sektor teknologi dalam Technology Select Sector SPDR Fund tercatat turun sekitar 7 persen. Penurunan tersebut disebabkan oleh meningkatnya kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi global, yang mendorong investor untuk melepas saham teknologi yang sebelumnya mencatat lonjakan besar.
Di sisi lain, saham perbankan memberikan tekanan pada pasar secara keseluruhan. JPMorgan mencatatkan penurunan lebih dari 5 persen setelah perusahaan tersebut memberikan pandangan yang lebih hati-hati terhadap pendapatan bunga bersih pada 2025 dalam sebuah konferensi industri. Penurunan saham JPMorgan adalah yang terbesar di antara 30 saham dalam Dow Jones.
Ahli strategi global di MRB Partners, Phillip Colmar, mengatakan situasi ini merupakan bagian dari rotasi defensif yang terlalu berlebihan. "Kita menghadapi banyak volatilitas saat investor kembali dari liburan musim panas. Pasar telah diposisikan untuk banyak hal, dengan saham teknologi yang melonjak dan Federal Reserve (The Fed) yang sedang mempertimbangkan pemotongan suku bunga," jelasnya.
Para pedagang saat ini menantikan dua data ekonomi penting yang diperkirakan akan menjadi penggerak utama pasar berikutnya. Data Indeks Harga Konsumen (CPI) untuk Agustus akan diumumkan pada Rabu 11 September 2024, diikuti oleh laporan Indeks Harga Produsen (PPI) yang akan dirilis Kamis 12 September 2024.
Para pelaku pasar optimis keputusan pemangkasan suku bunga yang diharapkan akan diputuskan dalam pertemuan The Fed pada 17-18 September mendatang dapat mengurangi kekhawatiran mengenai potensi pelemahan ekonomi di masa depan.
Di sisi lain, saham perusahaan teknologi Oracle mengalami lonjakan lebih dari 11 persen setelah melaporkan hasil kinerja kuartal pertama yang melampaui prediksi. Selain itu, Oracle juga mengumumkan kerjasama strategis dengan Amazon Web Services dalam penyediaan layanan basis data, yang semakin memperkuat prospek pertumbuhan perusahaan.
Naik 1 Persen
Pada Senin, 9 September 2024, tiga indeks utama Wall Street mencatat kenaikan lebih dari 1 persen, didorong oleh minat investor yang mulai berburu saham murah setelah aksi jual yang terjadi pada pekan sebelumnya. Selain itu, perhatian pasar juga tertuju pada laporan inflasi yang akan dirilis dalam beberapa hari ke depan, serta keputusan kebijakan Federal Reserve (The Fed) yang dijadwalkan minggu depan.
Pada penutupan perdagangan Senin, Dow Jones Industrial Average meningkat sebesar 484,18 poin atau 1,20 persen, mencapai 40.829,59. Indeks S&P 500 juga mencatatkan kenaikan, bertambah 62,63 poin atau 1,16 persen menjadi 5.471,05. Sementara itu, Nasdaq Composite melonjak 193,77 poin atau 1,16 persen, menutup sesi di level 16.884,60.
Investor sempat menjauh dari pasar saham pada pekan sebelumnya ketika data tenaga kerja Agustus yang lebih lemah dari perkiraan dipublikasikan pada Jumat, 6 September 2024, diikuti oleh data manufaktur yang juga menunjukkan pelemahan pada Selasa. Data ekonomi yang mengecewakan ini menyebabkan Nasdaq Composite mencatatkan penurunan mingguan terbesar sejak Januari 2022, sementara S&P 500 mengalami penurunan mingguan terbesar sejak Maret 2023.
Selain kekhawatiran terkait kondisi ekonomi Amerika Serikat, investor juga menghadapi ketidakpastian terkait keputusan suku bunga yang akan diambil oleh The Fed pada 18 September mendatang. Namun, pada awal pekan ini, suasana pasar tampak lebih optimis.
“Investor memiliki waktu selama akhir pekan untuk merenungkan berbagai hal. Jelas ada reaksi berlebihan terhadap data ekonomi pekan lalu, yang memicu kekhawatiran berlebihan terkait potensi resesi,” ujar Kristina Hooper, kepala strategi pasar global di Invesco, seperti dikutip dari Reuters. “Momen jeda ini memberikan kesempatan untuk berpikir lebih rasional,” tambahnya.
Salah satu peristiwa penting yang dinanti pasar pekan ini adalah laporan indeks harga konsumen (IHK), yang dijadwalkan akan dirilis pada Rabu, 11 September 2024 pagi. Selain itu, debat pertama antara kandidat presiden AS dari Partai Demokrat, Kamala Harris, dan kandidat dari Partai Republik, Donald Trump, juga akan berlangsung Selasa, 10 September 2024 malam waktu setempat atau Rabu pagi waktu Indonesia, menjelang pemilihan umum 5 November.
Phil Blancato, kepala strategi pasar di Osaic Wealth, New York, menambahkan bahwa investor mulai kembali melirik saham berkualitas tinggi yang dinilai lebih murah.
Sebagai contoh, ia menyebut Nvidia, perusahaan pembuat chip kecerdasan buatan yang merupakan salah satu pemain besar di pasar, berhasil mencatat kenaikan saham sebesar 3,5 persen pada hari Senin setelah turun 15,3 persen pada pekan sebelumnya.
Meskipun perdagangan cenderung tenang menjelang rilis data ekonomi besar, Blancato mengkhawatirkan adanya potensi reli pasar sebelum laporan inflasi CPI hari Rabu. Data inflasi ini diharapkan akan memberikan petunjuk apakah Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin atau 50 basis poin.
“Pasar tampaknya telah mengantisipasi hasil yang lemah dan mengunci ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Fed. Tetapi, bagaimana jika ekspektasi tersebut tidak terpenuhi?” ungkap Blancato yang memperkirakan akan terjadi volatilitas setelah keputusan apapun yang diumumkan oleh Fed.
Beberapa investor mungkin akan merasa kecewa jika Fed hanya memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin. Namun, jika pemangkasan tersebut mencapai 50 basis poin, kekhawatiran baru dapat muncul bahwa Fed mungkin memiliki pandangan yang lebih serius tentang kondisi ekonomi.
"Ini adalah situasi yang rumit, di mana setiap keputusan membawa risiko tersendiri,” ujar Blancato menambahkan.(*)