KABARBURSA.COM – Peta kekuatan otomotif dunia berubah: Tesla bukan lagi juaranya. Sejak beberapa tahun lalu, serbuan industri otomotif China tidak lagi dapat disepelekan. Jika pada awalnya produk otomotif China yang mencoba merangsek ditertawakan, kini mereka mulai menunjukkan taringnya.
Berdasarkan riset dari IMD Future Readiness Auto 2025, beberapa produsen mobil listrik China seperti BYD, Li Auto dan Geely mengepung Tesla. Pada tahun ini BYD menang tipis dengan skor 100. Sementara Tesla harus puas dengna berada di urutan ke dua dengan skor 98,1.
“Posisi Tesla yang tak tergoyahkan sejak 2019, akhirnya tumbang disalip BYD,” jelas Profesor Manajemen dan Inovasi serta Direktur Pusat Kesiapan Masa Depan IMD Howard Yu dalam keterangan tertulis, Selasa, 27 Mei 2025.
Sedangkan dua produsen mobil listrik asal Tiongkok, Geely dan Li Auto, masing-masing mendapat skor 82 dan 56,1. Kedua pabrikan asal Negeri Tirai Bambu itu berhasil mendepak VW dan Stellantis dari peringkat lima besar. Konstelasi perang mobil listrik ini membuat pabrikan asal Jepang, Eropa dan Korea Selatan kian gigit jari.
Berikut peringkat 10 besar produsen otomotif paling inovatif versi IMD Future Readiness Auto 2025: BYD (100), Tesla (98.1), Geely (82), Li Auto (56.1), Kia (49.3), Volkswagen (48.8), Toyota (48.7), Xpeng (48.3), General Motors (47.2), Ford (43.1).
Howard Yu menuturkan, keerhasilan pabrikan mobil listrik Tiongkok tidak lepas dari kesiapan oleh perubahan drastis yang telah mereka lakukan.
“BYD melakukan ekspansi teknologi dan pabrik secara besar-besaran. Sementara Li Auto, Geely, dan XPeng bertumbuh sangat cepat, sehingga memberi tekanan besar bagi peta persaingan industri otomotif,” tambah Yu.
Rahasia Sukses Pabrikan Otomotif China
Berdasarkan Riset IMD, Keberhasilan produsen kendaraan listrik asal Tiongkok seperti BYD, Geely, Li Auto, dan XPeng, bukan terjadi secara kebetulan. Inovasi yang mereka lakukan terbukti mendapat respons positif dari pasar, tercermin dari peningkatan pendapatan yang signifikan.
Berkat lonjakan performa ini, mereka berhasil mendesak mundur posisi para pemain lama asal Eropa dan Jepang dalam industri otomotif global.
Strategi pengembangan mobil listrik oleh pabrikan Tiongkok ini cukup berbeda dibandingkan pendekatan yang diambil produsen otomotif konvensional.
Fokus utama pabrikan mobil listrik asal China adalah merancang kendaraan dari basis pengembangan perangkat lunak (software) dan integrasi digital secara menyeluruh. Sementara itu, produsen tradisional cenderung masih mengutamakan pendekatan berbasis perangkat keras (hardware).
Efek dari strategi ini sangat terasa dalam efisiensi operasional. Ketika terjadi kebutuhan kalibrasi atau pembaruan sistem kendaraan, mereka tidak perlu menarik kendaraan kembali (recall).
Penyesuaian seperti peningkatan suspensi atau penyempurnaan fitur keselamatan dapat dilakukan secara jarak jauh hanya dengan update software. Bagi konsumen, ini jauh lebih praktis dan efisien dibandingkan metode konvensional, sekaligus mengurangi beban biaya bagi pabrikan.
Inovasi digital juga merambah ke sisi logistik dan distribusi. Para pemain baru ini mengandalkan sistem pelacakan digital (digital tracking system) untuk memastikan rantai pasok mereka tetap efisien dan transparan. Setiap proses pengiriman dapat dimonitor secara real time, meminimalkan gangguan dan keterlambatan.
“Meskipun kendaraan listrik memerlukan komponen canggih seperti baterai dan semikonduktor, namun mereka mendapat keuntungan dari rantai pasokan yang lebih fleksibel. Sementara itu, kompleksitas rantai pasokan produsen mobil tradisional lebih rumit,” jelas Yu.
Pendekatan yang modern, lincah, dan berbasis teknologi inilah yang kini memberi keunggulan kompetitif bagi produsen mobil listrik asal Tiongkok. Sementara pemain lama dituntut untuk segera mengevaluasi ulang strategi mereka agar tetap relevan di tengah disrupsi industri yang tak terelakkan.(*)