KABARBURSA.COM - Bursa Efek Indonesia (BEI) berencana meluncurkan sejumlah produk derivatif terbaru pada 2025. Langkah ini tidak lepas dari respon positif masyarakat terhadap produk-produk sebelumnya.
Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik, mengakui produk-produk BEI yang telah diluncurkan mendapat timbal balik positif dari investor. Oleh karenanya, dia tidak menampik jika BEI akan memperkenalkan beberapa produk baru pada 2025. Salah satunya ialah single stock futures asing.
"Pada penutupan kemarin, kita sudah mengenalkan kontrak berjangka untuk indeks asing dan akan segera bisa ditransaksikan di awal tahun ini. Bisa saja, nanti kita juga akan meluncurkan single stock futures asing," kata Jeffrey kepada awak media di Gedung BEI Jakarta, Kamis, 2 Januari 2024.
Namun begitu, Jeffrey belum menjabarkan kapan peluncuran single stock futures asing itu akan dilakukan. Dia mengatakan pihaknya akan melihat respon investor terlebih dahulu terhadap kontrak berjangka indeks asing yang telah mengudara pada penutupan perdagangan 2024 .
"Kalau seluruh anggota bursa derivatif itu sudah aktif, kami sangat optimis produk derivatif akan bisa berkembang dan diterima oleh investor," ungkap Jeffrey.
Produk Single Stock Futures
Beberapa waktu lalu, BEI resmi meluncurkan Single Stock Futures (SSF) pada Selasa, 12 November 2024. Perlu diketahui, SSF adalah produk terbaru dari BEI untuk menjawab kebutuhan dari para investor.
Direktur Utama BEI Iman Rachman, mengatakan kehadiran SSF bisa memberikan dampak positif bagi pasar modal untuk menarik lebih banyak investor.
“Dan menciptakan peluang bagi semua pihak di pasar modal untuk meningkatkan kualitas dari pada perdagangan,” ujar Iman dalam sambutannya.
Menurut Iman, manfaat dari SSF tidak akan ditemukan di produk investasi lainnya. Sebab, salah satu keunggulan produk ini ialah modal transaksi yang rendah.
“Selain itu SSF juga dapat digunakan untuk mengoptimasi keuntungan investor di pasar modal,” jelas dia.
Sementara itu Kepala Departemen Pemeriksaan Khusus, Pengawasan Keuangan Derivatif, Bursa Karbon dan Transaksi Efek OJK I Made Bagus Tirthayatra, menyebut peluncuran SSF ini sejalan dengan upaya untuk mengembangkan produk pengelolaan dedikatif sebagaimana tertuang dalam road map pasar modal Indonesia 2023-2027.
“Di tengah tantangan global, pasar modal Indonesia tetap menunjukkan ketahanan dan potensi yang besar,” ungkapnya.
Keuntungan Investasi di Single Stock Futures
Kepala Divisi Pengembangan Bisnis 1 BEI Firza Rizqi Putra, menjelaskan bahwa SSF adalah produk terbaru dari BEI untuk menjawab kebutuhan dari para investor.
SSF merupakan produk pelengkap dikarenakan belum ada produk di BEI yang bisa mengambil potensi keuntungan ketika market sedang turun.
“Produk SSF dapat dimanfaatkan oleh para investor, baik ketika market sedang naik ataupun turun,” ujarnya kepada media pada Kamis, 22 Agustus 2024.
Firza melanjutkan, produk SSF juga bisa dimanfaatkan oleh investor dengan modal yang jauh lebih kecil dibandingkan transaksi saham. Hal ini bisa membuat transaksi lebih efektif dan efisien.
“Dengan SSF, investor bisa memanfaatkan potensi return dari kenaikan pasar atau keturunan harga dari saham-saham dengan modal yang jauh lebih kecil, karena untuk bertransaksi SSF dibutuhkan hanya sedikit modal saja,” jelas dia.
Adapun saham-saham yang menjadi underflying SSF berasal dari sektor yang beragam, serta merupakan saham dengan fundamental dan likuiditas yang baik.
Dari sektor finansial, ada BBRI dan BBCA, basic materials meliputi MDKA, infrastruktur ada TLKM, dan industrial ada ASII.
Sementara itu Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik, mengatakan inisiatif ini merupakan salah satu cara untuk melakukan pendalaman pasar.
“Dengan posisi bursa yang sudah sangat strategis, baik di level ASEAN maupun global, pendalaman pasar itu menjadi suatu keharusan. Dengan jumlah investor yang terus meningkat, kebutuhan investor juga akan terus meningkat, khususnya untuk produk derivatif,” ujarnya dalam kesempatan yang sama.
Jeffrey pun berharap, para investor bisa segera memahami SSF serta dapat mengoptimalkan keuntungan dari keberadaan produk ini.
Namun untuk bisa mendapatkan keuntungan dari SSF, kata dia, para investor harus paham karakteristik dari produk hingga bagaimana risiko yang ada.
SSF sendiri bekerja dengan cara yang mirip dengan kontrak berjangka lainnya, di mana dua pihak (pembeli dan penjual) sepakat untuk membeli atau menjual suatu aset (dalam hal ini saham) pada harga tertentu di masa depan. Namun, SSF berfokus pada saham individual, bukan indeks saham atau komoditas lainnya.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.