Logo
>

LPCK Rencanakan Penambahan Modal melalui Rights Issue, Tawarkan 2,97 Miliar Saham

Ditulis oleh Pramirvan Datu
LPCK Rencanakan Penambahan Modal melalui Rights Issue, Tawarkan 2,97 Miliar Saham

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) mengumumkan rencananya untuk melakukan Penambahan Modal melalui mekanisme Penawaran Umum Terbatas II (PUT II) atau yang lebih dikenal dengan istilah Rights Issue.

    Dalam rights issue kali ini, perusahaan akan menawarkan hingga 2.974.356.000 saham, masing-masing dengan nilai nominal sebesar Rp500. Harga pelaksanaan untuk saham tersebut juga ditetapkan Rp500 per lembar. Jumlah saham yang ditawarkan ini setara dengan 52,61 persen dari total modal yang telah ditempatkan dan disetor penuh setelah pelaksanaan PUT II, dengan total nilai yang dihimpun mencapai Rp1.487.178.000.000.

    Bagi pemegang saham yang tercatat dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) pada tanggal 6 Februari 2025 pukul 16.15 WIB, setiap 100 saham yang dimiliki berhak memperoleh 111 HMETD. Setiap HMETD memberikan hak untuk membeli satu saham baru dengan harga pelaksanaan Rp500, yang harus dibayar penuh pada saat pemesanan pembelian saham.

    Saham baru yang diterbitkan dalam rangka PUT II ini akan berasal dari portepel perseroan dengan nilai nominal Rp500 per saham. Saham yang diterbitkan akan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). HMETD akan diperdagangkan baik di BEI maupun di luar BEI selama lima hari bursa, mulai 10 Februari hingga 14 Februari 2025. Pencatatan saham baru hasil pelaksanaan HMETD akan dilakukan pada 10 Februari 2025. Batas waktu pelaksanaan HMETD adalah 14 Februari 2025, setelah tanggal tersebut, HMETD yang tidak digunakan akan menjadi tidak berlaku.

    Sebagian besar dana yang diperoleh dari pelaksanaan PUT II ini, sekitar 95 persen, akan dialokasikan untuk penyertaan modal kepada anak perusahaan, MSU, guna mendukung modal kerja dalam rangka pembiayaan proyek konstruksi properti MSU. Sementara itu, sisanya akan digunakan sebagai modal kerja perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional dan pembiayaan proyek properti perusahaan.

    Kinerja Keuangan LPCK

    Sebelumnya diberitakan, LPCK mencatatkan kerugian yang cukup besar. Sementara, penjualan tercatat mengalami kenaikan tinggi.

    Perusahaan properti yang merupakan bagian dari grup Lippo ini sedang menghadapi tantangan besar dalam kinerja keuangannya sepanjang sembilan bulan pertama 2024. Hingga kuartal III-2024, LPCK melaporkan rugi bersih senilai Rp1,60 triliun, yang berbanding terbalik dengan laba Rp106,3 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

    Kondisi ini juga tercermin pada rugi per saham sebesar Rp601, dibandingkan laba Rp40 per saham pada triwulan ketiga 2023.

    Pendapatan usaha LPCK sebenarnya menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, naik 22,52 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp980,84 miliar dari Rp800,62 miliar pada tahun lalu.

    Segmen-segmen utama seperti pengelolaan kota, penjualan rumah hunian, dan apartemen mencatatkan kenaikan pendapatan menjadi Rp299 miliar. Selain itu, kontribusi positif juga datang dari penjualan tanah industri, lahan komersial, dan rumah toko yang menghasilkan masing-masing Rp210,4 miliar dan Rp112,2 miliar.

    Namun, peningkatan pendapatan ini ternyata tidak mampu menutupi tekanan yang datang dari sisi beban perusahaan. Beban pokok penjualan meningkat 24,06 persen yoy menjadi Rp194,78 miliar, meskipun perusahaan masih mencatatkan laba kotor sebesar Rp405,73 miliar.

    Sementara itu, beban usaha berhasil ditekan dan bertahan di sekitar Rp180 miliar.

    Sayangnya, tantangan utama yang menggerus laba LPCK adalah kerugian besar dari penyelesaian Dana Investasi Infrastruktur (DINFRA) yang mencapai Rp1,7 triliun. Kerugian ini secara langsung menghapus laba operasional dan menghasilkan rugi sebelum pajak sebesar Rp1,5 triliun.

    Dari sisi neraca keuangan, total aset perusahaan hingga akhir September 2024 tumbuh 38,18 persen year-to-date (ytd) menjadi Rp13,37 triliun dari Rp9,68 triliun pada akhir 2023. Namun, lonjakan liabilitas atau utang sebesar 182,23 persen ytd menjadi Rp8,15 triliun memberikan tekanan besar pada struktur keuangan perusahaan.

    Cerminan Tekanan Perusahaan

    Pada saat yang sama, ekuitas LPCK menyusut 23,10 persen ytd menjadi Rp5,22 triliun, menurun dari posisi akhir 2023 sebesar Rp6,79 triliun.

    Kondisi likuiditas LPCK juga mencerminkan tekanan yang dihadapi perusahaan. Kas dan setara kas pada akhir September turun 29,29 persen ytd menjadi Rp145,74 miliar, dibandingkan Rp206,11 miliar pada awal tahun.

    Penurunan ini menunjukkan tantangan perusahaan dalam mempertahankan likuiditas di tengah tekanan beban finansial yang meningkat.

    Secara keseluruhan, meskipun LPCK mampu mencatatkan peningkatan pendapatan di beberapa segmen utama, tekanan dari kerugian non-operasional dan lonjakan liabilitas menjadi tantangan besar yang harus segera diatasi.

    Strategi restrukturisasi dan pengelolaan keuangan yang lebih efektif menjadi krusial untuk memulihkan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.