KABARBURSA.COM - Bursa Asia mengalami pelemahan pada awal perdagangan Rabu, 11 September 2024, setelah menerima sinyal beragam dari Wall Street menjelang rilis data inflasi AS dan debat presiden. Indeks utama di Jepang dan Korea Selatan mencatat penurunan terbesar, sementara Australia justru bergerak positif. Kontrak berjangka AS mengisyaratkan awal yang negatif. Nikkei 225 turun 0,64 persen ke level 35.950, sedangkan S&P ASX 200 menguat tipis 0,08 persen ke posisi 8.018 pada pukul 06.07 WIB.
Sementara itu, harga minyak mentah tetap di bawah angka USD70 per barel setelah anjlok ke penutupan terendah sejak akhir 2021 karena kekhawatiran terhadap permintaan global. Para pelaku pasar kini menanti data CPI dari AS yang akan dirilis pada hari Rabu, dengan harapan hal tersebut dapat membantu The Fed mengarahkan fokus pada pelonggaran ekonomi yang lebih halus. Selain itu, pada sesi perdagangan ini, Korea Selatan akan mengumumkan suku bunga pinjaman bank untuk rumah tangga.
Perdagangan hati-hati di Asia ini terjadi setelah aksi jual besar-besaran di awal pekan, dipicu oleh kekhawatiran Federal Reserve mungkin telah menunggu terlalu lama untuk memangkas suku bunga. Data ketenagakerjaan AS yang dirilis pekan lalu menunjukkan pertumbuhan pekerjaan yang lebih rendah dari ekspektasi.
Melansir NDTV, para trader mengurangi kemungkinan pemangkasan suku bunga sebesar setengah poin pada pertemuan The Fed bulan September menjadi hanya 20 persen, dari sebelumnya 50 persen pada pekan lalu.
Saham-saham di AS bergerak fluktuatif sepanjang sesi perdagangan Selasa kemarin karena para pelaku pasar menanti petunjuk lebih lanjut dari rilis data inflasi serta debat presiden antara Donald Trump dan Kamala Harris.
Saham sektor perbankan di Wall Street memimpin penurunan, dipicu oleh pandangan hati-hati dari para pemimpin industri yang menambah kekhawatiran bahwa era pertumbuhan stabil mulai berakhir. JPMorgan menurunkan ekspektasi untuk pendapatan bunga bersih tahun depan, sementara Ally Financial, pemberi pinjaman utama di sektor otomotif, memberikan peringatan terkait metrik kredit konsumen.
Meskipun sektor perbankan menekan indeks, aksi beli di saham teknologi berhasil mengangkat sebagian besar indeks di AS. S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing naik 0,45 persen dan 0,84 persen, sementara Dow Jones Industrial Average turun 0,23 persen.
Imbal hasil obligasi Treasury AS bertenor 10 tahun turun enam basis poin menjadi 3,64 persen, sementara indeks dolar AS tetap datar menjelang rilis data inflasi CPI.
Harga minyak kembali menguat setelah merosot pada sesi sebelumnya. Minyak Brent diperdagangkan naik 0,58 persen menjadi USD69,59 per barel pada pukul 05.59 WIB. West Texas Intermediate juga menguat 0,67 persen ke USD66,19 per barel.
Level Kunci
- Indeks Dolar AS di 101,66.
- Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun di 3,64 persen.
- Minyak Brent naik 0,58 persen menjadi USD69,59 per barel.
- Bitcoin turun 0,12 persen menjadi USD57.505,93.
- Emas naik 0,07 persen menjadi USD2.518,43 per ounce.
Sulit Pertahankan Reli
Perdagangan Bursa Asia pada Selasa sore, 10 September 2024, menunjukkan pergerakan yang bervariasi, di mana pasar tampak kesulitan mempertahankan reli. Hal ini masih disebabkan adanya kekhawatiran tentang perekonomian China yang sedang goyang.
Data menunjukkan ekspor China tumbuh dengan kecepatan terbaiknya sejak Maret 2023 hingga Agustus kemarin. Hal ini menandakan bahwa produsen mempercepat pesanan menjelang tarif yang diharapkan dari mitra dagang. Tapi, impor gagal memenuhi perkiraan karena permintaan domestik masih lemah.
Kepala ekonom ING untuk Tiongkok Raya Lynn Song, mengatakan, ia melihat belum adanya kepastian sampai kapan momentum seperti ini akan bertahan. Hal ini terkait dengan surplus perdagangan yang lebih baik dari perkiraan berkat pertumbuhan ekspor.
Bursa China Terdampar
Indeks saham unggulan di bursa China, CSI300, merosot ke titik terendah dalam tujuh bulan terakhir. Ini mencerminkan lesunya permintaan konsumen. Harapan adanya stimulus dari pemerintah China yang lebih besar ternyata hanya dilakukan dalam porsi yang sangat kecil dan terarah. Akibatnya, ekonomi tidak membaik dengan cepat. Begitu dijelaskan oleh Jun Bei Liu, manajer portofolio di Tribeca Investment Partners.
Ketegangan perdagangan juga meningkat setelah DPR AS pada Senin, 9 September 2024, meloloskan RUU yang bertujuan membatasi bisnis dengan beberapa perusahaan bioteknologi China seperti WuXi AppTec dan BGI, dengan alasan keamanan nasional.
Fokus Investor Beralih ke Laporan Inflasi AS
Investor kini memusatkan perhatian pada laporan inflasi AS yang akan dirilis Rabu, 11 September 2024. Data ini diharapkan memberikan kejelasan lebih lanjut mengenai kemungkinan pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin oleh Federal Reserve dalam pertemuan mendatang.
Ekspektasi inflasi utama di AS diperkirakan akan melambat menjadi 2,6 persen tahunan pada Agustus, dibandingkan dengan 2,9 persen pada Juli.
“Jika angka inflasi berbeda secara signifikan dari ekspektasi, maka proyeksi pemangkasan suku bunga yang telah dihitung bisa berubah,” kata Liu dari Tribeca.
Dan ternyata, harga pasar menunjukkan ekspektasi pemangkasan suku bunga sebesar 110 basis poin dari Fed pada tahun ini.(*)