Logo
>

Uni Eropa Vs China soal Mobil Listrik: Spanyol, Jerman, Swedia Mulai Galau!

Ditulis oleh Pramirvan Datu
Uni Eropa Vs China soal Mobil Listrik: Spanyol, Jerman, Swedia Mulai Galau!

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Ketegangan antara Uni Eropa (EU) dan China terkait mobil listrik (EV) buatan China semakin meningkat setelah EU mengabaikan sejumlah proposal dari produsen mobil China. EU memutuskan untuk memberlakukan tarif pada EV buatan China meskipun ada penawaran dari produsen tersebut untuk menyelesaikan perselisihan secara damai.

    Langkah ini memicu protes di dalam blok, terutama dari beberapa negara anggota yang khawatir tentang dampaknya pada ekonomi dan hubungan perdagangan.

    Beberapa pemimpin Eropa, seperti Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez dan Kanselir Jerman Olaf Scholz, menyuarakan penentangan terhadap tarif ini, dengan alasan bahwa perang dagang dapat membahayakan ekonomi Eropa. Seperti dikutip di Jakarta, Kamis 19 September 2024.

    Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson dan Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban juga memperingatkan bahwa tarif tersebut bisa mengakibatkan dampak negatif bagi persaingan pasar dan industri otomotif Eropa.

    Para analis memperingatkan bahwa tarif ini dapat menghambat akses konsumen Eropa terhadap EV China yang lebih terjangkau serta memperlambat transisi hijau yang direncanakan oleh EU. Selain itu, tarif ini dapat menyebabkan kenaikan harga mobil listrik di pasar Eropa dan mengurangi tekanan persaingan pada produsen mobil Eropa untuk meningkatkan inovasi.

    Ketergantungan industri otomotif Eropa pada suku cadang dari China juga menjadi perhatian utama. Para pakar menyoroti bahwa langkah proteksionis seperti ini bisa memperlambat perkembangan teknologi dan inovasi, mengancam keberhasilan transformasi hijau EU menuju ekonomi yang lebih ramah lingkungan.

    Sementara itu, Norwegia yang bukan anggota EU, menyatakan bahwa kebijakan tersebut tidak akan memengaruhi konsumen mereka yang masih dapat mengakses EV dari China.

    Perang Dagang Mulai Sengit

    Perang dagang kian sengit. Uni Eropa memastikan akan memberlakukan bea masuk hingga miliaran dolar kepada mobil listrik buatan China. Ini merupakan signal merah bagi produsen mobil di China yang selalu membanjiri pasar Eropa dengan produk-produk kendaraan berharaga murah.

    Kepastian yang disampaikan pasar UE ini membuat para analis berpikir, besaran tarif ini akan memperlambat ekspansi produsen mobil listrik China di Eropa.

    Hari ini Uni Eropa akan mengkonfirmasi bea tambahan hingga 37,6 persen untuk mencegah membanjirnya mobil listrik bersubsidi buatan China ke pasar Eropa. Tapi, ada usaha terakhir dari kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan.

    Menanggapi kenaikan tarif yang mencapai miliaran dolar ini, Lei Xing, pendiri konsultan AutoXing, mengatakan bahwa perkembangan merek mobil listrik China di Eropa akan tetap berjalan.

    “Ini seperti melaju dari 80 km/jam jadi 60 km/jam atau bahkan lebih lambat, tapi tidak akan berhenti,” jelasnya.

    China dan Komisi Eropa sudah bernegosiasi sejak pekan lalu mengenai pembatasan yang ingin dihapuskan oleh Beijing dan beberapa produsen mobil Eropa.

    Beijing membantah tuduhan bahwa mobil listrik China disubsidi secara tidak adil. BYD, produsen mobil listrik terbesar di dunia, menghadapi kenaikan tarif terendah sebesar 17,4 persen di luar tarif 10 persen yang ada saat ini.

    MG Motors, milik negara SAIC, yang merupakan merek mobil listrik China paling populer di Eropa, menghadapi kenaikan tarif tertinggi.

    “Untuk BYD sebesar 17,4 persen, mereka masih bisa menyerapnya. Ini hanya sedikit hambatan di jalan. Tapi untuk MG – bagi SAIC Motor – ini merupakan kendala besar,” kata Xing.

    Dukung Tarif Tambahan

    Negara-negara Uni Eropa agak ragu-ragu untuk mendukung tarif tambahan pada mobil listrik buatan China, karena Beijing mengancam akan melakukan pembalasan yang luas.

    Tarif tersebut, yang akan diputuskan pada bulan November, bisa diblokir jika mayoritas negara anggota Uni Eropa yang memenuhi syarat, yaitu sekitar 15 negara yang mewakili 65 persen populasi Uni Eropa, memberikan suara menentangnya.

    Orang dalam industri mengatakan bahwa Eropa dan China punya alasan untuk mendorong kesepakatan guna menghindari penambahan tarif baru yang bernilai miliaran dolar bagi produsen mobil listrik China.

    “Saya pikir insentif yang saat ini diajukan oleh Eropa adalah agar perusahaan-perusahaan China mempertimbangkan untuk menghindari tarif dengan menempatkan beberapa kapasitas produksi mereka lebih dekat ke kawasan Eropa,” kata Bill Russo, pendiri dan CEO konsultan Automobility Ltd.

    Di Tanah Air, PT Indonesia Kendaraan Terminal TBK resmi menangani impor pabrikan mobil listrik asal China, Build Your Dreams atau BYD. Tercatat 2.301 unit BYD masuk ke tanah air, terhitung sejak minggu pertama bulan Juni 2024.

    Jumlah itu mengalami lonjakan drastis, sekitar 15 kali lipat jika dibandingkan dengan pengiriman sebelumnya pada bulan Desember tahun 2023 yang hanya 154 unit.

    PT Indonesia Kendaraan Terminal TBK memperkirakan kegiatan impor dan ekspor kendaraan pada pertengahan tahun ini akan mengalami peningkatan, terutama pada mobil listrik asal China yang belum memiliki pabrik di Indonesia.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.