KABARBURSA.COM - Di tengah meningkatnya tensi geopolitik akibat tarif baru yang diumumkan mantan Presiden AS Donald Trump, harga emas justru bergerak nyaris datar pada Jumat WIB, 11 Juli 2025.
Logam mulia yang biasanya menjadi incaran investor saat ketidakpastian memuncak ini, hanya naik tipis 0,1 persen di pasar spot ke USD3.317,44 per troy ounce. Kontrak berjangka emas AS pun menguat dalam porsi yang sama, ditutup di USD3.325,70.
Meski sentimen pasar semestinya condong ke arah aset aman seperti emas, kekuatan dolar AS kembali menjadi pengganjal. Indeks dolar tercatat menguat 0,2 persen, dan ini cukup untuk menekan minat beli emas dari investor yang menggunakan mata uang selain dolar.
Sebagaimana lazimnya, setiap kali dolar menguat, harga emas menjadi relatif lebih mahal dan berpotensi kehilangan daya tarik, sekalipun ada faktor eksternal yang memicu kekhawatiran pasar.
Sikap pasar terhadap emas juga dipengaruhi oleh sinyal dari Federal Reserve. Risalah rapat kebijakan moneter bulan Juni yang dirilis pekan ini menunjukkan bahwa hanya segelintir pejabat bank sentral AS yang mempertimbangkan kemungkinan pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat.
Mayoritas masih cenderung waspada, terutama karena mereka memperkirakan dampak inflasi dari tarif Trump akan lebih persisten dari dugaan awal.
Dari sisi data ekonomi, klaim mingguan tunjangan pengangguran di AS secara mengejutkan turun pada pekan lalu. Angka ini menjadi penanda bahwa pasar tenaga kerja belum melemah secara signifikan, meskipun ekonomi di sektor lain menunjukkan tanda-tanda perlambatan.
Bagi The Fed, ini menjadi argumen tambahan untuk tidak tergesa-gesa dalam melonggarkan kebijakan moneter, dan bagi pasar emas, ini berarti tekanan naik tetap terbatas.
Perak dan Platinum Catatkan Kenaikan
Menariknya, pergerakan lebih dinamis justru terjadi pada logam mulia lain. Harga perak mencatat lonjakan 1,5 persen ke USD36,87 per ounce.
Menurut analis pasar Wong, tembusnya level USD35 membuka peluang teknikal menuju target USD40 dalam waktu dekat. Pergerakan ini memunculkan daya tarik baru, khususnya bagi investor yang mencari pertumbuhan harga yang lebih agresif.
Platinum juga mencatat kenaikan moderat sebesar 0,5 persen ke USD1.353,55 per ounce. Sementara palladium menjadi bintang hari itu dengan kenaikan tajam 3,9 persen, ditutup di USD1.148,43 per ounce, angka tertingginya dalam sepekan terakhir.
Kenaikan palladium disebut-sebut didorong oleh potensi ketatnya pasokan dan permintaan yang tetap kuat, terutama dari sektor otomotif yang banyak menggunakan logam ini dalam sistem emisi kendaraan.
Secara keseluruhan, pasar logam mulia masih menawarkan daya tarik di tengah ketidakpastian global. Namun, untuk saat ini, arah emas tampaknya masih terbelah antara kekuatan dolar dan ekspektasi kebijakan The Fed.
Sementara investor jangka panjang mungkin tetap melihat emas sebagai aset lindung nilai, dalam jangka pendek, momentum justru tampak lebih berpihak pada perak dan palladium.(*)