Logo
>

Merek Jepang Tertekan, Mobil China Makin Dilirik

Toyota cs masih unggul di pasar mobil nasional, tapi merek China seperti BYD & Chery tumbuh pesat. Apakah ini tanda dominasi Jepang mulai terancam?

Ditulis oleh Citra Dara Vresti Trisna
Merek Jepang Tertekan, Mobil China Makin Dilirik
Mobil China ramai diburu oleh konsumen di ajang GIIAS 2025. Foto: doc KabarBursa.com

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Meski produsen mobil asal Tiongkok mulai menancapkan pengaruh kuat di pasar otomotif nasional, namun penjualan mobil periode Juli 2025 tetap didominasi merek-merek asal Jepang. 

    Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), penjualan retail Toyota, Daihatsu, Honda, Mitsubishi, dan Suzuki mencapai sekitar 46.727 unit atau lebih dari 75 persen pangsa pasar.

    Kendati tetap unggul secara volume, merek Jepang mengalami pelemahan cukup tajam, dengan wholesales tercatat turun 18,8 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.

    Sebaliknya, merek asal Tiongkok seperti BYD, Chery, Wuling, Aion, Geely, hingga Jetour justru menunjukkan laju pertumbuhan paling agresif.

    Total penjualan retail merek-merek ini menembus 9.647 unit dengan lonjakan signifikan dari tahun sebelumnya. BYD, misalnya, melesat lebih dari 366 persen, sementara Chery tumbuh 151,7 persen.

    Tren ini mendongkrak pangsa pasar mobil Tiongkok hingga sekitar 15,3 persen. Hal ini menandakan penerimaan cepat konsumen terhadap kendaraan elektrifikasi dan model berteknologi tinggi dengan harga bersaing.

    Di sisi lain, merek Korea mengalami tren melemah. Hyundai hanya membukukan penjualan retail 1.402 unit, lebih rendah dibanding beberapa bulan sebelumnya, sehingga pangsa pasar brand Korea menyusut ke kisaran 2,3 persen.

    Sementara itu, produsen Eropa seperti BMW, Mercedes-Benz, Volkswagen, dan Audi tetap fokus di segmen premium dengan total retail sekitar 799 unit atau 1,3 persen dari pasar. Tekanan penurunan juga terasa, misalnya BMW yang anjlok lebih dari 62 persen secara tahunan.

    Secara keseluruhan, pasar mobil nasional tengah memasuki masa transisi. Dominasi merek Jepang masih terlihat kuat, namun gempuran merek Tiongkok dengan strategi agresif dan produk adaptif terhadap tren elektrifikasi berpotensi menggeser posisi tradisional Jepang.

    Jika pola ini terus berlanjut, peta persaingan otomotif di Indonesia dalam waktu dekat bisa mengalami perubahan besar.

    Industri Otomotif Mulai Pulih

    Memasuki paruh kedua 2025, industri otomotif nasional memperlihatkan tanda-tanda pemulihan setelah sempat tertekan oleh perubahan tren dan pergeseran teknologi kendaraan.

    Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) mencatat, sepanjang Januari hingga Juli 2025 total penjualan ritel kendaraan — yakni dari dealer ke konsumen — mencapai 453.278 unit. Angka ini masih lebih rendah 10,8 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

    Dari sisi wholesales, atau distribusi pabrik ke dealer, jumlahnya tercatat 435.390 unit, turun 10,1 persen dibanding tahun sebelumnya. Kendati secara tahunan masih mengalami kontraksi, pergerakan bulanan mulai menunjukkan sinyal pemulihan. Pada Juli 2025, penjualan ritel naik 1,8 persen dibanding bulan Juni, dengan volume mencapai 62.770 unit.

    Peta persaingan antar brand juga masih konsisten. Toyota mempertahankan posisinya sebagai penguasa pasar dengan pangsa ritel 32,4 persen, membukukan penjualan 20.185 unit pada Juli. Daihatsu menempati peringkat kedua dengan 11.220 unit, sekaligus mencatat pertumbuhan 12,2 persen dari bulan sebelumnya, sehingga memperkuat pangsa pasar menjadi 17,2 persen.

    Menanggapi penjualan mobil periode Juli 2025, Pengamat Otomotif Yannes Martinus Pasaribu mengatakan, penjualan dari dealer sedikit lebih tinggi, yakni sekitar 3 persen dari pembelian dealer ke pabrik. 

    “Artinya dealer sengaja tidak memesan dulu unit mobil baru dari pabrik (wholesales rendah) dan fokus menjual unit yang sudah ada di gudang dealer (retail lebih tinggi), sehingga persediaan di lapangan makin menipis,” kata Yannes kepada KabarBursa.com, Minggu, 17 Agustus 2025.

    Menurutnya, dealer takut mengalami kelebihan invetori ketika daya beli sedang lesu dan konsumen masih wait and see respons pasar terhadap munculnya model-model baru di ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025. 

    Akadamisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) itu melihat saat ini dealer memilih untuk melakukan pengurangan stok sembari menahan pesanan baru hingga yakin pabrik akan memberi insentif atau model baru dengan harga yang lebih menarik. 

    “Mereka bisa jadi hanya akan buka kran pesanan lagi kalau ekonomi (suku bunga, inflasi) mulai membaik dan tingkat demand pasar kembali stabil,” ujarnya. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Citra Dara Vresti Trisna

    Vestibulum sagittis feugiat mauris, in fringilla diam eleifend nec. Vivamus luctus erat elit, at facilisis purus dictum nec. Nulla non nulla eget erat iaculis pretium. Curabitur nec rutrum felis, eget auctor erat. In pulvinar tortor finibus magna consequat, id ornare arcu tincidunt. Proin interdum augue vitae nibh ornare, molestie dignissim est sagittis. Donec ullamcorper ipsum et congue luctus. Etiam malesuada eleifend ullamcorper. Sed ac nulla magna. Sed leo nisl, fermentum id augue non, accumsan rhoncus arcu. Sed scelerisque odio ut lacus sodales varius sit amet sit amet nibh. Nunc iaculis mattis fringilla. Donec in efficitur mauris, a congue felis.