KABARBURSA.COM - PT XL Axiata Tbk atau XL Axiata terus memperluas jaringan Fix Mobile Convergence (FMC) di Sulawesi. Mulai awal Maret 2024, jaringan FMC XL SATU Fiber masuk ke Kabupaten Morowali dan masyarakat setempat kini dapat menikmatinya. Morowali menjadi daerah ketiga di Sulawesi Tengah yang terjangkau layanan konvergensi ini. Di seluruh Sulawesi, XL SATU telah menjangkau sembilan kota dan kabupaten.
Caretaker XL Axiata area Sulawesi Mozes H Baottong, mengatakan perluasan jaringan XL SATU Fiber ke berbagai daerah sejalan dengan meningkatnya permintaan layanan internet rumah di berbagai daerah, termasuk Sulawesi. Permintaan ini diprediksi akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang. Menurut Mozes, potensi pasar untuk layanan konvergensi di Sulawesi sangat besar karena digitalisasi di semua bidang telah menjangkau hingga ke pelosok daerah, termasuk Morowali.
“Saat ini, penetrasi XL SATU telah mencapai sekitar 30 persen,” kata Mozes dalam keterangan tertulis yang diterima KabarBursa, Selasa, 16 Juli 2024.
Mozes juga mengatakan Morowali merupakan pasar yang menjanjikan karena daerah ini memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia dan didorong oleh industri pertambangan nikel. Hal ini, menurut dia, berdampak positif pada roda perekonomian masyarakat setempat dan meningkatkan kebutuhan layanan internet yang berkualitas.
Jaringan 4G XL Axiata di Sulawesi
Saat ini jaringan 4G XL Axiata telah menjangkau 275 desa/kelurahan di 111 kecamatan di seluruh Sulawesi Tengah, dengan total lebih dari 1.200 BTS, termasuk lebih dari 800 BTS 4G.
Khusus di Kabupaten Morowali, jaringan 4G XL Axiata telah hadir melayani pelanggan dengan total lebih dari 33 BTS 4G. Mozes menegaskan jumlah BTS 4G tersebut masih akan terus meningkat.
“XL Axiata masih melakukan perluasan di semua kabupaten yang ada di Sulawesi,” kata Mozes.
Pertumbuhan Pendapatan dan Tantangan Keuntungan
PT XL Axiata Tbk terus menunjukkan performa yang solid dengan pertumbuhan pendapatan yang konsisten selama lima tahun terakhir. Dikutip dari data RTI Business, pertumbuhan perusahaan dengan kode saham EXCL ini naik sebesar 10,91 persen year-on-year (YoY) pada 2023. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pendapatan tahun 2022 yang sebesar 8,93 persen.
Kumulatif lima tahun terakhir, pendapatan perusahaan mengalami pertumbuhan sebesar 35,75 persen, mencerminkan kemampuan XL Axiata untuk mempertahankan pertumbuhan pendapatan yang stabil di tengah kompetisi yang ketat di industri telekomunikasi.
Laba Bersih
Meski pendapatan tumbuh, tantangan tetap ada pada sisi laba bersih. Pada 2023 laba bersih EXCL tumbuh sebesar 14,57 persen YoY. Tahun sebelumnya, yaitu 2022, mengalami penurunan sebesar 13,85 persen.
Fluktuasi ini menunjukkan bahwa XL Axiata harus terus berupaya meningkatkan efisiensi operasional dan mengelola biaya dengan lebih baik untuk memastikan pertumbuhan laba yang berkelanjutan. Kumulatif lima tahun terakhir, pertumbuhan laba bersih mencapai 321,04 persen, didorong oleh lonjakan signifikan pada 2021 yang mencapai 246,56 persen.
