Logo
>

Mirae Asset: Suku Bunga Masih Jadi Tantangan Pelaku Bisnis

Ditulis oleh Yunia Rusmalina
Mirae Asset: Suku Bunga Masih Jadi Tantangan Pelaku Bisnis

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Mirae Asset Sekuritas Indonesian menetapkan prediksi IHSG ke 7.585 hingga akhir tahun sehingga masih memiliki ruang penguatan dibandingkan posisi sekarang di kisaran 7.100, seiring dengan penyesuaian suku bunga acuan oleh pelaku bisnis dan emiten.

    Rully Arya Wisnubroto, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, mengatakan prediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tersebut terutama karena didasari pertimbangan makroekonomi terkini terkait ruang penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia yang lebih terbatas dan posisi nilai tukar Rupiah.

    “Dengan prediksi tersebut, Tim Riset Mirae Asset memiliki 9 saham pilihan (top picks) yaitu ACES, ASII, BBRI, BBCA, BMRI, CPIN, MAPI, MYOR, dan TLKM,” ujarnya dalam Investor Network Summit 2024 by Mirae Asset, 4 Juli 2024.

    Di dalam acara bertemakan Maintaining Growth: Indonesia's Economic Outlook Amidst Challenging Global Environment itu, Rully mengatakan penyesuaian top picks tersebut dilakukan dengan memasukkan BMRI dan TLKM untuk menggantikan ANTM dan HRUM.

    Penyesuaian itu, lanjutnya, perlu dilakukan di tengah volatilitas pasar yang cukup tinggi sehingga perlu lebih selektif dalam pemilihan saham berkapitalisasi pasar besar dan berfundamental kuat.

    Volatilitas tersebut ditunjukkan oleh arus keluar modal asing dari pasar modal (foreign nett sell) sebesar USD2,8 miliar di mana US$2,7 miliar dalam bentuk obligasi pemerintah dan USD600 juta dalam bentuk saham dan efek ekuitas lain sejak awal tahun hingga 24 Juni 2024.

    Acara tersebut merupakan paparan evaluasi dan proyeksi makroekonomi dan pasar modal untuk tahun ini yang disampaikan Mirae Asset untuk nasabah dan publik setiap semester. Dalam kesempatan kali ini, turut hadir CEO Mirae Asset Tae Yong Shim dengan pembicara Senior Deputi Gubernur Bank Indonesia Destry Damayanti, dan Managing Director & CFO PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Vera Eve Lim.

    Terkait makroekonomi, Rully masih optimistis kondisi Indonesia akan positif dan memprediksi ruang penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia masih akan dipengaruhi oleh posisi nilai tukar rupiah yang semakin stabil dan potensi penurunan suku bunga acuan AS (Fed Fund Rate/FFR).

    Di tengah situasi yang penuh tantangan, dia juga memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan akan sesuai target pertumbuhan BI sebesar 10 persen-12 persen. Kebijakan BI yang diambil saat ini berfungsi untuk mendukung stabilitas, dan Mirae Asset memperkirakan hal ini akan bertahan lebih lama dengan pengaruh dari volatilitas Rupiah yang semakin terjaga.

    “Maka dari itu, kami memprediksi pertumbuhan PDB (pertumbuhan ekonomi) Indonesia menjadi 5,01 persen pada 2024 dan 5,02 persen pada 2025, karena kebijakan penurunan suku bunga yang kurang agresif dibanding perkiraan sebelumnya," terangnya.

    Perekonomian global pada semester II/2024, lanjut Rully, diprediksi akan ditopang oleh AS dan India sebagai mesin pertumbuhan hingga tahun depan. Untuk AS, dia juga meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi negara Paman Sam akan moderat, didorong oleh dampak lambat dari pengetatan kebijakan moneter yang sangat agresif sejak 2022.

    Sebagai faktor lain, dia meyakini ketidakpastian masih sangat tinggi dan sulit memprediksi berlanjutnya ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel. Ketegangan geopolitik di daerah lain, lanjutnya, dapat mendorong volatilitas jangka pendek, tetapi angka permintaan global masih lemah terutama karena lemahnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok.

