KABARBURSA.COM - Proyek pembangunan pabrik BYD dan VinFast di Subang, Jawa barat kabarnya mendapat gangguan dari Organisasi Masyarakat (Ormas). Kondisi ini dinilai dapat memperkeruh kondisi investasi di Indonesia di mata investor global, khususnya di sektor otomotif.
Diketahui, skala investasi pabrik BYD di Subang juga tergolong besar karena diproyeksikan bakal menjadi salah satu fasilitas otomotif terbesar di kawasan Asia Tenggara, dengan nilai investasi sebesar Rp11,7 triliun dan berdiri di atas lahan seluas 126 hektar.
Sementara pabrik VinFast di Indonesia juga tak kalah besar lantaran ditargetkan berdiri di atas tanah seluas 100 hektar lebih dan memiliki investasi senilai Rp3,2 triliun. Selain itu pabrik dari brand otomotif asal Vietnam ini, juga akan menjadi pusat produksi mobil VinFast dengan setir kanan.
Kabar pabrik BYD diganggu Ormas sempat dilontarkan Wakil Ketua MPR Eddy Soeparno saat mengunjungi pabrik BYD di Shenzen, China belum lama ini. Menurutnya, aksi premanisme yang mengganggu pabrik BYD di Indonesia perlu ditindak tegas.
"Sempat ada premanisme Ormas yang mengganggu sarana produksi BYD, saya kira pemerintah daerah harus tindak tegas untuk menangani permasalahan ini. Jangan sampai investor datang ke Indonesia, kemudian merasa tidak mendapat jaminan keamanan. Jaminan keamanan adalah hal paling mendasar bagi investasi untuk masuk ke Indonesia," ujarnya melalui video singkat di akun Instagramnya @eddy_soeparno.
Mengenai tindak premanisme dalam investasi, Pengamat Pasar Uang menilai Ibrahim Assuaibi menilai bahwa pergerakan Ormas juga dipicu kondisi ekonomi Indonesia yang sedang goyah.
"Karena daya beli masyarakat menurun, banyak pengangguran, sehingga pengangguran-pengangguran ini mereka bergabunglah dengan Ormas. Karena Ormas juga memberikan kehidupan buat anggotanya yang begitu banyak," ujarnya saat dihubungi KabarBursa.com, Minggu 27 April 2025.
Menurut Ibrahim, Ormas biasanya meminta iuran kepada para pelaku usaha mikro hingga skala perusahaan. Hal ini merupakan permasalah klasik yang kerap terjadi di berbagai wilayah. Namun tindakan ini sebenarnya bisa dikonsolidasikan antara pihak investor dan Ormas.
"Kenapa Ormas itu meminta iuran, berarti sebelum-sebelumnya memang perusahaan tersebut memberikan. Biasanya juga di perusahaan wilayah Jakarta setiap tahun memang ada. Dan mereka biasanya tidak pernah meminta nominal yang besar," ucapnya.
"Yang terjadi di pabrik BYD menurut saya wilayah-wilayah di Jawa Barat itu memang masih rawan (premanisme) apalagi sekarang ada ormas baru seperti GRIB (Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu). Seharusnya itu dari pihak pengelola pembangunan mengalokasikan dana untuk ormas yang termasuk dalam dana lain-lain. Tapi saya tidak tahu di pabrik BYD atau VinFast ini ormas meminta nominal besar atau tidak," imbuhnya.
Ibrahim menyebut, tindakan ormas seperti aksi premanisme di pabrik yang sedang dibangun ini memang bisa membuat investor sungkan hingga takut berinvestasi. Namun hal seperti ini sebenarnya mudah diatasi.
"Karena sudah viral, dari sudut investor ini ya pasti sangat menyayangkan kalau seandainya ini terjadi. Akhirnya para investor ketakutan. Tetapi lagi-lagi kalau misalnya sebagai seorang konsultan perusahaan bisa menjelaskan ke investor bahwa ini soal biasa, ini cuma 'riak-riak' kecil dalam kehidupan dalam urusan pembangunan perusahaan di Indonesia," jelasnya.
