Logo
>

Rupiah Semakin Dekati Rp15.000 per Dolar, ini Targetnya

Ditulis oleh Yunila Wati
Rupiah Semakin Dekati Rp15.000 per Dolar, ini Targetnya

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Rupiah terus menguat. Nilai tukar mata uang Garuda terhadap dolar Amerika Serikat terus menguat, menyentuh Rp15.144, semakin mendekati Rp15.000.

    Mengutip riset Stockbit Sekuritas, Minggu, 22 September 2024, dengan harga saat ini telah terjadi penurunan nilai tukar USD terhadap Rupiah sebesar lebih dari 8.66 persen. Ini artinya Rupiah diprediksi akan menguat terhadap Dolar AS. Di sini, tim riset Stockbit Sekuritas menargetkan rupiah terus menguat hingga ke level Rp14.000.

    Penguatan Rupiah terhadap USD dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti:

    • Kebijakan moneter: Bank Indonesia mungkin menaikkan suku bunga atau melakukan intervensi untuk memperkuat Rupiah.
    • Harga komoditas: Kenaikan harga ekspor utama Indonesia (seperti minyak kelapa sawit atau batu bara) dapat meningkatkan devisa negara, yang akan memperkuat Rupiah.
    • Situasi global: Dolar AS mungkin melemah karena kebijakan moneter dari Federal Reserve atau ketidakpastian di pasar global.

    Hanya saja, tetap ada potensi risiko. Volatilitas pasar bisa mempengaruhi prediksi ini. Jika kondisi global memburuk atau ekonomi Indonesia mengalami tekanan, Rupiah bisa tetap melemah atau tidak mencapai target penguatan tersebut.

    IHSG Turun, Nilai Kapitalisasi Pasar Merosot

    Selama sepekan terakhir di Bursa Efek Indonesia (BEI), beberapa indikator perdagangan menunjukkan dinamika yang beragam. Meskipun terdapat peningkatan dalam volume dan frekuensi transaksi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru mengalami penurunan.

    Selain itu, kapitalisasi pasar BEI tercatat menurun cukup signifikan. Berikut rangkuman lengkap performa BEI dalam sepekan terakhir.

    Sepanjang minggu ini, rata-rata nilai transaksi harian di BEI tercatat Rp14,93 triliun, turun sebesar 0,37 persen dibandingkan pekan sebelumnya yang mencapai Rp14,98 triliun per hari. Ini menunjukkan sedikit penurunan likuiditas di pasar saham, meskipun beberapa indikator lainnya menunjukkan tren positif.

    Kenaikan Volume dan Frekuensi Transaksi

    Salah satu indikator positif selama sepekan adalah kenaikan rata-rata volume transaksi harian yang mencapai 28,07 miliar saham, meningkat 20,21 persen dibandingkan pekan sebelumnya yang berada di angka 23,35 miliar saham per hari. Selain itu, rata-rata frekuensi transaksi harian juga mengalami kenaikan sebesar 10,53 persen, dari 1,14 juta kali transaksi menjadi 1,26 juta kali transaksi per hari.

    Meskipun terjadi peningkatan dalam volume dan frekuensi transaksi, IHSG justru mencatatkan penurunan selama sepekan. Pada penutupan perdagangan Jumat, 20 September 2024, IHSG berada di level 7.743, mengalami koreksi sebesar 0,88 persen dibandingkan penutupan pekan sebelumnya di level 7.812.

    Penurunan ini dipengaruhi oleh tekanan jual yang terjadi di beberapa sektor, meskipun investor asing mencatatkan aksi beli bersih (net buy) pada Jumat.

    Seiring dengan penurunan IHSG, nilai kapitalisasi pasar BEI juga mencatatkan penurunan signifikan. Pada akhir pekan ini, nilai kapitalisasi pasar BEI tercatat sebesar Rp13.007 triliun, turun 2,86 persen dibandingkan penutupan perdagangan pekan sebelumnya yang mencapai Rp13.390 triliun.

    Penurunan kapitalisasi pasar ini mencerminkan melemahnya kinerja beberapa saham unggulan yang tergabung dalam IHSG.

    Aksi Beli Bersih Investor Asing

    Meskipun IHSG mengalami penurunan, investor asing justru mencatatkan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp523,15 miliar pada perdagangan Jumat, 20 September 2024. Sepanjang tahun 2024 hingga 20 September, investor asing membukukan net buy sebesar Rp56,11 triliun, menunjukkan kepercayaan mereka terhadap pasar saham Indonesia di tengah ketidakpastian global.

    Selama sepekan terakhir, BEI menerima pencatatan satu surat utang, yakni Obligasi Berkelanjutan II Tahap III-2024 sebesar Rp1,1 triliun yang diterbitkan oleh PT Provident Investasi Bersama Tbk (PALM). Obligasi ini memiliki peringkat idA (Single A) dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo).

    Dengan adanya pencatatan ini, jumlah emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI sepanjang tahun 2024 mencapai 107 emisi dari 65 emiten dengan total nilai Rp90,79 triliun. Secara keseluruhan, total emisi obligasi dan sukuk di BEI mencapai 588 emisi dengan nilai outstanding Rp463,26 triliun dan USD60,12 juta yang diterbitkan oleh 132 emiten.

    SBN dan Efek Beragun Aset (EBA)

    Hingga saat ini, BEI mencatat 194 seri Surat Berharga Negara (SBN) dengan nilai nominal Rp6.273,24 triliun dan USD502,10 juta. Selain itu, terdapat sembilan emisi Efek Beragun Aset (EBA) dengan total nilai outstanding Rp2,93 triliun.

    Meskipun BEI mencatatkan beberapa indikator positif seperti peningkatan volume dan frekuensi transaksi, penurunan IHSG dan kapitalisasi pasar menunjukkan bahwa pasar saham masih berada di bawah tekanan.

    Investor asing tetap optimistis dengan mencatatkan aksi beli bersih, sementara BEI juga mencatatkan emisi baru di pasar obligasi. Namun, volatilitas pasar masih menjadi tantangan utama bagi para pelaku pasar dalam beberapa pekan ke depan.

    Pasar saham Indonesia terus menghadapi ketidakpastian, baik dari faktor internal maupun eksternal, yang akan menentukan arah IHSG dan likuiditas pasar pada waktu mendatang.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79