Logo
>

BMRI Perkuat Komitmen ESG dengan Portofolio Hijau Rp142 Triliun

Ditulis oleh Pramirvan Datu
BMRI Perkuat Komitmen ESG dengan Portofolio Hijau Rp142 Triliun

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatat total portofolio berkelanjutan senilai Rp285 triliun pada kuartal III-2024, meningkat 12,8 persen year on year (yoy) dibandingkan periode sama tahun lalu, sebagai bagian dari penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).

    Dari jumlah tersebut, portofolio hijau tumbuh signifikan sebesar 16,4 persen (yoy) menjadi Rp142 triliun. Sementara kontribusi sektor Energi Baru Terbarukan (EBT) mencapai Rp10 triliun dan terus menunjukkan tren peningkatan tahunan.

    "Ke depan, kami akan memperkuat layanan ESG kami, terutama pada instrumen keuangan berkelanjutan seperti Sustainability-Linked Loan, Green Loan, Corporate-in-Transition Financing, dan Social Loan di berbagai sektor," kata Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi, dalam paparan kinerja keuangan kuartal III-2024 di Jakarta, Rabu.

    Darmawan menambahkan bahwa perusahaan akan fokus pada pengembangan bisnis berkelanjutan di sektor-sektor potensial, seperti pengelolaan sumber daya alam hayati, penggunaan lahan berkelanjutan, transportasi ramah lingkungan, energi terbarukan, hingga pengelolaan limbah.

    Pada kuartal III-2024, Bank Mandiri membukukan realisasi kredit secara konsolidasi mencapai Rp1.590 triliun, tumbuh 20,8 persen (yoy), didorong oleh segmen kredit wholesale yang merupakan core business perusahaan.

    Pertumbuhan kredit tercatat di seluruh segmen, dengan segmen korporasi mencatat kenaikan terbesar sebesar 29,4 persen (yoy) menjadi Rp581 triliun pada kuartal III-2024.

    Kredit mikro produktif dan Small and Medium Enterprises (SME) masing-masing juga tumbuh sebesar 13,04 persen (yoy) dan 13,7 persen (yoy) hingga akhir September 2024.

    Bank Mandiri juga mempertegas komitmennya terhadap ekonomi kerakyatan dengan menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) senilai Rp32,2 triliun, menjangkau lebih dari 293 ribu pelaku UMKM hingga September 2024.

    Target Net Zero Emissions

    Bank Mandiri, sebagai bank pelat merah, menunjukkan komitmen kuat dalam mendukung pemerintah untuk mencapai target net zero emissions (NZE) pada tahun 2060 dan memimpin di bidang pembiayaan hijau.

    Alexandra Askandar, Wakil Direktur Utama Bank Mandiri, menyampaikan hal tersebut dalam sesi diskusi bertema ‘Financing Enabler for ESG (APINDO and Kearney Session)’ pada Indonesia International Sustainability Forum (IISF) 2024, yang berlangsung di JCC Senayan, Jakarta, pada Jumat, 6 September 2024.

    Adapun IISF merupakan platform untuk berkolaborasi bersama dengan para pemangku kepentingan dalam melakukan dekarbonisasi, mempercepat dan mencapai pertumbuhan berkelanjutan.

    “Dalam rangka melakukan efisiensi energi, Bank Mandiri telah melakukan transformasi melalui digitalisasi layanan yakni dengan SuperApps seperti Livin’ dan Kopra,” ujar Alexandra, dalam siaran pers yang diterima  Kabarbursa.com, Senin 9 September 2024.

    Bank Mandiri juga telah mengimplementasikan strategi pengimbangan karbon, seperti membeli kredit karbon dan berinvestasi dalam proyek-proyek karbon seperti restorasi lahan dan konservasi, serta berfungsi sebagai agen pembangunan.

    “Komitmen Bank Mandiri yang telah dilakukan dalam memimpin transisi Indonesia menuju ekonomi rendah karbon adalah dengan pendekatan yang berfokus pada klien,” kata Alexandra.

    Untuk itu, Bank Mandiri telah membentuk ESG Desk khusus, yang menyediakan pinjaman berkelanjutan (SLL), pembiayaan bagi perusahaan yang sedang bertransisi, serta produk hijau lainnya. 

    Melalui ESG Desk, Bank Mandiri telah mengadakan berbagai forum diskusi kelompok (FGD), lokakarya, dan seminar untuk nasabah besar seperti PLN Group, Pertamina Group, Semen Indonesia Group, Sinarmas Group, dan klien korporasi lainnya. 

    Selain itu, dalam upaya menyosialisasikan pembiayaan berkelanjutan, sektor ritel Bank Mandiri juga meluncurkan kredit pemilikan rumah (KPR) hijau dan reksa dana hijau. Alexandra menambahkan bahwa mencapai target ekonomi rendah karbon Indonesia bukanlah hal yang mudah dan memerlukan penanganan serta strategi khusus.

    Pertama, Indonesia telah menggunakan bahan bakar fosil dalam waktu yang cukup lama, sehingga membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk berpindah menggunakan energi yang lebih ramah lingkungan.

    Kendati begitu, kata Alexandra, Bank Mandiri tetap optimis lantaran potensi energi terbarukan di Indonesia sangat melimpah.

    Di sisi lain, Alexandra juga menyebut perlu dukungan regulasi dan kebijakan melalui mekanisme insentif maupun disinsentif seperti subsidi dan pajak karbon.

    Menurutnya, adanya mekanisme insentif dapat memberikan konsekuensi finansial bagi bisnis yang menghasilkan emisi tinggi dan memberikan insentif jika bisnis beralih ke praktik berkelanjutan.

    “Namun, saya yakin dengan adanya kebijakan dan mekanisme yang kuat untuk mendukung investasi iklim, kita tidak perlu lagi memilih antara keberlanjutan dan pertumbuhan karena keduanya dapat berjalan beriringan untuk mencapai tujuan keberlanjutan kita,” kata Alexandra.

    RI Butuh Rp4.000 Trilun Tekan Emisi gas

    Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa Indonesia memerlukan dana sebesar USD281 miliar atau Rp4.000 triliun untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dalam beberapa tahun ke depan.

    Untuk mendapatkan dana yang sangat besar ini tidak mungkin hanya bergantung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

    “Kita memerlukan USD281 miliar atau Rp 4.000 triliun. Ini jauh melebihi total anggaran belanja tahunan Indonesia. Oleh karena itu, anggaran publik atau fiskal tidak bisa menjadi satu-satunya sumber pembiayaan,” kata Sri Mulyani di acara Indonesia International Sustainability Forum 2024 yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Jumat, 6 September 2024.

    Dana tersebut diperlukan untuk mencapai target pengurangan emisi karbon dioksida (CO2) sebesar 31,89 persen melalui usaha sendiri dan 43,2 persen dengan bantuan internasional pada tahun 2030, sesuai dengan target Nationally Determined Contribution (NDC). Sri Mulyani pun mengajak sektor swasta untuk berpartisipasi dalam upaya ini.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.