"Namun di sisi lain,ada juga pihak yang membawa nama Ormas untuk mencari keuntungan pribadi. Tindakan ini yang harus ditindak oleh aparat. Karena di Ormas pun misal meminta iuran atau untuk kegiatan apapun biasanya ada satu proposal yang sudah dimusyawarahkan," tambah Ibrahim.
Yang terpenting dalam situasi tersebut, kata Ibrahim, premanisme bisa diatasi dengan mediasi. Hasil mediasi dapa berujung pada kondisi saling menguntungkan bagi pihak Ormas maupun perusahaan.
"Konsultan-konsultan perusahaan ini harus memberikan informasi yang positif untuk investor bahwa ini hanya bagian-bagian kecil yang gampang diselesaikan. Yang penting kita itu bisa mediasi antara manajemen perusahaan dengan Ormas. Ormas itu, di mana-mana kalau dibaikin, mereka juga akan baik dan mengerti. Lalu jika usaha kita diusik, Ormas akan bantu mengamankan jika terjadi sesuatu. Begitu timbal baliknya," pungkasnya.
Denza Rilis Mobil Konsep Pesaing Porsche 911
BYD lewat sub mereknya yakni Denza, merilis mobil konsep bergaya Sport Coupe atau Sedan dua pintu di ajang Shanghai International Auto Show 2025.
Mobil konsep bernama Denza Z ini diharapkan dapat menjadi model produksi massal dari merek asal China tersebut di masa mendatang.
Mengutip Carnewschina, Denza Z hadir dengan desain sporty yang agresif. Bentuknya sekilas mirip Super Car besutan Lamborghini Gallardo namun memiliki bentuk membulat. Kesan sporty terpancar dari garis bodi yang dinamis namun tetap mengalir, serta penggunaan spoiler pada bemper depan, side skirt di bodi samping hingga spoiler belakang yang tersemat di bagian buritan.
Eksterior Denza Z juga memiliki postur rendah ala Super Car, dan lampu depan dengan DRL (Daytime Running Lights) yang berbentuk tajam demi memberikan kesan energik. Desain keseluruhannya terlihat ramping dan dinamis. Selain itu ia memiliki versi atap hardtop dan convertible.
Meski begitu, Denza Z memiliki dimensi bodi yang terbilang ringkas. Pada pilar B, bodinya dibentuk menyempit, sehingga terkesan berotot dari bagian tengah sampai sisi atas roda belakang.
Eksterior Denza Z juga dilengkapi dengan jendela tanpa bingkai, gagang pintu tersembunyi untuk mengejar tampilan minimalis dan ukuran roda yang besar.
Mengusung empat penumpang pada kabinnya, Denza Z disebut bakal menjadi pesaing Porsche 911.
Sebagai mobil masa depan, Denza Z dilengkapi teknologi canggih seperti sistem kemudi dengan kabel yang didukung oleh algoritma AI (Aritificial Intelligent).
Menurut pernyataan divisi pemasaran Denza, sistem ini diklaim dapat memberikan pengalaman pengendalian yang lebih halus di jalan, serta kemampuan pengemudian yang presisi dan responsif.
Selain itu, Denza Z dilengkapi dengan setir yang dapat dilipat. Teknologi ini berguna untuk meningkatkan keselamatan dengan menciptakan ruang ekstra saat terjadi tabrakan, sekaligus menambahkan sentuhan futuristik pada pengalaman berkendara.
Denza Z juga akan dilengkapi dengan sistem Disus M sebagai versi terbaru dari Disus Z yang ada saat ini.
Fitur Disus M merupakan sistem kontrol bodi cerdas yang mampu melakukan penyesuaian secara langsung berdasarkan kondisi jalan, dengan respons suspensi yang terjadi dalam waktu kurang dari 10 milidetik.
Menurut Denza, teknologi ini memberikan stabilitas dan dukungan yang lebih baik saat menikung dengan kecepatan tinggi di sirkuit. Sistem Disus M juga akan tersedia pada model Denza dan BYD mendatang lainnya.
Karena masih berstatus mobil konsep, spesifikasi lengkap dan harga Denza Z belum dirilis. Berdasarkan laporan Carnewschina, Denza Z berpotensi menggunakan motor listrik BYD 30.511 rpm terbaru.
Selain itu, harga Denza Z diperkirakan akan dibanderol di atas 300.000 yuan atau lebih dari Rp695,2 jutaan.