    Kebijakan Moneter

    Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) menyatakan akan lebih berhati-hati sebelum menurunkan suku bunga acuan lagi tahun ini. Para pembuat kebijakan moneter di Eropa mengatakan bahwa keputusan untuk menurunkan suku bunga akan diambil jika inflasi mendekati target 2 persen.

    ECB menurunkan suku bunga untuk pertama kalinya pada bulan Juni lalu, setelah sebelumnya menaikkan suku bunga secara agresif. Namun, mereka menahan diri untuk tidak menurunkan suku bunga lagi karena prospek ekonomi yang masih tidak pasti.

    “Kami membutuhkan waktu untuk mengumpulkan data yang cukup guna memastikan bahwa risiko inflasi di atas target telah berkurang,” ujar Presiden ECB Christine Lagarde dalam Forum Bank Sentral ECB.

    Pembuat kebijakan ECB Pierre Wunsch mengatakan dua kali pemangkasan suku bunga di tahun ini mungkin bisa terjadi. “Jika tidak ada kejadian mengejutkan dengan sentimen negatif yang besar, makan ada ruang untuk pemangkasan kedua,” ujar Wunsch, Gubernur Bank Sentral Belgia.

    Tunggu inflasi stabil

    Namun, pemangkasan suku bunga kedua, menurut Wunsch tak mendesak. ECB akan menunggu hingga proyeksi ekonomi dan inflasi keluar pada bulan September. “Mungkin ada baiknya menunggu pertemuan dengan prakiraan baru yang mengonfirmasi gambaran ekonomi, namun saya tak akan menjadikan hal itu sebagai syarat,” kata Wunsch.

    Sementara itu Lagarde mengaku, Eropa masih belum terhindar dari resesi ekonomi, meskipun terdapat sedikit peningkatan pertumbuhan pada kuartal terakhir.

    “Ekonomi mengalami soft landing namun masih belum bisa dijamin. Maka, kami masih perlu melihat fakta bahwa prospek pertumbuhan dalam kondisi baik masih belum pasti,” ujar dia.

    Inflasi Eropa melambat menjadi 2,5 persen pada bulan lalu dari 2,6 persen pada Mei, namun ECB melihat volatilitas inflasi masih terjadi pada sisa tahun ini. Hal ini dapat menyulitkan penurunan suku bunga lagi hingga data-data inflasi mulai menunjukkan pergerakan yang lebih menentukan menuju angka 2 persen.

    “Untuk melanjutkan pemangkasan, saya perlu merasa lebih yakin bahwa inflasi 2,5 persen benar-benar berlanjut mendekati 2 persen,” sebut Wunsch.

    Apalagi, Bank Sentral Amerika Serikat (Fed) mengisyaratkan belum akan mengubah kebijakannya dalam waktu dekat. Kini, para pejabat bank sentral Eropa pun kompak mengatakan jika akan ada satu dan dua pemangkasan lagi pada tahun ini atau empat kali pemangkasan bunga dari tahun ini hingga akhir tahun depan.

     

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunia Rusmalina

    Vestibulum sagittis feugiat mauris, in fringilla diam eleifend nec. Vivamus luctus erat elit, at facilisis purus dictum nec. Nulla non nulla eget erat iaculis pretium. Curabitur nec rutrum felis, eget auctor erat. In pulvinar tortor finibus magna consequat, id ornare arcu tincidunt. Proin interdum augue vitae nibh ornare, molestie dignissim est sagittis. Donec ullamcorper ipsum et congue luctus. Etiam malesuada eleifend ullamcorper. Sed ac nulla magna. Sed leo nisl, fermentum id augue non, accumsan rhoncus arcu. Sed scelerisque odio ut lacus sodales varius sit amet sit amet nibh. Nunc iaculis mattis fringilla. Donec in efficitur mauris, a congue felis.