KABARBURSA.COM – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan bahwa peningkatan free float menjadi prioritas utama dalam pendalaman pasar modal pada 2026. Saat ini tingkat free float Indonesia masih berada di kisaran 7,5 persen, jauh di bawah negara-negara regional yang telah lebih dulu mengembangkan kedalaman pasar dan likuiditas yang kuat.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon, Inarno Djajadi, dalam acara media gathering di Ubud, Bali, menyampaikan bahwa otoritas telah menyiapkan langkah bertahap agar free float nasional meningkat secara progresif.
“Saat ini bursa efek Indonesia itu adalah 7,5 persen di bawah regional dan ini perlu kita tingkatkan,” kata Inarno dikutip Senin, 17 November 2025.
OJK dan Bursa Efek Indonesia berencana akan mengarahkan agar perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana di masa mendatang menerapkan minimal free float 10 persen sebagai standar awal. Setelah itu akan ada tahapan berikutnya menuju 15 persen, hingga secara bertahap mendekati target struktural jangka panjang di 25 persen. Kebijakan bertahap ini disusun agar transisi tidak menekan pasar, namun tetap mampu mendorong peningkatan likuiditas secara stabil.
Langkah memperbesar free float menjadi penting karena Indonesia tengah mengalami momentum pertumbuhan pasar modal yang signifikan. IHSG hingga 7 November 2025 telah meningkat 18,57 persen year-to-date ke posisi 8.394 dan mencetak rekor tertinggi sebanyak 13 kali sepanjang tahun. Kapitalisasi pasar pun mencapai 15.316 triliun, sekaligus menempatkan Indonesia melampaui target pemerintah. Dalam RPJMN 2025–2029, kapitalisasi pasar terhadap PDB ditargetkan 68 persen, namun pencapaian saat ini sudah mencapai 69,18 persen.
Momentum tersebut, menurut OJK, harus dibarengi reformasi teknis yang memperkuat kedalaman pasar. Free float yang lebih besar akan meningkatkan likuiditas, memperkecil volatilitas akibat pergerakan investor besar, dan memberikan ruang bagi investor institusional maupun ritel untuk masuk lebih stabil. Selain itu peningkatan free float akan memperbaiki representasi fundamental emiten terhadap kapitalisasi pasar yang tercatat.
Selain fokus pada free float, OJK juga memperkuat strategi pendalaman pasar melalui peningkatan supply dan demand. Dari sisi supply, regulator mendorong lebih banyak perusahaan besar melakukan IPO dan memperluas instrumen berbasis ESG, termasuk optimalisasi perdagangan internasional unit karbon. Dari sisi demand, OJK memperluas basis investor domestik melalui systematic investment plan dan peningkatan partisipasi investor institusional.
Pertumbuhan investor menjadi salah satu capaian terbesar. Jumlah SID kini mencapai 19,1 juta, mendekati target 20 juta yang ditetapkan dalam roadmap 2022–2027. Pertumbuhan ini menjadi fondasi kuat bagi pendalaman pasar, namun menuntut likuiditas yang lebih baik sehingga kebijakan free float menjadi sangat krusial untuk ekosistem perdagangan jangka panjang.
Inarno juga menggarisbawahi pentingnya peran media dalam menjaga kualitas informasi publik. Ia menegaskan bahwa sinergi antara OJK dan jurnalis merupakan bagian penting dari pembangunan kepercayaan pasar modal yang inklusif dan sehat. Dengan berbasis informasi yang akurat dan berimbang, pasar modal dapat berkembang lebih kuat serta memberikan nilai tambah bagi ekonomi nasional.(*)