KABARBURSA.COM - Bursa Efek Indonesia (BEI) terus menegaskan komitmennya dalam mendorong pertumbuhan jumlah dan kualitas perusahaan tercatat melalui serangkaian kegiatan edukasi dan pendampingan yang berkelanjutan.
Langkah tersebut merupakan bagian dari strategi pengembangan pasar modal domestik, di tengah tantangan pencapaian target penawaran umum perdana saham (IPO) tahun ini.
Sebagai informasi, hingga pekan kedua Juli 2025, baru terdapat 18 emiten yang resmi mencatatkan sahamnya di BEI. Dengan tambahan empat perusahaan dalam pipeline, total baru mencapai 22 calon emiten.
Angka ini masih jauh dari target BEI yang memproyeksikan 66 emiten baru sepanjang tahun 2025. Sebagai perbandingan, pada tahun 2024 lalu, BEI mencatat pencatatan saham oleh 41 perusahaan, bukan 91 seperti sempat disebutkan sebelumnya.
Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, menyatakan bahwa BEI tidak hanya mendorong perusahaan untuk IPO, tetapi juga memastikan bahwa setiap tahapan proses go public dipahami dan dipersiapkan secara optimal.
“Kami ingin memastikan perusahaan betul-betul siap saat melantai di bursa,” ujarnya dikutip Jumat, 11 Juli 2025.
Untuk mengejar target tahun ini, BEI menitikberatkan strategi pada peningkatan literasi dan edukasi kepada perusahaan-perusahaan potensial. Pendekatan yang diterapkan tidak hanya berorientasi pada kuantitas, melainkan menekankan pada kesiapan dan kualitas perusahaan agar dapat bertransformasi menjadi emiten yang berkelanjutan.
BEI melalui unit kerja khusus secara aktif mendampingi perusahaan dalam proses persiapan IPO. Pendampingan ini mencakup pemahaman menyeluruh terhadap aspek legal, keuangan, tata kelola, hingga penyusunan equity story yang meyakinkan.
Berbagai inisiatif edukasi diselenggarakan secara rutin, seperti go public workshop, coaching clinic, pertemuan tatap muka (one-on-one meeting), serta networking event yang mempertemukan pelaku usaha dengan para profesional penunjang pasar modal.
“Edukasi kami lakukan tidak hanya untuk sektor swasta, tapi juga dengan dukungan instansi pemerintah, asosiasi pengusaha, perbankan, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya,” jelas Jeffrey.
Selain mendorong edukasi IPO saham, BEI juga aktif memperkenalkan berbagai instrumen pendanaan lain seperti penerbitan obligasi, sukuk, dan efek beragun aset.
Upaya ini ditujukan agar perusahaan memiliki alternatif pendanaan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan bisnis masing-masing.
Jeffrey menegaskan bahwa keputusan untuk menjadi perusahaan terbuka adalah aksi korporasi strategis yang memerlukan kesiapan jangka panjang. Oleh karena itu, BEI sangat menghargai perusahaan yang mempersiapkan diri secara matang.
Kesiapan itu mencakup kinerja keuangan yang solid, tata kelola perusahaan yang baik, kredibilitas manajemen, serta strategi komunikasi yang efektif kepada investor.
“Kesuksesan IPO bukan hanya soal kondisi pasar yang kondusif, tetapi kesiapan internal perusahaan adalah kunci,” tambahnya.
Melalui pendekatan yang lebih intensif dan kolaboratif, BEI berharap dapat mempercepat laju pertumbuhan perusahaan tercatat di sisa tahun 2025, tanpa mengorbankan kualitas dan keberlanjutan jangka panjang.
BEI tetap optimis bahwa transformasi perusahaan menjadi emiten dapat menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional melalui akses pendanaan yang terbuka dan transparan.(*)