Dalam hal pendapatan per saham atau EPS, data menunjukkan bahwa pada 2023, EPS tumbuh sebesar 8,81 persen YoY. Namun, 2022 mengalami penurunan sebesar 25,90 persen. Ini mencerminkan bahwa meskipun perusahaan mampu meningkatkan pendapatan, tantangan dalam mengelola profitabilitas tetap ada. Kumulatif lima tahun terakhir, EPS tumbuh sebesar 302,54 persen, sekali lagi dipengaruhi oleh kenaikan besar pada 2021 sebesar 245,96 persen.
Dividen
Sementara itu, dividen per saham (DPS) menunjukkan pertumbuhan yang lebih stabil. Pada 2023, DPS tumbuh sebesar 15,71 persen YoY, setelah mengalami penurunan sebesar 17,65 persen pada 2022. Pertumbuhan DPS kumulatif selama lima tahun terakhir mencapai 117,44 persen. Hal ini mencerminkan komitmen XL Axiata untuk memberikan nilai tambah kepada para pemegang saham meskipun di tengah tantangan profitabilitas.
Harga saham EXCL juga mencerminkan dinamika yang ada. Pada penutupan terakhir, harga saham berada di Rp2.220, turun 0,89 persen dibandingkan dengan harga sebelumnya. Dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp29,15 triliun, perusahaan tetap menjadi salah satu pemain utama di industri telekomunikasi Indonesia.
Price to Earnings Ratio (PER) sebesar 13,52 dan Price to Book Value Ratio (PBVR) sebesar 1,08 menunjukkan valuasi saham yang masih menarik bagi investor yang mencari potensi pertumbuhan jangka panjang di sektor telekomunikasi.
Secara keseluruhan, meskipun menghadapi tantangan dalam profitabilitas, XL Axiata menunjukkan kemampuan untuk terus tumbuh dan memberikan nilai bagi pemegang sahamnya. Dengan strategi yang tepat dalam memanfaatkan teknologi dan memperluas jaringan, perusahaan ini berpeluang untuk terus meningkatkan kinerja keuangan dan memperkuat posisinya di pasar.
Komposisi Pemegang Saham XL Axiata
PT XL Axiata Tbk merilis komposisi pemegang saham per 30 Juni 2024 yang menunjukkan dominasi Axiata Investments (Indonesia) Sdn. Bhd. sebagai pemegang saham mayoritas. Axiata Investments menguasai 66,247 persen saham dengan total 8.697.163.762 lembar saham. Posisi ini menegaskan kendali kuat Axiata Investments di perusahaan telekomunikasi tersebut.
Di antara jajaran direksi dan komisaris, Presiden Direktur Dian Siswarini tercatat memiliki 9.764.622 lembar saham atau 0,074 persen dari total saham yang beredar. Anggota direksi lainnya, seperti David Arcelus Oses, memiliki 4.534.069 lembar saham (0,035 persen), dan Abhijit Navalekar memiliki 3.125.421 lembar saham (0,024 persen). Yessie D. Yosetya memiliki 2.188.845 lembar saham (0,017 persen), sementara I Gede Darmayusa dan Feiruz Ikhwan Bin Abdul Malek masing-masing memiliki 454.924 (0,003 persen) dan 222.134 lembar saham (0,002 persen).
Selain kepemilikan individu, terdapat 4.354.489.088 lembar saham (33,168 persen) yang dimiliki oleh masyarakat non-warkat secara scripless, serta 56.487.800 lembar saham (0,430 persen) yang termasuk dalam saham treasury. Total saham yang beredar mencapai 13.128.430.665 lembar menggambarkan total komposisi saham yang beragam.
Jumlah pemegang saham EXCL per 30 Juni 2024 tercatat sebanyak 18.575 orang, meningkat 908 orang dibandingkan bulan sebelumnya yang berjumlah 17.667 orang. Tren jumlah pemegang saham menunjukkan fluktuasi yang cukup signifikan sepanjang tahun 2024, dengan penurunan sebesar 1.017 orang pada Mei dan penurunan 1.834 orang pada April. Sebelumnya, pada Maret, terdapat peningkatan sebesar 637 orang.(pin/nil)