Harga minyak mentah berjangka Brent turun 12 sen (0,14 persen) menjadi $84,13 per barel, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 14 sen (0,17 persen) menjadi $80,19 per barel. Kedua patokan tersebut naik sekitar 2 persen pada hari Senin, ditutup pada level tertinggi sejak April.
Francisco Blanch, ahli strategi komoditas dan derivatif di BoFA, menyatakan bahwa pasar minyak kembali fokus pada fundamental yang telah lemah selama beberapa waktu, dengan persediaan minyak mentah global dan produk olahan di AS, Singapura, dan tempat lainnya yang lebih tinggi. Pertumbuhan permintaan minyak global melambat menjadi 890.000 barel per hari pada kuartal pertama, dengan data menunjukkan kemungkinan perlambatan lebih lanjut pada kuartal kedua.
Output kilang minyak di Tiongkok bulan Mei turun 1,8 persen dari tahun sebelumnya, akibat pemeliharaan terencana dan margin pemrosesan yang tertekan oleh biaya minyak mentah yang tinggi. Pasar juga mencari petunjuk lebih lanjut mengenai suku bunga dan dampaknya pada permintaan AS, dengan suku bunga tinggi diperkirakan akan menekan permintaan minyak.
Meskipun demikian, beberapa analis tetap optimis terhadap harga minyak karena perpanjangan pengurangan pasokan oleh OPEC+. Patricio Valdivieso, wakil presiden Rystad Energy, mengatakan bahwa panduan terbaru dari OPEC+ dan prospek pertumbuhan permintaan sebesar 2,25 juta barel per hari menunjukkan stagnasi dalam pertumbuhan pasokan minyak untuk tahun 2024, serta risiko penurunan produksi pada tahun 2025. Hal ini memberikan potensi kenaikan harga minyak.
Neil Crosby, analis di Sparta Commodities, menambahkan bahwa rebound baru-baru ini pada margin penyulingan kompleks, terutama di Eropa dan Asia, juga mendukung pasar. Margin penyulingan di kilang kompleks di Singapura rata-rata sebesar $3,60 per barel pada bulan Juni, dibandingkan dengan $2,66 per barel pada bulan Mei.
Data China Ditunggu
Minyak berhasil mempertahankan kenaikan mingguannya yang terbesar sejak awal April, mencatat lonjakan harga yang signifikan di pasar global.
Para pedagang tengah menantikan data perdagangan China yang diharapkan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kekuatan ekonomi dari negara importir minyak mentah terbesar di dunia.
Brent, harga acuan internasional, mengalami sedikit perubahan di atas level USD82 per barel setelah naik 3,8 persen minggu lalu, yang merupakan kenaikan mingguan pertama sejak pertengahan Mei.
Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan mendekati level USD78. Data produksi industri dan pengolahan minyak mentah China untuk bulan Mei dijadwalkan akan dirilis pada hari Senin mendatang.
Sejak awal April, harga minyak cenderung menurun akibat indikasi pasokan yang cukup dan kekhawatiran akan permintaan, terutama dari China yang memiliki dampak besar terhadap pasar global.
Pasar minyak dunia baru-baru ini dikejutkan oleh keputusan OPEC+ untuk meningkatkan produksi lebih banyak tahun ini. Langkah ini telah mendorong anggota kunci untuk menegaskan bahwa kelompok tersebut siap untuk mengubah kebijakan produksi jika situasi memerlukan.
Berikut adalah rincian harga minyak dunia per hari ini:
- Brent untuk pengiriman bulan Agustus, stabil di kisaran USD82,53 per barel.
- WTI untuk pengiriman bulan Juli, tetap bertahan di level USD78,35 per barel.
Pergerakan harga ini menunjukkan dinamika yang kompleks di pasar energi global, dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk kebijakan produksi dari produsen utama dan kondisi ekonomi global yang terus berubah.
Menurut data Bank Dunia, harga minyak mentah global mengalami kenaikan sepanjang kuartal I 2024.
Hingga Maret 2024, harga bulanan rata-rata minyak mentah Brent mencapai USD85,45 per barel, mengalami peningkatan sebesar 2,0 persen dari bulan Februari 2024 (month-on-month/mom), serta lebih tinggi sebesar 8,8 persen dibandingkan Maret 2023 (year-on-year/yoy).
Di periode yang sama, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mencapai USD80,49 per barel, naik 4,9 persen secara bulanan (mom), dan lebih tinggi sebesar 9,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya (yoy).
Badan Informasi Energi Amerika Serikat (EIA) memproyeksikan bahwa harga minyak dunia akan terus meningkat pada kuartal II 2024 akibat penurunan stok.
EIA menyatakan bahwa persediaan minyak mentah global mengalami penurunan karena OPEC+ dan mitranya telah mengurangi produksi mereka.
Seiring dengan menurunnya persediaan, EIA memperkirakan harga spot rata-rata minyak mentah Brent akan mencapai USD88 per barel pada kuartal II 2024, sesuai laporan Short-Term Energy Outlook edisi Maret 2024.
Peningkatan harga minyak mentah sepanjang kuartal I 2024 mencerminkan dinamika kompleks dalam pasar energi global. Kenaikan ini terutama didorong oleh berbagai faktor termasuk stabilisasi ekonomi global setelah dampak pandemi COVID-19 dan kebijakan pengurangan produksi dari OPEC+.
Dengan harga rata-rata bulanan Brent mencapai USD85,45 per barel pada Maret 2024, meningkat 2,0 persen dibandingkan bulan sebelumnya, pasar mengindikasikan perbaikan signifikan. Kenaikan 8,8 persen dibandingkan dengan Maret tahun sebelumnya juga mencerminkan pemulihan yang kuat dalam permintaan energi global.