KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,57 persen atau naik 39 poin ke level 6.943 pada perdagangan hari ini, Rabu, 9 Juli 2025.
Mengutip data RTI Business, sebanyak 362 saham terpantau menghijau, 205 saham di zona merah, dan 226 saham mengalami stagnan. Adapun volume perdagangan pada hari ini tercatat 25,889 miliar lembar saham dengan nilai transaksi sebesar Rp10,210 miliar.
Sementara itu merujuk data Stockbit, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatatkan nilai perdagangan terbesar dengan nilai Rp798,50 miliar.
Saham PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) juga mencatatkan transaksi tinggi sebesar Rp530,84 miliar, disusul PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dengan nilai Rp514,35 miliar.
Emiten PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) juga masuk dalam daftar lima besar, masing-masing mencatat nilai Rp389,94 miliar dan Rp384,86 miliar.
Dari sisi volume perdagangan pada IHSG hari ini, saham Sumber PT Sinergi Makmur Tbk (IOTF) menjadi yang terbanyak diperdagangkan hari ini dengan volume mencapai 18,33 juta lot.
Menyusul di belakangnya adalah saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dengan 13,10 juta lot. Saham emiten tambang seperti Bumi Resources Tbk (BUMI) dan Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) masing-masing mencatat volume 5,49 juta dan 3,75 juta lot.
Sementara itu emiten PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA) juga cukup aktif dalam perdagangan hari ini dengan catatan 3,33 juta lot.
Dari segi sektoral, sektor properti dan barang konsumsi non-siklikal mencatatkan kenaikan tertinggi secara sektoral, masing-masing tumbuh 2,02 persen dan 1,13 persen.
Tak ketinggalan, sektor industri dasar juga menguat sebesar 1,41 persen, sementara sektor finansial naik 0,40 persen. Di sisi lain, sektor teknologi justru melemah 0,29 persen, menjadi satu-satunya sektor yang bergerak negatif yang tercatat IHSG hari ini.
IHSG Pekan ini Diproyeksi Menguat
Sebelumnya, IHSG diperkirakan bergerak bervariasi dengan kecenderungan menguat pada pekan ini, seiring ekspektasi positif terhadap hasil negosiasi dagang Amerika Serikat dengan negara mitra utama yang dijadwalkan diumumkan pada 9 Juli 2025.
PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) menyampaikan bahwa investor perlu mencermati sektor-sektor yang memiliki fundamental kuat, terutama komoditas dan energi, di tengah arah pasar yang masih ditentukan oleh perkembangan global.
IHSG diproyeksikan bergerak dalam kisaran support di 6815 dan resistance di 6970 pada 7 sampai 11 Juli 2025 ini , setelah pada pekan lalu mengalami koreksi tipis sebesar 0,47 persen dengan tekanan jual asing mencapai Rp2 triliun.
"Pasar saat ini berada di persimpangan. Ada potensi meredanya ketegangan dagang, tapi juga risiko dari kebijakan fiskal dan suku bunga AS," ujar Equity Analyst IPOT, Imam Gunadi Senin, 7 Juli 2025.
Ia menilai bahwa ketidakpastian global justru dapat menciptakan peluang bagi investor yang fokus pada sektor berpotensi dan tahan banting. Penurunan kinerja IHSG disebut Imam dipengaruhi kombinasi sentimen eksternal dan domestik, salah satunya perkembangan data PMI manufaktur dari China, AS, dan Indonesia.
Menurut dia China menunjukkan perbaikan kinerja manufaktur berdasarkan data NBS Manufacturing PMI yang naik dari 47,5 menjadi 49,7 pada Juni 2025.
Peningkatan didorong oleh kenaikan pesanan baru ke zona ekspansi di 50,2 dan output yang meningkat ke 51. Aktivitas pembelian juga membaik untuk pertama kalinya sejak Maret. Meskipun mayoritas indikator masih berada di area kontraksi, tren pemulihan ini dinilai menjadi dampak positif dari pertemuan dagang sebelumnya di London.
Sementara itu, data ISM Manufacturing PMI AS juga menunjukkan perbaikan. Produksi naik signifikan ke 50,3 dari 45,4, dan inventori meningkat ke 49,2 dari sebelumnya 46,7. Hal ini mengindikasikan potensi peningkatan impor barang dari China. Namun, permintaan domestik AS masih melemah, terlihat dari kontraksi pesanan baru yang turun ke 46,4.
Berbeda dengan dua negara tersebut, PMI manufaktur Indonesia justru menurun ke 46,9 dari 47,4 pada Mei. Penurunan tajam permintaan domestik menyebabkan pelemahan pada output, pembelian bahan baku, hingga penurunan ketenagakerjaan yang disebut Imam sebagai yang terdalam dalam hampir empat tahun terakhir. Para pelaku usaha dinilai masih menunggu kepastian dari arah kebijakan dagang AS sebelum mengambil keputusan ekspansi atau efisiensi.
Dari sisi domestik, peningkatan inflasi menjadi salah satu indikator membaiknya daya beli masyarakat. Inflasi tahunan pada Juni 2025 tercatat sebesar 1,87 persen, naik dari 1,6 persen pada Mei dan berada di atas konsensus 1,83 persen. Kontributor utama inflasi berasal dari kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, terutama karena kenaikan harga emas perhiasan yang menyumbang andil 0,59 persen terhadap inflasi bulan lalu. (*)