KABARBURSA.COM - PT Elnusa Tbk (ELSA), melaksanakan survei seismik perdana di area konsesi tambang batu,bara PT Wahana Baratama Mining (member of Bayan Group), di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan.
Survei tersebut merupakan langkah Elnusa dalam eksplorasi tambang batu bara di Indonesia, dengan mengedepankan teknologi mutakhir untuk menghasilkan data eksplorasi yang akurat, efisien, dan ramah lingkungan.
Direktur Utama Elnusa Bachtiar Soeria Atmadja, menjelaskan survei ini merupakan tonggak penting sebagai pembuktian kemampuan perusahaan dalam menghadirkan solusi survei geosains yang unggul.
"Kami berkomitmen untuk terus adaptif dalam memberikan data eksplorasi yang dapat diandalkan guna mendukung kebutuhan energi nasional," kata Bachtiar dalam keterbukaan informasi, Rabu, 27 November 2024.
Pada survei ini Elnusa menggunakan Vibroseis IVI EnviroVib 15 dan Hemi 44 sebagai sumber getar yang dikenal memiliki mobilitas yang tinggi dan hemat energi sehingga efisien dalam menghasilkan sinyal seismik yang berkualitas.
Tak hanya itu, survei ini juga didukung oleh receiver Smart SOLO IGU-16 1C (5Hz), sebuah sistem nodal otonom yang menawarkan berbagai keunggulan, menjadikannya pilihan ideal untuk eksplorasi geosains tingkat lanjut.
"Teknologi yang kami gunakan, seperti Vibroseis dan Smart SOLO, memungkinkan kami memberikan data eksplorasi yang akurat, efisien, dan relevan dengan kebutuhan pelanggan," jelas Bachtiar
Sementara, Party Chief pada project Andi Mahri, menuturkan Elnusa telah menyelesaikan desain awal untuk survei 3 Dimensi dengan luas 25,85 km² dan mencakup 9.132 titik perekaman. Selain itu, survei ini mencakup 7 lintasan survei 2 Dimensi dengan total panjang 13,14 km dan mencakup 1.321 titik perekaman.
"Rancangan ini diharapkan menghasilkan data subsurface yang lebih detail dan akurat untuk mendukung pengambilan keputusan strategis dalam eksplorasi,” ungkap Andi.
Pendapatan Tembus Rp9,65 Triliun
Sebelumnya diberitakan, pendapatan dan laba bersih PT Elnusa Tbk (ELSA) kompak pertumbuhan pada periode sembilan bulan tahun 2024 atau triwulan III.
Melalui laporan keuangan yang berakhir pada 30 September 2024, emiten milik PT Pertamina ini membukukan pendapatan sebesar Rp9,65 triliun pada periode ini, meningkat 6,95 persen dari Rp8,98 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Di saat yang sama, beban pokok pendapatan juga mengalami kenaikan dari Rp8,11 triliun pada 2023 menjadi Rp8,64 triliun pada 2024. Hasilnya, laba bruto meningkat dari Rp867,2 miliar pada 2023 menjadi Rp1,01 triliun pada 2024, mencerminkan kenaikan sebesar 16,2 persen.
ELSA mencatat beban usaha yang tampak beragam pada triwulan III. Beban penjualan mengalami sedikit penurunan dari Rp4,12 miliar menjadi Rp3,26 miliar, sedangkan beban umum dan administrasi mengalami peningkatan dari Rp313,9 miliar menjadi Rp348,0 miliar.
Selanjutnya, pendapatan keuangan mengalami peningkatan signifikan dari Rp50,4 miliar menjadi Rp162,1 miliar, yang berkontribusi positif terhadap laba. Sementara itu, beban keuangan sedikit meningkat dari Rp84,2 miliar menjadi Rp87,7 miliar.
Adapun laba sebelum pajak mengalami kenaikan dari Rp493,0 miliar menjadi Rp704,4 miliar, menunjukkan kenaikan 42,9 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023. Namun beban pajak penghasilan meningkat dari Rp86,4 miliar menjadi Rp153,2 miliar, yang sesuai dengan kenaikan laba sebelum pajak.
Laba bersih untuk periode sembilan bulan ini mencapai Rp551,2 miliar, meningkat sebesar 35,6 persen dari Rp406,6 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Laba per saham untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2024 tercatat sebesar Rp75,53, naik dari Rp55,71 pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Liabilitas ELSA
Sementara itu, liabilitas jangka panjang meningkat signifikan dari Rp311,0 miliar menjadi Rp951,3 miliar pada September 2024 terutama disebabkan oleh utang sukuk-bagian tidak lancar, liabilitas sewa, dan pendapatan ditangguhkan bagian tidak lancar.
“Liabilitas pada tanggal 30 September 2024 mengalami kenaikan 8,75 persen atau sebesar Rp453,567 miliar dibandingkan dengan liabilitas pada 31 Desember 2023,” kata Direktur Utama Elnusa Bachtiar Soeria Atmadja, Rabu, 30 Oktober 2024.
Berdasarkan hal tersebut, sambung Bachtiar, maka Elnusa tidak diwajibkan untuk memberikan penjelasan secara terperinci atas hal tersebut.
Di sisi ekuitas, Elnusa melaporkan penurunan dari Rp4,77 triliun pada akhir 2023 menjadi Rp4,42 triliun pada akhir September 2024. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan saldo laba tidak dicadangkan dari Rp3,49 triliun menjadi Rp3,14 triliun.
Total aset Elnusa turun dari Rp10,41 triliun pada akhir 2023 menjadi Rp9,60 triliun pada September 2024. Penurunan ini terutama berasal dari aset lancar, yang turun dari Rp7,21 triliun menjadi Rp6,11 triliun, di antaranya disebabkan oleh berkurangnya kas dan setara kas serta piutang usaha pihak berelasi.
Di sisi lain, aset tidak lancar justru mengalami peningkatan dari Rp3,20 triliun menjadi Rp3,50 triliun. Kenaikan ini terutama ditopang oleh peningkatan aset tetap dan aset hak-guna, yang menunjukkan investasi jangka panjang perusahaan.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.