KABARBURSA.COM - Bank Indonesia (BI) menegaskan komitmennya menjaga stabilitas rupiah di tengah tekanan pasar global. Gubernur BI Perry Warjiyo memastikan, seluruh instrumen moneter akan dikerahkan, termasuk intervensi berkelanjutan di pasar non-deliverable forward (NDF) baik onshore maupun offshore.
“Upaya stabilisasi ini akan memastikan rupiah kembali mencerminkan nilai fundamentalnya,” ujar Perry. Ia juga mengingatkan pelaku pasar untuk ikut menjaga iklim investasi tetap kondusif.
Menurut Perry, intervensi tidak hanya dilakukan di dalam negeri melalui instrumen spot, NDF domestik, serta pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder. BI juga aktif di luar negeri—dari Asia, Eropa, hingga Amerika—dengan strategi NDF berkelanjutan.
Meski demikian, rupiah masih tertekan. Pada awal perdagangan Jumat, mata uang Garuda melemah 0,3 persen, menyentuh level terendah sejak April. Sepanjang tahun berjalan, rupiah sudah terkoreksi lebih dari 3 persen, menjadikannya salah satu mata uang emerging market Asia dengan kinerja terburuk.
Sehari sebelumnya, rupiah melanjutkan tren negatif terhadap dolar Amerika Serikat untuk sesi keenam beruntun, tergelincir hingga Rp16.762 per dolar.
Pasar menilai pemangkasan suku bunga BI pekan lalu sebagai langkah yang mengikuti dorongan Presiden Prabowo Subianto untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Namun, kebijakan tersebut juga memunculkan kekhawatiran baru: ancaman terhadap kredibilitas fiskal negara.
Dengan situasi ini, perhatian investor kini tertuju pada konsistensi BI dalam menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan stabilitas makro keuangan.(*)