Logo
>

Harga Minyak Turun Tipis, tapi Naik Dua Bulan Beruntun

Harga minyak dunia turun tipis karena meredanya konflik Timur Tengah, namun tetap mencatat kenaikan dua bulan beruntun berkat tren suplai dan produksi.

Ditulis oleh Syahrianto
Harga Minyak Turun Tipis, tapi Naik Dua Bulan Beruntun
Ilustrasi: Alat pengangkat minyak dari dalam tanah. (Foto: AI untuk KabarBursa)

KABARBURSA.COM – Harga minyak global melemah tipis pada perdagangan Senin, 1 Juli 2025, seiring meredanya ketegangan di Timur Tengah dan potensi kenaikan produksi dari aliansi produsen OPEC+ pada Agustus mendatang.

Harga minyak Brent kontrak Agustus turun 16 sen atau 0,2 persen ke level USD67,61 per barel sebelum jatuh tempo. Kontrak aktif September ditutup di USD66,74 per barel. Sementara itu, minyak mentah AS jenis West Texas Intermediate (WTI) merosot 41 sen atau 0,6 persen menjadi USD65,11 per barel.

Kendati mengalami penurunan mingguan terbesar sejak Maret 2023 pekan lalu, baik Brent maupun WTI masih mencatat kenaikan selama dua bulan berturut-turut, masing-masing menguat sekitar 6 persen dan 7 persen dalam dua bulan terakhir.

Kenaikan harga sempat menyentuh di atas USD80 per barel pada pertengahan Juni, setelah pecah perang 12 hari antara Israel dan Iran yang dipicu serangan ke fasilitas nuklir Iran pada 13 Juni lalu.

“Gencatan senjata yang cepat tercapai tampaknya masih berjalan efektif, sehingga premi risiko suplai yang sebelumnya mendorong harga kini mulai ditarik kembali dengan cepat,” ujar John Kilduff, mitra di Again Capital.

Produksi minyak mentah AS juga ikut menekan harga. Data dari Badan Informasi Energi (EIA) menunjukkan bahwa produksi minyak Amerika Serikat mencetak rekor tertinggi baru sebesar 13,47 juta barel per hari (bph) pada April 2025, naik dari 13,45 juta bph pada Maret.

OPEC+ Siap Tambah Pasokan Mulai Agustus

Empat sumber dari OPEC+ menyampaikan kepada Reuters bahwa organisasi tersebut berencana meningkatkan produksi sebesar 411.000 bph pada Agustus, melanjutkan tren kenaikan bertahap yang sudah terjadi sejak Mei, Juni, dan Juli.

Jika disepakati, total kenaikan produksi sepanjang 2025 dari OPEC+ akan mencapai 1,78 juta bph, atau lebih dari 1,5 persen dari permintaan global.

“Saya melihat tekanan pasokan ini masih belum sepenuhnya dihargai pasar. Minyak mentah masih rentan terhadap penurunan lebih lanjut,” kata Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank.

OPEC+ dijadwalkan kembali bertemu pada 6 Juli mendatang untuk merumuskan strategi selanjutnya.

Meski pasokan naik, kondisi pasar masih mencerminkan ketatnya suplai. Analis UBS Giovanni Staunovo menyebut kenaikan output OPEC pada Mei masih terbatas karena negara-negara seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab memilih meningkatkan produksi di bawah kuota yang diberikan.

Sementara itu, Kazakhstan diperkirakan akan melebihi target produksi minyak tahun ini sebesar 2 persen setelah peningkatan output dari ladang minyak terbesar di kawasan Laut Kaspia, menurut perhitungan Reuters berdasarkan data KazMunayGaz, perusahaan energi milik negara.

Survei terhadap 40 ekonom dan analis pada Juni memperkirakan rata-rata harga Brent akan mencapai USD67,86 per barel pada 2025, naik dari proyeksi bulan Mei sebesar USD66,98. Adapun minyak mentah WTI diperkirakan akan berada di level USD64,51 per barel, naik dari estimasi sebelumnya USD63,35. (*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Syahrianto

Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.