Logo
>

Harga Sawit Menguat Tiga Hari Beruntun, Permintaan India Jadi Penopang Utama

Harga CPO melonjak tiga hari berturut-turut didorong permintaan tinggi dari India, meski analis tetap mewaspadai potensi volatilitas akibat faktor geopolitik dan pasokan.

Ditulis oleh Yunila Wati
Harga Sawit Menguat Tiga Hari Beruntun, Permintaan India Jadi Penopang Utama
Panen sawit. (Foto: Dok KabarBursa)

KABARBURSA.COM - Harga minyak sawit mentah (CPO) kembali naik, memperpanjang reli ke hari ketiga. Katalisnya datang dari arah yang cukup familiar, India. 

Negara importir terbesar ini kembali meningkatkan permintaan, memanfaatkan harga CPO yang masih tergolong murah dibandingkan minyak nabati lain. Bagi pasar, ini menjadi tanda bahwa tren kompetitif CPO belum kehilangan daya tariknya.

Mengutip Bloomberg, Rabu, 9 Juli 2025, kenaikan harga CPO yang saat ini menyentuh level MYR4.100 per ton, menurut analis, tak terjadi begitu saja. Direktur Pelindung Bestari di Selangor, Malaysia, Paramalingam Supramaniam menyebut, para pembeli besar telah kembali melakukan aksi akumulasi. 

Mereka melihat peluang karena harga sawit lebih murah dibandingkan kedelai atau bunga matahari. 

“India menjadi pembeli kunci di bulan ini,” kata Paramalingam, menjelaskan kenapa sentimen mendadak bergeser positif.

Dari sisi produksi, sinyal sedikit melunak. Malaysia, sebagai produsen kedua terbesar setelah Indonesia, diperkirakan akan mengalami penurunan output jangka pendek. Namun ini bukan kondisi yang permanen. 

Menurut Sandeep Singh dari perusahaan perdagangan dan konsultan The Farm Trade yang berbasis di Kuala Lumpur, produksi Malaysia diperkirakan akan kembali membaik setelah fase penurunan musiman ini. 

“Kami menunggu data resmi dari Malaysian Palm Oil Board untuk validasi stok dan produksi Juli,” ujarnya.

Waspada, Harga CPO Masih Dibayangi Volatilitas

Sementara itu, proyeksi jangka menengah membawa nuansa yang lebih hati-hati. RHB Research dalam catatannya menyebut bahwa tahun 2026 mungkin akan menghadirkan keseimbangan baru antara suplai dan permintaan di sektor perkebunan Asia Tenggara. 

Namun, mereka juga memperingatkan bahwa harga CPO masih akan dibayangi volatilitas, terutama karena faktor geopolitik yang tak kunjung stabil.

Sebagai respons terhadap dinamika ini, RHB memangkas proyeksi harga CPO untuk 2025 dari MYR4.300 menjadi MYR4.100 per ton. Untuk 2026, targetnya turun dari MYR4.100 menjadi MYR4.000. 

Penyesuaian ini dilakukan dengan asumsi bahwa harga CPO masih akan terus berada di bawah harga minyak kedelai, posisi yang memang sudah menjadi ciri khas CPO selama bertahun-tahun.

Lebih lanjut, rekomendasi sektor pun turut direvisi. Dari sebelumnya “overweight”, kini RHB menurunkannya menjadi “neutral”. 

Namun beberapa emiten tetap menjadi andalan analis mereka, seperti Johor Plantations, Sarawak Oil Palms, IOI Corp, dan London Sumatra Indonesia (LSIP).

Secara keseluruhan, dinamika pasar minyak sawit saat ini menggambarkan dua hal, dorongan dari sisi permintaan, yang masih kuat terutama dari negara sensitif harga seperti India—dan penyesuaian dari sisi produksi yang bersifat musiman. 

Di tengah dua kekuatan ini, pelaku industri dan investor akan terus mencermati arah fundamental dan kebijakan negara-negara produsen serta konsumen utama. 

Karena dalam sektor seperti ini, ketepatan membaca momentum bisa menjadi kunci keuntungan jangka pendek maupun penempatan strategi jangka panjang.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79