KABARBURSA.COM - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI (BBRI) mencatat perbaikan kualitas kredit pada kuartal I 2025. Hal ini ditopang oleh kinerja positif dari berbagai sisi.
Direktur Manajemen Risiko BRI, Mucharom, mengatakan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) BRI pada akhir Maret 2025 tercatat 2,97 persen, membaik dari 3,11 persen dibanding akhir Maret 2024.
"Penurunan rasio NPL ini merupakan hasil dari penerapan manajemen risiko yang efektif dan prinsip kehati-hatian (prudent) dalam proses penyaluran kredit di seluruh segmen bisnis BRI,” ujar Mucharom dalam keterangan resmi dikutip dari situs resmi BRI, Jumat, 9 Mei 2025.
Selain itu, BRI juga mencatat perbaikan kualitas kredit setelah rasio loan at risk (LAR) mengalami penurunan dari 12,68 persen pada kuartal I 2024 menjadi 11,12 persen pada kuartal I 2025.
Menurut Mucharom, perbaikan ini menggambarkan pengelolaan portofolio kredit BRI yang semakin sehat dan terkendali, meskipun sektor usaha masih menghadapi tantangan eksternal seperti ketidakpastian geopolitik.
Tak hanya itu, Rasio NPL Coverage BRI terbilang sangat kuat dengan rasio sebesar 200,60 persen hingga akhir Maret tahun ini.
Dengan coverage ratio yang sangat memadai ini, kata Mucharom, BRI tidak hanya mampu menjaga stabilitas neraca secara berkelanjutan, namun juga memberikan keyakinan kepada investor, regulator, dan seluruh stakeholders.
"Bahwa perseroan memiliki fundamental yang kuat dalam menghadapi dinamika ekonomi, terutama di tengah kondisi tekanan ekonomi dan geopolitik global seperti perang tarif," ungkapnya.
Dari sisi penyaluran kredit, BRI mencetak penyaluran kredit sebesar Rp1.373,66 triliun hingga akhir kuartal I 2025 atau tumbuh 4,97 persen year on year (yoy) .
Menurut keterangan manajemen, penyaluran kredit ini didominasi oleh segmen UMKM dengan porsi mencapai 81,97 persen dari total kredit BRI, atau dengan nominal sebesar Rp1.126,02 triliun.
Sejumlah Tantangan BRI di Kuartal II 2025
Adapun di sisi lain, BRI dinilai bakal mendapat banyak tantangan pada kuartal II 2025. Menurut analis, hal ini bisa mempengaruhi kinerja perusahaan.
Analis Stocknow.id, Abdul Haq Al Faruqy Lubis mengatakan kondisi likuiditas yang ketat menjadi perhatian dari BRI, terutama akibat kebijakan suku bunga tinggi dari The Fed.
Sentimen juga datang dari potensi perang dagang global yang dapat memicu arus masuk barang impor ke Indonesia. Menurut Abdul, kondisi ini dapat menekan sektor UMKM yang merupakan segmen utama BRI.
"Selain itu, deflasi domestik pada Januari 2025 mengindikasikan penurunan daya beli masyarakat, yang berpotensi mengurangi permintaan kredit, khususnya di sektor UMKM," ujarnya kepada KabarBursa.com, Kamis, 8 Mei 2025.
Dari sisi internal, BRI juga menghadapi tantangan dalam menjaga kualitas aset. Abdul menyebut Cost of Credit (CoC) BRI pada 2024 tercatat sebesar 3,23 persen, melebihi target maksimal 3 persen. Kata Abdul, hal ini menunjukkan tekanan pada kualitas kredit, terutama dari anak usaha seperti PNM.
Meskipun rasio kredit bermasalah (NPL) berhasil ditekan di bawah 3 persen, Abdul mengungkap BRI tetap harus waspada terhadap potensi peningkatan NPL dan menjaga rasio pencadangan yang tinggi untuk mengantisipasi risiko tersebut .
"Persaingan dari platform pinjaman online juga menambah tekanan, mendorong BRI untuk terus berinovasi dalam layanan digital guna mempertahankan pangsa pasar di segmen mikro dan ritel," terangnya.
Meski dianggap memiliki banyak rintangan, ternyata masih terdapat sentimen positif yang bisa menopang kinerja BRI pada kuartal II 2025. Seperti, keberhasilan transformasi digital melalui aplikasi BRImo.
"Yang pada akhir Maret 2024 telah memiliki 33,5 juta pengguna dan mencatat volume transaksi sebesar Rp1.251 triliun, tumbuh 41,8 persen yoy," kata Abdul.
Adapun berdasarkan keterangan resmi BRI, hingga akhir Maret 2025, pengguna super app BRImo telah mencapai 40,28 juta user, atau meningkat 20,26 persen yoy.
Sementara dari sisi jumlah dan nilai transaksi, pada kuartal I 2025 BRImo melayani 1,2 miliar transaksi finansial, naik 25,5 persen YoY dengan volume sebesar Rp1.599 triliun atau meningkat 27,79 persen yoy.
Selain itu, lanjut Abdul, fokus BRI kini pada pembiayaan berkelanjutan, dengan portofolio mencapai Rp787,9 triliun pada kuartal I 2024, menunjukkan komitmen terhadap sektor UMKM dan proyek hijau .
"Dengan rasio kecukupan modal (CAR) yang kuat sebesar 23,97 persen pada akhir Maret 2024, BRI memiliki ruang untuk pertumbuhan lebih lanjut," pungkasnya.
Di sisi lain Direktur Utama BRI, Hery Gunardi beberapa waktu lalu pernah menyampaikan jika saat ini perseroan dihadapkan pada tantangan global yang tidak mudah.
Namun, di balik tantangan tersebut, ia menegaskan BRI melihat peluang besar untuk terus bertumbuh, berinovasi, dan memperkuat posisi BRI di industri keuangan nasional dan regional.
"Saat ini BRI memiliki fondasi yang sangat kuat untuk mengoptimalkan peluang tersebut. BRI memiliki lebih dari 36.600 tenaga pemasar yang terdiri dari tenaga pemasar mikro (Mantri), RM Lending, dan RM Funding & Transaction dan BRI juga didukung oleh lebih dari 6 ribu unit kerja, mulai dari Kantor Cabang hingga BRI Unit yang tersebar hingga ke pelosok negeri. Menjadikan BRI sebagai bank dengan jaringan dan jangkauan terluas di Indonesia," ujar dia dalam keterangan resmi, 30 April 2025. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.
 
      