Logo
>

Airlangga Ketemu Dubes Arab: Aramco Belum Terlihat di RI

Ditulis oleh Pramirvan Datu
Airlangga Ketemu Dubes Arab: Aramco Belum Terlihat di RI

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengadakan pertemuan dengan Duta Besar Kerajaan Arab Saudi untuk Indonesia, Faisal bin Abdullah Al-Amudi, untuk mendiskusikan peningkatan kerja sama di berbagai bidang, termasuk ekonomi, pelaksanaan ibadah haji dan umrah, serta rencana pembangunan Islamic Center di Batam, Kepulauan Riau.

    Airlangga menyampaikan apresiasi mendalam Indonesia atas hubungan erat yang telah terjalin dengan Arab Saudi, terutama dalam penyelenggaraan ibadah haji dan umrah.

    “Setiap tahun, sekitar 1,4 juta orang Indonesia melaksanakan haji dan umrah. Jika rata-rata pengeluaran mereka mencapai 5.000 dolar AS, maka total devisa yang masuk mencapai 7 miliar dolar AS. Oleh karena itu, Arab Saudi juga perlu meningkatkan investasi di Indonesia,” ungkap Airlangga dalam keterangannya di Jakarta pada Selasa 30 Juli 2024.

    Dalam pertemuan tersebut, Airlangga mengungkapkan bahwa lahan seluas minimal 15 hektar di Batam telah disiapkan untuk pembangunan masjid dan Islamic Center yang akan menjadi monumen penting. Duta Besar Faisal menyatakan rencananya untuk segera mengunjungi Batam guna menilai lokasi tersebut dan mengevaluasi potensi kerja sama ekonomi di wilayah itu.

    “Lahan di Batam sudah siap, dan kami dapat segera memulai pembangunan masjid serta Islamic Center yang ikonik,” kata Airlangga.

    Selain itu, Airlangga juga membahas usulan presiden terpilih Prabowo Subianto mengenai pembangunan Indonesian Village di Mekkah. Duta Besar Faisal menyambut positif usulan tersebut dan menegaskan keyakinan Pemerintah Arab Saudi akan semakin kuatnya hubungan antara kedua negara ke depan.

    Dubes Faisal menambahkan bahwa usulan tersebut telah menjadi topik dalam pertemuan antara presiden terpilih dan Pemerintah Arab Saudi. Ia juga menekankan pentingnya fokus pada kerja sama ekonomi dan investasi di samping ibadah haji dan umrah.

    Faisal menginformasikan bahwa Presiden Joko Widodo telah melakukan dua kunjungan ke Arab Saudi pada tahun 2023, termasuk pertemuan dengan Perdana Menteri Mohammed bin Salman Al-Saud di Riyadh pada Oktober 2023, yang diikuti oleh penandatanganan berbagai nota kesepahaman antara kedua pemerintah.

    “Arab Saudi memiliki Visi 2030, dan Indonesia mengusung visi Indonesia Emas 2045. Kami perlu ide-ide segar untuk memperkuat hubungan ekonomi antara kedua negara,” tambah Faisal.

    Dubes Faisal juga menekankan perlunya mendorong sektor swasta, seperti Aramco dan Acwa Power, untuk berinvestasi dan terlibat dalam berbagai proyek di Indonesia.

    “Aramco sudah beroperasi di Singapura, Malaysia, dan Thailand, namun investasi di Indonesia masih belum terlihat,” ujar Faisal.

    Kinerja Perusahaan Merosot

    Perusahaan minyak Arab Saudi, Aramco, akan membayar dividen sebesar USD31 miliar, setara dengan Rp500 triliun, kepada Kerajaan Arab Saudi dan pemegang sahamnya. Padahal, kinerja perusahaan ini di kuartal pertama merosot akibat penurunan harga minyak dan volume penjualan.

    Pada kuartal I tahun ini, Aramco melaporkan penurunan laba bersih 14 persen menjadi USD27,3 miliar dari periode sama tahun lalu sebesar USD31,9 miliar. Realisasi laba ini sejalan perkiraan analis.

    Dalam rilis laporan keuangan, Aramco juga mengumumkan rencana pembayaran dividen dasar untuk kuartal pertama sebesar USD20,3 miliar dan distribusi dividen terkait kinerja, nilainya sebesar USD10,8 miliar, yang akan dibayarkan pada kuartal kedua. Aramco memperkirakan akan membayarkan total dividen USD124,3 miliar pada tahun 2024.

    Keputusan ini diambil lantaran pemerintah Arab Saudi, yang memegang 82,2 persen saham Aramco, sangat bergantung pada pembayaran dari perusahaan ini, termasuk royalti dan pajak. Apalagi, Arab Saudi saat ini dihadapkan pada defisit anggaran.

    Arab Saudi sangat membutuhkan dana dari Aramco lantaran tengah melakukan diversifikasi sumber pendapatan ekonomi di luar bahan bakar fosil. Putra Mahkota Mohammed bin Salman tengah membangun proyek miliaran dolar, seperti kota futuristik Neom, untuk membangun industri pariwisata dan mencoba menggenjot liga olahraga. Harapannya, negara eksportir minyak terbesar ini tak lagi bergantung pada minyak.

    Terlebih harga minyak saat ini terus menurun karena pasokan Amerika Serikat dan anggota non OPEC+ yang meningkat. Selain itu, permintaan negara-negara besar menurun karena tengah bergulat dengan suku bunga tinggi.

    Sejatinya OPEC+ telah menerapkan serangkaian pengurangan produksi sejak akhir 2022. Namun di 2024, harga minyak mentah brent rata-rata berada di kisaran USD83,5 per barel. Padahal menurut hitungan IMF, Arab Saudi membutuhkan minyak berada di harga USD96,2 untuk menyeimbangkan anggaran 2024.

    Dengan proyeksi defisit anggaran di tahun ini sebesar 79 miliar riyal, atau setara Rp338,28 triliun, kerajaan Arab Saudi berpotensi menunda sebagian dari banyak mega proyeknya.

    Menteri Keuangan Mohammed Al Jadaan, dikutip Reuters, mengatakan, rencana Visi 2030 kerajaan mentransformasi perekonomian akan disesuaikan kebutuhan, dengan beberapa proyek diperkecil atau diperluas dan proyek lainnya dipercepat, di saat kondisi penuh tantangan. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.