KABARBURSA.COM – Kabar mengejutkan datang dari BYD selaku raksasa otomotif asal China yang kini sedang dilanda krisis.
Padahal seperti kita ketahui, BYD sedang mendominasi pasar mobil listrik China hingga dunia lewat berbagai model kendaraan serta inovasi teknologinya.
Berdasarkan laporan Carnews China, Shandong Qiancheng Holdings Co., Ltd. yang merupakan mitra bisnis jaringan dealer BYD di Provinsi Shandong, China tengah mengalami krisis finansial.
Akibatnya, mitra bisnis BYD tersebut harus rela mengentikan operasi sampai menutup 20 dealer berfasilitas 4S (Sales, Service, Spare part dan body & paint) miliknya.
Dampaknya sangat nyata, showroom BYD terlihat kosong tanpa unit mobil yang biasanya dipajang. Selain itu staff dealer juga hanya menyisakan beberapa personel.
Dari segi layanan, konsumen bisa-bisa kesulitan dalam memanfaatkan layanan purnajual yang sudah dibayar dalam pembelian mobil BYD.

Salah satu dealer yang paling disorot adalah Jinan Qiansheng. Padahal dahulu dealer ini dijuluki Dealer Utama BYD Nomor Satu di Tiongkok.
Lebih lanjut, imbas dari masalah operasional jaringan dealer BYD tersebut adalah lebih dari 1.000 konsumen merasa dirugikan secara langsung. Konsumen yang sebelumnya telah membayar di awal untuk bisa mendapatkan berbagai layanan seperti paket asuransi tiga tahun, program perawatan kendaraan, perlindungan rangka, pemasangan kaca film, hingga layanan perawatan seumur hidup, kini harus mengalami kerugian besar.
Dalam hal ini, pelanggan BYD mengaku menerima penawaran asuransi tiga tahun saat membeli mobil. Skema asuransi ini, memerlukan pembayaran awal sekitar 10.000 hingga 15.000 yuan atau senilai Rp22,6 Jutaan sampai Rp34 jutaan, dengan janji penggantian premi pada tahun kedua dan ketiga setelah pembayaran asuransi tahunan tersebut.
Namun sejak April 2025, banyak dari konsumen yang tak kunjung menerima kompensasi sebagaimana dijanjikan dalam kesepakatan. Saat dicek konsumen, ternyata dealer yang menawarkan program asuransi tersebut sudah tutup.
Selanjutnya dalam catatan publik, Qiancheng berdiri pada 2014 dan berkembang pesat menjadi mitra inti BYD di Shandong. Kedua perusahaan sepakat mengelola lebih dari 20 showroom dan mengklaim penjualan tahunan sebesar 3 miliar yuan atau sekitar Rp6,8 triliun, dan mempekerjakan lebih dari 1.200 orang karyawan.
Pada April 2024, Chairman BYD Wang Chuanfu bahkan sempat menyempatkan diri mengunjungi kantor pusat Qiancheng di Jinan, China yang menandai status mereka sebagai dealer utama BYD.
Namun di balik layar, kondisi keuangan mulai keropos. Mantan pegawai Qiancheng menyebutkan bahwa penerimaan gajinya sudah mulai tertunda sejak 2024, bahkan ada pegawai yang belum dibayar upahnya selama enam bulan.
BYD Vs Qiancheng: Saling Menyalahkan di Tengah Krisis
Krisis ini menimbulkan konflik narasi antara BYD dan Qiancheng. Pada 28 Mei lalu, Departemen Brand dan Humas BYD membantah bahwa kebijakan mereka menjadi penyebab runtuhnya jaringan dealer Qiancheng.
"Kebijakan kami terhadap dealer tetap konsisten dan stabil selama beberapa tahun terakhir," ujar pihak BYD.
Pihak BYD juga menyebut, krisis ini sebagai akibat ekspansi bisnis secara agresif dan manajemen keuangan yang buruk dari pihak dealer.
"Kelompok dealer mengalami masalah pendanaan akibat ekspansi membabi buta dan cepat dengan operasi yang mengandalkan utang," lamjut konfirmasi dari BYD China.
Sementara itu dalam dokumen internal tertanggal 17 April 2025, manajemen Qiancheng justru menyalahkan BYD yang melakukan perubahan kebijakan.
Menurut pihak Qiancheng, penyesuaian kebijakan dealer terjadi dalam dua tahun terakhir, di mana kebijakan tersebut dianggap memberatkan aliran kas secara ekstrem.
"Dalam dua tahun terakhir, penyesuaian kebijakan dealer BYD telah memberikan tekanan yang sangat besar pada pengelolaan arus kas kami," ucap pihak Qiancheng. Mereka juga menyoroti kondisi pasar otomotif yang melemah dan pembiayaan bank yang semakin ketat.
Langkah Pertanggung Jawaban ke Konsumen
Kepercayaan konsumen terhadap BYD sebagai merek otomotif yang tengah naik daun kini dipertaruhkan. Banyak dari mereka mengaku membeli mobil karena yakin pada reputasi BYD dan jaringan resminya.
Meski BYD menyebut beberapa showroom telah diambil alih oleh perusahaan dealer lokal sejak akhir 2024, mereka berkomitmen menyelesaikan masalah para pelanggan serta karyawan. Namun pada kenyataannya, kelompok konsumen yang terimbas masalah ini, masih menyisakan hampir 500 orang.
Ratusan konsumen ini menyangkal penjelasan BYD, mereka menilai tanggapan BYD justru tidak menyentuh akar masalah.
Alasannya, batas waktu penyelesaian yang dijanjikan Qiancheng pada akhir Mei telah berlalu. Sehingga ribuan pelanggan kini hanya bisa bertanya-tanya soal siapa yang akan mengganti layanan prabayar untuk program purnajual BYD, dan kapan mereka mendapatkan haknya kembali.(*)