Logo
>

COIN Catat EBITDA Rp100 Miliar, Transaksi Kripto Meledak 118 Persen

PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN) membukukan EBITDA Rp100,7 miliar dan laba Rp41,1 miliar hingga kuartal III 2025.

Ditulis oleh Syahrianto
COIN Catat EBITDA Rp100 Miliar, Transaksi Kripto Meledak 118 Persen
Ilustrasi: Dua keping mata uang kripto (crypto) di depan sebuah layar monitor. (Foto: Unsplash/Pierre Borthiry)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Emiten aset digital pertama di Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN), mencatat kinerja solid hingga kuartal III 2025. 

    Perseroan membukukan EBITDA sebesar Rp100,7 miliar dan laba bersih Rp41,1 miliar, ditopang lonjakan aktivitas perdagangan aset kripto yang meningkat tajam sepanjang Juli–September 2025.

    Total pendapatan COIN mencapai Rp204,6 miliar, melonjak sekitar 19 kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Selain peningkatan pendapatan, perseroan juga memperbaiki struktur keuangan secara signifikan dengan menurunkan liabilitas jangka pendek dari Rp231,9 miliar menjadi Rp45,9 miliar per akhir September 2025. Arus kas operasi pun positif Rp99,6 miliar, menunjukkan pengelolaan keuangan yang semakin efisien.

    Direktur Utama COIN Ade Wahyu mengatakan, performa kuat tersebut didukung oleh kondisi pasar aset kripto yang membaik, terutama pada kuartal ketiga tahun ini. 

    “Kinerja solid perseroan didukung oleh volume transaksi aset kripto yang meningkat di pasar spot maupun derivatif kripto di Bursa CFX,” ujarnya di Jakarta, Kamis, 30 Oktober 2025.

    Menurut Ade, porsi perdagangan derivatif kripto kini mencapai 28 persen dari total transaksi aset kripto di Bursa CFX, naik signifikan dibanding 17 persen pada kuartal sebelumnya. Kenaikan minat ini mencerminkan peningkatan kepercayaan investor terhadap produk derivatif milik anak usaha COIN.

    Data internal menunjukkan nilai transaksi derivatif di Bursa CFX melonjak 118 persen dari Rp24,17 triliun di kuartal II menjadi Rp52,71 triliun pada kuartal III-2025. Secara kumulatif, total transaksi derivatif sepanjang Januari–September mencapai Rp86,25 triliun.

    Selain pertumbuhan volume perdagangan, COIN juga masih memiliki kas Rp361,88 miliar per 30 September 2025, hasil dari penguatan likuiditas pasca penawaran umum perdana (IPO). Ade menilai posisi kas tersebut menjadi fondasi penting bagi ekspansi dan inovasi bisnis ke depan.

    “Kami akan terus memperkuat portofolio usaha dan menangkap peluang baru untuk menciptakan nilai jangka panjang bagi seluruh pemangku kepentingan,” kata Ade. 

    “COIN juga berkomitmen mendukung operasional Bursa CFX dan Lembaga Kustodian ICC agar tetap transparan, inovatif, dan patuh pada prinsip tata kelola yang baik,” imbuhnya.

    COIN merupakan perusahaan induk yang menaungi dua anak usaha utama, PT Central Finansial X (CFX) sebagai Bursa Aset Kripto pertama di Indonesia, dan PT Kustodian Koin Indonesia (ICC) sebagai lembaga penyimpanan aset digital berizin OJK.

    Namun, di tengah pencapaian tersebut, analis menilai kinerja COIN tetap perlu diuji keberlanjutannya mengingat lonjakan pendapatan masih sangat bergantung pada siklus pasar kripto global. 

    Fluktuasi harga aset digital dan arah regulasi OJK maupun Bappebti akan menjadi faktor penting dalam menjaga stabilitas pendapatan dan profitabilitas perusahaan ke depan. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.