Logo
>

Analis Sebut Kinerja Buruk TLKM Bakal Tekan IHSG

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Analis Sebut Kinerja Buruk TLKM Bakal Tekan IHSG

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Analis pasar modal dari Komunitas Trader Saham RencanaTrading, Satrio Utomo atau Tommy, memprediksi kinerja keuangan PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM) yang kurang memuaskan pada semester I-2024 akan memberikan tekanan tambahan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Padahal, pasar sedang menantikan rilis laporan keuangan bank-bank besar seperti BBRI dan BBNI, serta keputusan The Fed terkait suku bunga.

    “Kinerja Buruk dari TLKM ini, diperkirakan akan memberikan tekanan tambahan pada Perdagangan di Bursa Efek Indonesia,” ujar Tommy dalam outlook hariannya kepada KabarBursa, Selasa 30 Juli 2024.

    Tommy mengungkapkan laba per saham atau Earnings Per Share (EPS) TLKM pada semester I-2024 meleset dari ekspektasi pasar. Kondisi ini diperkirakan akan membuat IHSG bergerak flat hingga sedikit terkoreksi pada kisaran 7.274-7.350.

    “Jika IHSG gagal bertahan di atas level support 7.274, maka tren naik jangka pendek yang sedang berlangsung berpotensi berakhir,” kata Tommy.

    Investor Wait and See

    Tommy berujar sentimen pasar saat ini cenderung wait and see untuk menantikan sejumlah katalis penting. Selain laporan keuangan bank-bank besar, yakni Bank Mandiri (BMRI) dan Bank BNI (BBNI) keputusan The Fed pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan digelar Rabu, 31, Juli 2024, malam atau Kamis dini hari WIB juga menjadi sorotan utama.

    “Kinerja Buruk dari TLKM sepertinya bakal memberikan tekanan,” kata Tommy.

    Sementara itu, sejumlah emiten besar seperti Astra International (ASII) dan United Tractors (UNTR) juga diprediksi akan segera merilis laporan keuangannya. Kinerja perusahaan-perusahaan tersebut diharapkan dapat memberikan sentimen positif bagi pasar.

    IHSG Gagal Respons Sentimen Positif

    Harapan penurunan suku bunga oleh The Fed yang menggairahkan perdagangan saham di kawasan Asia, sebelumnya malah memicu aksi profit taking di Bursa Efek Indonesia (BEI). Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG hanya naik tipis 0,730 poin atau 0,010 persen, ditutup pada level 7.288,90.

    Pergerakan pagi menunjukkan IHSG sempat mencapai titik tertinggi di level 7.333,90. “Berita lonjakan laba bersih AMMN sebesar 298 persen memang membuat perdagangan pagi bergairah,” ujar analis dari Komunitas Trader Saham Rencana Trading, Satrio Utomo atau Tommy, dalam outlook hariannya kepada KabarBursa, Senin, 29 Juli 2024.

    Tommy menjelaskan, aksi profit taking pada saham-saham penggerak indeks utama seperti BBCA, BREN, dan ARTO berhasil membuat IHSG kembali mendekati level penutupan pekan lalu. Tidak seperti indeks Nikkei yang naik 2,29 persen atau Hang Seng yang naik 1,28 persen, IHSG hanya mengalami kenaikan tipis.

    “Keengganan IHSG untuk bergerak naik di tengah sentimen positif dari bursa global dan regional Asia ini bukan kabar bagus,” ujar Tommy. Menurutnya, pasar terlihat masih wait and see, menunggu pengumuman kinerja BMRI dan BBNI dalam satu-dua hari ke depan.

    Ketika pasar gagal merespon berita positif dengan benar, Tommy melanjutkan, muncul kekhawatiran bahwa pasar sedang bersiap menghadapi koreksi yang lebih besar.

    Sebelumnya Tommy juga mengatakan harapan pelaku pasar terhadap kemungkinan penurunan suku bunga oleh The Fed pada September mendatang telah mengerek indeks Dow Jones Industrial (DJI) naik tajam. DJI ditutup menguat 654,24 poin atau 1,64 persen ke level 40.589,34.

    “Optimisme pelaku pasar atas suku bunga Fed Rate telah mengembalikan indeks DJI ke dalam tren naik jangka pendek,” ujar Tommy.

    Menurutnya, meskipun The Fed tidak menurunkan suku bunga pada Juli ini, ekspektasi penurunan pada September sudah cukup menggerakkan pasar.

    Pertanyaannya kini adalah apakah sentimen positif ini dapat mendorong Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG menembus resistensi kuat di kisaran 7.350-7.400. “Pada Jumat, 26 Juli 2024, IHSG sebenarnya sudah berada dalam tren naik akibat technical rebound pada saham-saham big caps,” kata Tommy.

    Namun, dia melanjutkan, sentimen dalam negeri masih beragam setelah kinerja PT Bank Tabungan Negara atau BBTN 1H2024 jauh di bawah ekspektasi dengan EPS Rp107 dibanding estimasi Rp132,9. Pasar juga menunggu kinerja dari Bank Mandiri (BMRI) dan Bank BNI (BBNI).

    “Sehingga, kalaupun IHSG mampu menembus resistensi kuat di level 7.350-7.400, faktor sentimen positif dari bursa global ini akan lebih berperan,” jelas Tommy.

    IHSG sempat ini dibuka menguat, kemarin, 29 Juli 2024. IHSG naik 34 poin atau 0,51 persen ke 7.325. Menurut data dari RTI, IHSG mencapai level tertinggi di angka 7.333 dan terendah di angka 7.304. Terdapat 228 saham yang mengalami penguatan, 96 saham yang mengalami penurunan, dan 209 saham yang stagnan.

    Berdasarkan riset dari Mirae Asset Sekuritas, IHSG ditutup menguat pada pekan lalu ke level 7.288, mencatatkan kenaikan sebesar 0,66 persen.

    Sektor energi dan sektor transportasi serta logistik menunjukkan kenaikan signifikan masing-masing sebesar 1,31 persen dan 1,07 persen. Sebaliknya, sektor teknologi dan sektor kesehatan mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,65 persen dan 0,33 persen.

    Investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp366,7 miliar dengan saham-saham yang mengalami net buy terbesar adalah BBCA, ASII, dan BBRI.

    Kenaikan IHSG dipengaruhi oleh beberapa sentimen positif, salah satunya adalah proyeksi Bank Dunia yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 akan mencapai 5 persen, lebih tinggi dibandingkan proyeksi pertumbuhan global yang hanya mencapai 2,6 hingga 2,7 persen.

    Di pasar saham Amerika Serikat (AS), indeks-indeks utama ditutup menguat signifikan. Indeks Dow Jones mengalami kenaikan sebesar 654,27 poin atau 1,64 persen, S&P 500 meningkat 59,88 poin atau 1,11 persen, dan Nasdaq naik sebesar 176,16 poin atau 1,03 persen.

    Penguatan Wall Street didorong oleh kenaikan moderat harga minyak AS pada bulan Juni, yang menunjukkan adanya pendinginan inflasi dan kemungkinan pelonggaran kebijakan oleh The Fed pada September. Probabilitas penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan The Fed September tetap stabil di sekitar 88 persen setelah pengumuman pembacaan PCE.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).