KABARBURSA.COM - Para pengamat menyebut industri otomotif bakal terkena dampak akibat lesunya nilai tukar rupiah terhadap dolar.
Pengamat otomotif, Bebin Djuana mengatakan pelemahan rupiah bisa membuat pabrikan dengan terpaksa menaikan harga barang.
"Terpaksa pabrikan harus menaikan harga. Dalam kondisi kompetisi pasar yang sangat ketat tentu hal ini sangat menyulitkan," kata Bebin kepada Kabar Bursa, Kamis 18 April 2024.
Bebin melihat hal tersebut Semacam buah simalakama. Akan tetapi menurut dia, menaikan harga tidak perlu terjadi serta merta, tergantung stock parts yang tersedia.
"Karena komponen dipesan tiga-enam bulan sebelum produksi . Berita kurang sedapnya komponen lokal (local content) tidak terbebas dari kenaikan harga karena bisa dipengaruhi harga bahan baku yang di import," jelas dia.
Jika kondisi tersebut benar-benar harus terjadi (kenaikan harga secara bertahap), kata Bebin, tentu bisa berdampak negatif pada penjualan nasional.
Senada dengan Bebin, pengamat otomotif lainnya, Yannes Martinus Pasaribu mengatakan pelemahan rupiah cukup berdampak terhadap ekosistem bisnis otomotif Indonesia.
Hal tersebut dikatakan Yannes dikarenakan Indonesia masih banyak menggunakan komponen impor, seperti mesin, suku cadang, dan bahan baku.
"Pelemahan rupiah akan membuat harga komponen impor menjadi lebih mahal, sehingga berimbas pada biaya produksi," ujarnya kepada Kabar Bursa, Kamis 18 April 2024.
Yannes menilai kondisi itu bisa menimbulkan harga kendaraan kembali naik. Padahal, lanjut dia, harga baru saja naik pada Januari-Februari kemarin.
Sebelumnya diberitakan, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta W. Kamdani, menyebut pelemahan nilai tukar rupiah sudah pasti akan memberikan dampak negatif terhadap industri manufaktur nasional.
Shinta mengatakan 70 persen dari total impor nasional adalah impor bahan baku atau penolong industri. Menurut dia, hal ini akan naik menjadi 80 persen jika ditambah dengan impor barang modal.
“Jadi dampak terhadap kenaikan overhead cost usaha industri manufaktur akan sangat memberatkan,” ucapnya.
Adapun pada hari ini, rupiah diprediksi sulit berbalik meninggalkan zona ‘berbahaya’ di kisaran Rp16.000/USD.
Meski begitu, tekanan pada rupiah dalam perdagangan hari ini mungkin akan lebih terbatas dengan indeks dolar Amerika Serikat (AS) mulai terkoreksi turun sedikit.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.