Logo
>

Alasan Pelaku Perusakan Mobil Tesla Lolos Penjara

Akibatkan kerugian hampir Rp350 juta, pelaku vandalisme dan perusakan enam mobil Tesla di AS bebas dari hukuman penjara.

Ditulis oleh Harun Rasyid
Alasan Pelaku Perusakan Mobil Tesla Lolos Penjara
Pelaku pengrusakan mobil Tesla bebas dari tuntutan penjara, padahal kerugian yang akibat ulahnya tembus Rp300 juta. Foto: ABC News.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Pelaku tindak vandalisme dan perusakan mobil Tesla sebanyak enam unit di pusat Kota Minneapolis, Amerika Serikat dinyatakan bebas dari tuntutan penjara.

    Padahal pelaku perusakan mobil Tesla yang diketahui bernama Adams ini, telah mengakibatkan kerugian materil sebesar USD20.000 atau sekitar Rp336,57 jutaan.

    Terkait hal ini, Kejaksaan Hennepin County, Minneapolis justru memutuskan untuk memasukkan kasus perusakan mobil Tesla  ini ke dalam program pengalihan pra-dakwaan, alih-alih melanjutkannya proses hukum ke pengadilan.

    Program pengalihan ini memungkinkan pelaku untuk menghindari catatan kriminal asalkan ia membayar penuh biaya perbaikan kendaraan yang dirusak.

    Berdasarkan alat bukti berupa rekaman CCTV,  pria berusia 33 tahun tersebut tampak jelas mengunci dan merusak beberapa Tesla yang terparkir di siang hari. Namun sesuai putusan pengadilan, kini ia cukup membayar ganti rugi tanpa perlu menjalani hukuman penjara.

    Pro-Kontra Keputusan Jaksa

    Fox News melaporkan, Kejaksaan menyatakan keputusan pengalihan pra-dakwaan kepada pelaku perusakan mobil Tesla diambil agar ia dapat mempertahankan pekerjaannya dan membayar ganti rugi kepada para korban.

    Pelaku sendiri, diketahui adalah pegawai negeri di Departemen Layanan Kemanusiaan Minnesota.

    "Prioritas utama kami adalah mengamankan ganti rugi bagi para korban dan meminta pertanggungjawaban Tuan Adams. Oleh karena itu, kami akan mengajukan pengalihan pra-dakwaan untuk memfasilitasi kedua tujuan tersebut dengan sebaik-baiknya," ujar Juru Bicara dari Kantor Kejaksaan Hennepin County dikutip KabarBursa.com, Minggu 27 April 2025.

    "Ini adalah pendekatan yang diambil dalam banyak kasus kejahatan properti, untuk memastikan individu tersebut tetap bekerja dan dapat membayar ganti rugi, serta mengurangi kemungkinan pelanggaran berulang," lanjutnya.

    Salah satu Tesla yang menjadi korban pengrusakan di AS. Foto: Global News

    Meski begitu, ia memastikan bahwa tuntutan pidana tetap bisa dikenakan apabila pelaku terus melanjutkan tindak perlawanan hukum.

    Lebih lanjut, Jaksa Wilayah Mary Moriarty juga membela keputusan ini dengan alasan bahwa hukuman pidana berat biasanya kerap memperburuk kondisi pelaku dalam jangka panjang. Dampak seperti kehilangan pekerjaan atau tempat tinggal, justru dapat memicu kejahatan baru.

    "Jika mereka menjalani sistem tradisional, dan mereka memiliki catatan kriminal, mereka cenderung akan kembali dan melakukan kejahatan baru. Itu karena catatan kriminal dapat mengganggu kehidupan mereka, mereka dapat kehilangan pekerjaan, kehilangan tempat tinggal, dan itu dapat menyebabkan aktivitas kriminal di masa mendatang. Sementara langkah yang berhasil, dalam menurunkan tingkat residivisme adalah pengalihan. Dan itu telah terbukti berulang kali di sini dan di seluruh negeri,” jelas Moriarty.

    Polisi dan Legislator Kritisi Keputusan Ini

    Di sisi lain, keputusan pengadilan tersebut dalam vandalisme serta perusakan merek mobil yang dipimpin Elon Musk ini mendapat respons keras dari pihak kepolisian dan pejabat publik.

    Menurut Kepala Kepolisian Minneapolis, Brian O'Hara, ia merasa frustrasi lantaran kerja keras pihak penyidik kejahatan dalam mengusut hingga menangkap pelaku kini terasa sia-sia.

    "Kasus ini melibatkan enam korban dengan total kerugian lebih dari USD20.000. Kami menyerahkan bukti yang kuat kepada Kejaksaan. Segala kekecewaan atas keputusan ini seharusnya diarahkan kepada pihak kejaksaan, bukan polisi," ucap O'Hara.

    Sementara itu anggota DPR Minnesota, Kristin Robbins juga mengecam keputusan tersebut, ia menilai keputusan pengadilan sangat mengganggu dibenaknya dan tidak bisa diterima.

