Logo
>

Elon Musk: AI Akan Gantikan Banyak Pekerjaan Manusia

Ditulis oleh KabarBursa.com
Elon Musk: AI Akan Gantikan Banyak Pekerjaan Manusia

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Elon Musk berbicara tentang masa depan di mana kecerdasan buatan (AI) akan mengambil alih banyak pekerjaan manusia. Meskipun demikian, dia menganggap hal ini tidak selalu negatif.

    “Mungkin tidak ada di antara kita yang akan memiliki pekerjaan,” ujar Musk pada Jumat, 23 Mei 2024. Dia menjelaskan bahwa di masa depan, pekerjaan akan menjadi lebih seperti pilihan.

    “Jika Anda ingin melakukan sesuatu yang mirip dengan hobi Anda, Anda masih bisa melakukannya sebagai pekerjaan. Namun, AI dan robot akan menjadi penyedia barang dan jasa yang kita butuhkan,” jelasnya.

    Musk menekankan bahwa untuk mewujudkan skenario ini dengan sukses, masyarakat perlu mencapai penghasilan tinggi yang bersifat universal. “Dengan demikian, tidak akan ada kekurangan barang atau jasa,” tambahnya.

    Kemampuan AI terus berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana cara menggunakan teknologi ini secara bertanggung jawab, baik dari segi regulasi, perusahaan, maupun konsumen.

    Meskipun demikian, kekhawatiran juga meningkat terkait kemungkinan perubahan industri dan pekerjaan seiring dengan perkembangan AI di pasar. Namun, peneliti dari Lab Ilmu Komputer dan Kecerdasan Buatan MIT menemukan bahwa adopsi AI di tempat kerja berlangsung lebih lambat dari perkiraan dan ketakutan beberapa pihak.

    Para ahli juga percaya bahwa pekerjaan yang mengandalkan kecerdasan emosional dan interaksi manusia tinggi tidak akan mudah tergantikan oleh AI. Contoh pekerjaan ini antara lain profesi di bidang kesehatan mental, pekerjaan kreatif, dan pendidikan seperti guru.

    Elon Musk secara terang-terangan telah menyampaikan kekhawatirannya terhadap perkembangan kecerdasan buatan. Ia bahkan mempertanyakan apakah masyarakat akan merasa puas secara emosional jika di masa depan semua pekerjaan dapat dilakukan oleh komputer dan robot.

    “Pertanyaannya adalah, apakah hidup masih memiliki makna ketika komputer dan robot dapat melakukan segalanya lebih baik dari manusia? Saya pikir masih ada peran yang dapat dimainkan manusia dalam memberikan makna pada kecerdasan buatan,” ungkap Musk.

    Starlink Belum Punya Kantor di Indonesia

    Sementara itu, pemerintah terus mendesak PT Starlink Service Indonesia untuk mendirikan kantor operasional atau Network Operation Center (NOC) di Indonesia.

    Terungkap, perusahaan layanan internet berbasis satelit milik Elon Musk ini sudah beroperasi di Indonesia sejak April 2024, namun hingga kini belum memiliki kantor di Indonesia.

    Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi menyatakan bahwa pemerintah memberikan tenggat waktu tiga bulan bagi Starlink untuk mendirikan kantor operasional setelah mulai beroperasi.

    Selama periode tersebut, Kominfo akan terus menagih kelengkapan operasional Starlink sambil melakukan pengawasan, evaluasi, dan monitoring terhadap sistem bisnis dan layanan perusahaan tersebut.

    “Kita mau lihat semuanya nanti itu apa yang diinginkan mereka. Karena kan ini baru satu bulan mereka beroperasi, kita tunggu saja nanti 3 bulan kita evaluasi ini gimana,” ujar Budi dalam konferensi pers virtual, Jumat, 24 Mei 2024.

    Pembangunan NOC di Indonesia diperlukan agar perusahaan dapat melakukan monitoring traffic, kualitas link, gangguan, dan kendali traffic secara efektif.

