Logo
>

IHSG Kian Merana Ambles ke 6.800, Rupiah di Level Rp16.290

Ditulis oleh Yunila Wati
IHSG Kian Merana Ambles ke 6.800, Rupiah di Level Rp16.290

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pagi ini, dalam perdagangan Selasa, 11 Juni 2024, terjadi situasi merana bagi Rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia. Sentimen negatif tersebut dipicu oleh memburuknya kondisi pasar global yang berimbas pada pasar keuangan domestik.

    Pada pukul 09:45 WIB, IHSG terpantau melemah sebesar 0,48 persen ke posisi 6.888,29, sementara nilai tukar Rupiah juga mengalami penurunan tipis sebesar 0,09 persen ke level Rp16.290 per dolar AS. Adanya pelemahan ini menjadi perhatian tersendiri, terutama dengan melihat pergerakan indeks dolar AS (DXY) yang kembali menguat. DXY, sebagai indikator utama kekuatan dolar AS terhadap sekeranjang mata uang utama, mencatatkan penguatan sebesar 0,25 persen, dan masih bertahan di atas level 105.

    Kekhawatiran pasar semakin bertambah karena fokusnya pada dua kabar penting dari Amerika Serikat terkait inflasi dan keputusan suku bunga bank sentral AS, Federal Reserve atau The Fed. Perhatian ini muncul karena data inflasi yang akan dirilis pada Rabu malam waktu Indonesia, dimana konsensus memperkirakan inflasi periode Mei 2024 akan tumbuh stabil di angka 3,4 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) untuk inflasi umum dan 3,5 persen yoy untuk inflasi inti.

    Potensi terjadinya perubahan signifikan dalam data inflasi ini dapat mempengaruhi kebijakan moneter The Fed. Jika data tersebut meleset dari perkiraan, dikhawatirkan The Fed akan mempertahankan kebijakan ketatnya lebih lama dari yang diantisipasi, mengingat kebijakan ini telah memberikan tekanan besar terhadap mata uang Rupiah.

    Saat ini, ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed oleh pasar semakin mundur, terutama setelah hasil konsensus yang menunjukkan peluang mempertahankan suku bunga sebesar 97,8 persen pada pertemuan pekan ini.

    Selain itu, keluarnya aliran modal asing juga turut menjadi faktor penekan terhadap Rupiah. Data menunjukkan bahwa investor asing telah melakukan penjualan neto sebesar Rp36,02 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN) sejak awal tahun. Penjualan yang signifikan ini juga tercermin dalam kondisi pasar saham, dimana terjadi net sell sebesar Rp296,05 miliar pada hari ini.

    Melihat kondisi ini, investor mulai merasa pesimis terhadap prospek pasar keuangan, terutama jika The Fed tetap mempertahankan kebijakan hawkish-nya. Pasar saham Indonesia kemungkinan akan mengalami gejolak lebih lanjut jika kondisi ini terus berlanjut.

    Selain itu, situasi yang berpotensi memperparah kondisi Rupiah dan IHSG adalah keluarnya investor asing dari Surat Berharga Negara (SBN) pada transaksi 3-6 Juni 2024 sebesar Rp 0,66 triliun. Hingga 6 Juni 2024, tercatat investor asing telah menjual neto sebesar Rp36,02 triliun di pasar SBN sepanjang tahun ini. Jika situasi ini terus berlanjut, Rupiah dan IHSG berpotensi terus merana dalam beberapa waktu ke depan.

    Perjuangan Rupiah Terhadap Dollar

    Pagi ini, Rupiah mengalami pelemahan tipis sebesar 0,15 persen terhadap dolar AS, dengan nilai tukar mencapai Rp16.300/US$. Pelemahan ini merupakan kelanjutan dari koreksi yang terjadi kemarin, menandai dua hari berturut-turut rupiah mengalami koreksi.

    Pergerakan rupiah masih berpotensi volatil, terutama dengan kekuatan kembali terbangnya indeks dolar AS (DXY). Penguatan DXY sebesar 0,25 persen hingga akhir perdagangan kemarin, Senin, 10 Juni 2024, masih mempertahankan posisinya di atas level 105.

    Dalam konteks ini, rupiah masih menghadapi tekanan signifikan selama dolar AS terus menguat. Ditambah lagi dengan fokus pasar yang tertuju pada dua berita utama dari Amerika Serikat terkait data inflasi dan keputusan suku bunga the Fed.

    Secara khusus, dari data yang disajikan oleh laman Google Finance, terlihat bahwa rupiah telah terdepresiasi lebih dalam, dengan nilai tukar mencapai sekitar Rp16.302,30/US$ pada pagi ini sekitar pukul 09.05 WIB.

    Di samping tekanan dari pasar global, tekanan juga berasal dari domestik, khususnya terkait dengan proses repatriasi dividen yang masih berlangsung. Hari ini, ada enam emiten yang melangsungkan cumulative date, sementara puluhan emiten mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), yang kemungkinan besar juga akan membahas tentang pembagian dividen.

    Kombinasi dari faktor-faktor tersebut memperkuat tekanan terhadap rupiah, membuatnya tetap dalam kondisi yang rentan terhadap volatilitas pasar baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini memperlihatkan pentingnya untuk memperhatikan perkembangan pasar dengan cermat dan mengantisipasi dampaknya terhadap stabilitas ekonomi domestik.

    Hal yang sama bisa dilihat di Google Finance, di mana dari data yang disajikan terlihat bahwa Rupiah terus mengalami tekanan, dengan nilai tukar mencapai sekitar Rp16.302,30/US$ pada pagi kemarin, 10 Juni 2024 sekitar pukul 09.05 WIB.

    Dengan demikian, pergerakan rupiah kemarin mencerminkan situasi yang masih rentan terhadap fluktuasi pasar, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini menunjukkan pentingnya pemantauan yang cermat terhadap dinamika pasar dan langkah-langkah yang tepat dalam mengelola dampaknya terhadap perekonomian nasional.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79