    Tesla Jadi Sasaran Vandalisme

    Dalam beberapa bulan terakhir, kasus vandalisme terhadap mobil Tesla meningkat tajam di AS. Tren ini diduga berkaitan dengan kontroversi seputar gerakan politik Elon Musk dan tokoh publik yang kerap memicu pro-kontra.

    Akibatnya, beberapa pemilik Tesla bahkan memilih menjual mobil mereka. Selain itu ada juga pemiliknya yang mengganti atau menutupi logo Tesla dengan merek kendaraan lain untuk menghindari serangan vandalisme. Namun perlu dicatat, apapun pandangan terhadap Elon Musk, merusak properti pribadi tetap merupakan tindakan kriminal, dan bukan bentuk protes yang sah.

    Bisnis Tesla di China Goyah, Dealer Kesulitan Jualan

    Bukan cuma di Amerika Serikat, Tesla juga tengah menghadapi tekanan berat dalam persaingan pasar mobil listrik di China.

    Tesla yang awalnya dikenal sebagai inovator mobil listrik dunia, kini harus bertahan di tengah gempuran brand mobil listrik China yang masif di Tiongkok, yang kini menjadi negara dengan pasar EV (Electric Vehicle) terbesar di dunia.

    Terlebih merek-merek mobil China seperti BYD, Geely, Chery, atau bahkan Xiaomi yang menjadi pemain baru di industri EV, berani menawarkan teknologi canggih, desain kendaraan yang tak kalah modern, sampai harga yang menarik di kelasnya.

    Menurut data dari Asosiasi Mobil Penumpang Tiongkok menunjukkan, penjualan wholesales (dari pabrik ke dealer) Tesla turun sebesar 21,8 persen secara tahunan pada kuartal satu 2025.

    Sementara penjualan Tesla secara ritel (dari dealer ke konsumen) pun mengalami stagnansi dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

    Carnewschina melaporkan, hal sebaliknya dialami BYD sebagai rival utama Tesla. BYD mampu mencetak pertumbuhan penjualan sebesar 18,8 persen pada periode yang sama. Capaian tersebut memperlebar jarak BYD dengan Tesla di pasar mobil listrik China.

    Sales Tesla di China Ditimpa Tekanan Tinggi dan Pemecatan

    Di balik anjloknya angka penjualan, tekanan berat juga dialami para tenaga penjual Tesla. Sumber di lapangan menyatakan, banyak staf penjualan Tesla kini bekerja tujuh hari dalam seminggu dengan jam kerja yang panjang dari pukul sembilan pagi hingga jam 10 malam, atau selama 13 jam sehari.

    "Hari-hari saat pelanggan datang dengan sendirinya sudah berlalu. Sekarang kami harus berjuang keras setiap hari," kata salah satu mantan tenaga penjual Tesla yang memilih hengkang dari perusahaan yang dipimpin oleh Elon Musk tersebut, dikutip dari Carnewschina pada Selasa 22 April 2025.

    Lebih lanjut, tenaga penjual Tesla di Beijing, China juga dibebani target minimal satu mobil terjual setiap hari atau sekitar 30 unit per bulan. Namun pada realitanya, banyak dari mereka yang mengalami kesulitan menjual tiga hingga empat unit per minggu, meskipun sudah melakukan pendekatan intensif ke calon pembeli.

    Tekanan kerja yang tinggi ini memicu tingkat pergantian karyawan yang tinggi. Pada salah satu dealer Tesla di Beijing, seluruh tim penjualan bahkan bisa berganti setiap satu setengah bulan sekali, ini jauh lebih cepat dibandingkan rmasa sebelumnya yang rata-rata bisa selama tiga bulan sekali.

    Selain itu tenaga penjual baru Tesla juga menghadapi masa orientasi super ketat, di mana mereka harus menguasai seluruh pengetahuan produk hanya dalam tiga hari dan menjalani evaluasi harian.

    Pada hari keempat, mereka dituntut menutup penjualan. Jika tidak, sales Tesla harus siap menghadapi pemecatan. “Hanya yang mampu mencetak penjualan cepat yang bisa bertahan," kata salah satu sumber.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Harun Rasyid

    Vestibulum sagittis feugiat mauris, in fringilla diam eleifend nec. Vivamus luctus erat elit, at facilisis purus dictum nec. Nulla non nulla eget erat iaculis pretium. Curabitur nec rutrum felis, eget auctor erat. In pulvinar tortor finibus magna consequat, id ornare arcu tincidunt. Proin interdum augue vitae nibh ornare, molestie dignissim est sagittis. Donec ullamcorper ipsum et congue luctus. Etiam malesuada eleifend ullamcorper. Sed ac nulla magna. Sed leo nisl, fermentum id augue non, accumsan rhoncus arcu. Sed scelerisque odio ut lacus sodales varius sit amet sit amet nibh. Nunc iaculis mattis fringilla. Donec in efficitur mauris, a congue felis.