KABARBURSA.COM- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan Kamis, 2 Oktober 2025, dengan penguatan tipis di tengah aksi jual asing. IHSG berakhir di level 8.071,08 atau naik 27,26 poin setara 0,34 persen. Sepanjang sesi, indeks bergerak fluktuatif di rentang 8.059,05 hingga 8.109,44 setelah dibuka pada 8.070,42.
Aktivitas transaksi harian tercatat cukup solid dengan total volume 432,56 juta lot senilai Rp26,84 triliun dari 2,62 juta kali transaksi. Pasar reguler mendominasi dengan volume 413,30 juta lot dan nilai transaksi Rp20,97 triliun.
Investor asing kembali membukukan aksi jual bersih (net foreign sell) sebesar Rp837,96 miliar di seluruh pasar. Rinciannya, pembelian asing mencapai Rp2,93 triliun sementara penjualan asing mencapai Rp3,77 triliun. Secara total, porsi perdagangan asing hanya 25,32 persen, sedangkan investor domestik masih mendominasi 74,68 persen.
Saham-saham yang menguat signifikan hari ini antara lain PT SLJ Global Tbk (SULI) naik 34,51 persen ke Rp152, PT Asri Karya Lestari Tbk (ASLI) naik 34,44 persen ke Rp121, PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk (DIVA) menguat 34,31 persen ke Rp184, PT Trimuda Nuansa Citra Tbk (TNCA) naik 34,12 persen ke Rp228, serta PT Esta Multi Usaha Tbk (ESTA) yang menguat 28,57 persen ke Rp162.
Sebaliknya, penurunan terdalam dialami PT Grahaprima Suksesmandiri Tbk (GTRA) yang terkoreksi 14,97 persen ke Rp250, PT Damai Sejahtera Abadi Tbk (UFOE) turun 14,62 persen ke Rp222, PT Trisula International Tbk (TRIS) melemah 14,41 persen ke Rp202, PT Topindo Solusi Komunika Tbk (TOSK) turun 14,14 persen ke Rp85, dan PT Arthavest Tbk (ARTA) merosot 13,18 persen ke Rp2.700.
Dari sisi sektoral, mayoritas indeks mencatatkan penguatan. Sektor barang siklikal memimpin kenaikan dengan lonjakan 2,24 persen, diikuti properti naik 1,07 persen, keuangan 1,03 persen, teknologi 1,13 persen, energi 0,81 persen, barang dasar 0,60 persen, serta barang non-siklikal 0,48 persen. Sementara itu, beberapa sektor terkoreksi, yakni transportasi turun 0,31 persen, infrastruktur 0,12 persen, industri 0,07 persen, dan kesehatan 0,26 persen.
Penguatan IHSG di akhir perdagangan menunjukkan dominasi sentimen domestik yang menopang indeks meski tekanan jual asing masih berlanjut. Investor lokal terlihat aktif melakukan akumulasi pada saham-saham berkapitalisasi kecil hingga menengah.
Pekan lalu IHSG menembus level psikologis 8.100 pada akhir perdagangan dan menutup pekan di 8.099 atau menguat sekitar 0,60 persen dibandingkan periode sebelumnya.
Level tersebut menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah dengan sempat menyentuh 8.168 pada 24 September 2025. Meski indeks menguat, investor asing tercatat membukukan penjualan bersih sebesar Rp1 triliun di pasar reguler, menandakan investor lokal mendominasi sentimen penguatan pasar.
David Kurniawan, Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) mengatakan fluktuasi IHSG kali ini mendapat dukungan dari dua faktor utama.
Pertama, optimisme pasar terhadap potensi penurunan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) yang mendorong arus dana ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Kedua, tercapainya kesepakatan dagang Indonesia-Uni Eropa terkait pemangkasan tarif hingga 80 persen produk ekspor RI mulai 2027 yang membuka peluang perdagangan jangka panjang. Sentimen positif juga datang dari harga emas spot dunia yang mencapai rekor tertinggi sekitar US$3.759 per troy ounce.
“Sentimen global dan domestik memberi katalis positif untuk IHSG, termasuk stabilitas Rupiah yang dijaga Bank Indonesia,” kata Davi dalam keterangan tertulis yang diterima KabarBursa.com pada Senin, 29 September 2025. Ia memprediksi penguatan akan kembali berlanjut.
“Jika konsisten, tren bullish jangka pendek berpeluang berlanjut,” ujarnya.
Dari dalam negeri, pasar juga diguncang kabar force majeure di tambang Grasberg milik PT Freeport Indonesia akibat bencana lumpur yang menghentikan operasi tembaga dan emas. Kondisi ini menimbulkan ketidakpastian jangka pendek pada sektor pertambangan. Namun, sentimen positif lebih dominan setelah Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memastikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) untuk 2026 tidak naik, memberi napas bagi industri rokok.
Menurut David, ada dua sentimen penting yang wajib dipantau pada pekan 29 September–3 Oktober 2025, yakni kebijakan fiskal dan kepemimpinan Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa l terkait disiplin defisit anggaran dan stimulus pemerintah, serta konfirmasi soal moratorium cukai rokok yang dapat menjadi katalis sektor konsumer.
“Investor sebaiknya melakukan akumulasi bertahap pada saham berfundamental kuat di sektor perbankan, konsumer, dan komoditas ekspor, sedangkan trader memanfaatkan potensi bullish jangka pendek,” kata David.(*)