KABARBURSA.COM - Pembangkit listrik berbahan bakar batu bara di Inggris akan segera pensiun. Langkah ini menjadi simbol transisi besar menuju energi terbarukan. Ratcliffe-on-Soar, salah satu pembangkit tertua sejak 1960-an, akan berhenti beroperasi pada akhir bulan September 2024. Ini menandai babak baru dalam upaya pemerintah Inggris untuk mendekarbonisasi pasokan listrik nasional.
Dinding baja setinggi 50 meter di Pembangkit Listrik Ratcliffe-on-Soar di East Midlands, yang biasanya diselimuti api dengan suhu 1.000 derajat celcius, kini mulai dingin. Pembangkit yang dulunya merupakan tulang punggung energi Inggris kini hanya beroperasi sebagian karena terdesak oleh pembangkit tenaga gas serta panel surya dan angin.
Penutupan Ratcliffe yang dijadwalkan akhir bulan ini merupakan langkah penting dalam agenda pemerintah Inggris untuk mendekarbonisasi pasokan listrik pada 2030. Target ini sejalan dengan tujuan yang lebih luas untuk mencapai netralitas karbon pada 2050. “Ini akan menjadi momen bersejarah,” kata John Roberts, Supervisor yang telah bekerja di Ratcliffe sejak usia 16 tahun, dikutip dari Financial Times, Rabu, 11 September 2023.
Roberts, bersama 170 rekannya, harus memutuskan apakah akan ikut membongkar pembangkit atau beralih pekerjaan. Adapun dia sendiri memutuskan untuk pensiun.
Inggris, yang menjadi rumah bagi pembangkit listrik berbahan bakar batubara pertama di dunia pada 1882, kini bersiap menjadi negara G7 pertama yang sepenuhnya berhenti menggunakan batu bara. Langkah ini lebih cepat satu tahun dari target awal yang ditetapkan pada 2015. Sementara itu, Jerman menargetkan penutupan pembangkit batubara pada 2038, Kanada pada 2030, dan Italia pada akhir 2025.
Namun, penutupan pembangkit yang direncanakan pada musim gugur 2022 tertunda akibat invasi Rusia ke Ukraina yang memicu kekhawatiran akan krisis gas. Beberapa pembangkit yang awalnya dijadwalkan tutup diminta tetap beroperasi, termasuk Ratcliffe. Kini, Ratcliffe menjadi satu-satunya pembangkit batu bara yang tersisa di Inggris.
Pada 1990, batu bara menyuplai 80 persen kebutuhan listrik Inggris. Tahun lalu, angka tersebut hanya tinggal 1 persen. Sebagian besar energi Inggris kini berasal dari gas (34,7 persen), tenaga angin dan surya (32,8 persen), bioenergi (11,6 persen), dan nuklir (13,8 persen).
Pertumbuhan energi terbarukan didukung oleh kebijakan keuangan pemerintah dan penurunan biaya produksi. Kemajuan teknologi juga berperan besar dalam menjaga kestabilan pasokan listrik meski semakin sedikit pembangkit batubara yang beroperasi. “Saat energi terbarukan menjadi bagian besar dari campuran energi, di situlah fisika sistem benar-benar berubah,” jelas Matt Magill dari National Grid. Timnya telah menggunakan stabilisator besar seberat 200 ton serta baterai lithium ion untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan pembangkit batubara.
Langkah berikutnya menuju netralitas karbon pada 2030 akan membutuhkan peran lebih besar energi terbarukan, sementara peran gas akan berkurang. Dalam lelang subsidi pemerintah terbaru, 9,6 gigawatt proyek energi terbarukan disetujui—lebih tinggi 5,9 GW dibandingkan tahun lalu.
Magill menyebut fase berikutnya sebagai tonggak sejarah besar. Mulai tahun depan, National Grid akan menguji sistem listrik yang bisa beroperasi tanpa bantuan pembangkit gas selama setidaknya 30 menit. Langkah ini krusial mengingat Inggris semakin bergantung pada listrik, terutama dengan meningkatnya penggunaan mobil listrik dan pompa panas.
Namun, tantangan besar tetap ada. LCP Delta memperingatkan adanya “titik kritis” di awal 2030-an ketika penutupan pembangkit berbahan bakar gas melampaui pembangunan ladang angin dan surya. Sam Hollister dari LCP Delta menambahkan, menyelaraskan peningkatan permintaan listrik dengan penutupan pembangkit karbon dan investasi dalam energi terbarukan akan sangat menantang.
Ke depan, masyarakat Inggris harus lebih fleksibel dalam menggunakan listrik, seperti mengisi daya mobil listrik pada malam hari. Teknologi dan tarif energi sedang dikembangkan untuk mendorong fleksibilitas ini, termasuk menggunakan baterai mobil listrik untuk mengembalikan listrik ke rumah saat dibutuhkan.
“Salah satu tantangan terbesar adalah menyortir fisika,” kata Magill, “Tantangan berikutnya adalah memungkinkan sisi permintaan mendukung sistem.” Bagi mereka di Ratcliffe, tak banyak waktu untuk menoleh ke belakang. "Kami sudah merencanakan kontrak untuk pembongkaran," kata O'Grady, manajer pembangkit di Ratcliffe.
Data LCP Delta —perusahaan konsultan energi— memproyeksikan pada 2050, Inggris diperkirakan akan mendapatkan 83 persen pasokan listriknya dari energi terbarukan.. Saat ini, batu bara dan minyak bumi masih menyumbang sebagian kecil, namun penggunaannya terus menurun secara signifikan sejak 2010.
Dalam kurun waktu 2030 hingga 2050, energi terbarukan seperti angin dan surya akan mendominasi bauran energi Inggris secara nasional dengan energi nuklir dan teknologi penyimpanan seperti baterai berperan mendukung kestabilan pasokan. Sementara itu, gas tanpa pengolahan (unabated gas) dan gas dengan teknologi penangkapan karbon (CCS) diperkirakan tetap digunakan dalam jumlah yang lebih kecil, namun jauh dari kontribusi signifikan.
Proyeksi ini sejalan dengan upaya Inggris untuk mencapai netralitas karbon pada 2050 dengan peningkatan drastis kapasitas energi terbarukan yang diiringi dengan penurunan bertahap penggunaan energi fosil.(*)