    Selain itu, menurut Budi, Starlink perlu mendirikan kantor di Indonesia agar konsumen memiliki tempat untuk melaporkan keluhan terkait layanan internet.

    Saat ini, sejumlah konsumen sudah menyampaikan keluhan mengenai layanan Starlink, namun hanya bisa melalui media sosial karena belum adanya wadah resmi untuk menampung keluhan mereka.

    “Saya sudah sampaikan ke mereka customer service harus ada di Indonesia. Kalau enggak ada, nanti komplain-komplain pemalsuan penipuan banyak. Yang rugi Starlink sendiri dan masyarakat juga yang tertipu,” tegas Budi.

    Pemerintah juga mendorong agar Starlink membayar pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku, seperti operator telekomunikasi lainnya yang sudah beroperasi di Indonesia. “Kita enggak mau kalau yang opsel yang lain bayar PPN dan PPh, kok Starlink enggak?” kata Budi.

    Meskipun tiga aspek tersebut belum dipenuhi, Budi memastikan bahwa Starlink telah berkomitmen untuk mematuhi semua peraturan yang berlaku di Indonesia, termasuk perizinan, penyediaan NOC, perlindungan data pribadi, lalu lintas data, persyaratan keamanan, dan penegakkan hukum.

    Starlink telah memenuhi persyaratan hak labuh dan izin stasiun radio (ISR) angkasa dengan masa berlaku selama satu tahun.

    Selain itu, enam jenis perangkat Starlink telah bersertifikasi, termasuk perangkat antena gateway, router, dan antena user terminal. Starlink juga telah mengantongi Surat Keterangan Laik Operasi (SKLO) untuk penyelenggaraan jaringan tertutup melalui media VSAT dan penyelenggaraan jasa multimedia layanan akses internet (ISP) serta izin penyelenggaraan jaringan tetap tertutup media VSAT dan penyelenggaraan ISP.

    Pemegang Saham Starlink

    Starlink merupakan bagian dari Space Exploration Technologies Corp, perusahaan yang didirikan oleh Elon Musk, yang terkenal dengan inovasi di industri antariksa.

    Proyek ambisius ini telah menghabiskan dana ekspansi sekitar USD30 miliar dan telah diimplementasikan di 12 negara, melayani lebih dari 70.000 pelanggan. Menurut Elon Musk pada Juni 2021, target pertumbuhan penggunaannya sangat besar, mencapai 500.000 pelanggan.

    Starlink mengoperasikan jaringan dengan menggunakan teknologi satelit orbit rendah (Low Earth Orbit/LEO), yang memungkinkan jarak yang lebih pendek dari pada satelit di orbit geostasioner. Hal ini membuatnya dapat menyediakan layanan internet dengan kapasitas dan kecepatan yang lebih baik bagi pengguna.

    Di Indonesia, Starlink sebelumnya telah bekerja sama dengan Telkom Satelit Indonesia, anak perusahaan dari PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. Namun, sekarang Starlink membentuk entitas bisnis sendiri dengan nama PT Starlink Services Indonesia (SSI).

    PT SSI resmi didaftarkan pada 8 September 2022, melalui proses persetujuan sistem layanan publik yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham).

    Sebagai perusahaan penanaman modal asing (PMA), Starlink Services Indonesia memiliki empat pemegang saham utama:

    • Starlink Holding Netherlands B.V., yang berbasis di Amsterdam, Belanda, dengan kepemilikan 99.000 saham.
    • SpaceX Netherlands B.V., juga berbasis di Amsterdam, Belanda, dengan kepemilikan 1.000 saham.
    • Leonard Mamahit, yang berbasis di Jakarta, menjabat sebagai direktur tanpa kepemilikan saham.

    Lauren Ashley Dreyer, warga negara Amerika Serikat, berbasis di Amsterdam, Belanda, menjabat sebagai komisaris.

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi