Logo
>

Brent dan WTI Kompak Menguat, Minyak Dunia Tersulut Sentimen ini

Ditulis oleh Yunila Wati
Brent dan WTI Kompak Menguat, Minyak Dunia Tersulut Sentimen ini

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga minyak dunia menguat. Minyak mentah berjangka Brent dan West Texas Intermediate (WTI) kompak menguat. Hal ini terjadi karena ekspor minyak Libya yang sudah terhenti dan kekhawatiran produksi OPEC+ yang lebih tinggi dari Oktober, mereda.

    Dari laporan yang dibagikan Reuters di Calgary, Alberta, Kanada, Selasa, 3 September 2024, dini hari WIB, minyak mentah Brent yang menjadi patokan internasional, naik 59 sen atau 0,8 persen menjadi USD77,52 per barel.

    Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), patokan Amerika Serikat, mencatat kenaikan sebesar 49 sen atau 0,7 persen, menjadi USD74,04 pada pukul 02.24 WIB. Namun, volume perdagangan masih relatif ringan karena pasar Amerika ditutup untuk hari libur nasional.

    Pada sesi perdagangan Jumat, 30 Agustus 2024, lalu, baik Brent maupun WTI mengalami penurunan tajam, dengan Brent merosot 1,4 persen dan WTI jatuh lebih dalam, mencapai 3,1 persen.

    Kondisi pasar semakin tegang setelah ekspor minyak di sejumlah pelabuhan utama Libya dihentikan pada Senin, 2 September 2024. Produksi minyak di seluruh negeri juga mengalami pembatasan, seiring dengan kebuntuan politik yang terjadi antara faksi-faksi yang bersaing untuk menguasai bank sentral dan pendapatan minyak, seperti yang disampaikan oleh enam teknisi kepada Reuters. National Oil Corp (NOC) Libya bahkan telah mengumumkan force majeure pada ladang minyak El Feel sejak 2 September kemarin.

    “Gangguan produksi minyak di Libya saat ini mungkin memberi ruang bagi OPEC+ untuk menambah pasokan. Namun, fluktuasi semacam ini telah menjadi hal yang biasa dalam beberapa tahun terakhir, yang berarti penghentian produksi mungkin hanya berlangsung singkat; dengan laporan yang menunjukkan tanda-tanda dimulainya kembali produksi telah ada," ujar Bjarne Schieldrop, Kepala Analis Komoditas SEB.

    Arabian Gulf Oil Company, salah satu perusahaan minyak Libya, kembali melanjutkan produksi sekitar 120.000 barel per hari pada hari Minggu untuk memasok pembangkit listrik di pelabuhan Hariga.

    Sementara itu, Organisasi Negara Eksportir Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, diperkirakan akan melanjutkan rencana peningkatan output minyak mulai Oktober, menurut enam sumber dari kelompok produsen tersebut yang berbicara kepada Reuters. Delapan anggota OPEC+ dijadwalkan untuk meningkatkan produksi sebesar 180.000 barel per hari pada Oktober sebagai bagian dari rencana untuk mulai mengakhiri pemotongan pasokan terbaru mereka sebesar 2,2 juta barel per hari, sambil mempertahankan pemotongan lainnya hingga akhir 2025.

    Phil Flynn, analis dari Price Futures Group, menjelaskan, “Berita tentang peningkatan produksi membantu menekan harga minyak minggu lalu, tetapi skala aksi jual tersebut tampaknya terlalu berlebihan. Pasar bereaksi secara berlebihan terhadap peningkatan pasokan, dan sekarang tampaknya mereka menempatkan laporan tersebut dalam perspektif yang lebih tepat.”

    Meski begitu, baik Brent maupun WTI mencatat kerugian selama dua bulan berturut-turut akibat kekhawatiran akan permintaan dari Amerika dan China, yang melebihi dampak dari gangguan pasokan di Libya serta risiko terkait konflik di Timur Tengah.

    Pesimisme mengenai pertumbuhan permintaan dari China semakin meningkat setelah survei resmi pada hari Sabtu menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur di negara tersebut merosot ke level terendah dalam enam bulan pada Agustus. Hal ini disebabkan oleh penurunan harga di tingkat pabrik serta kesulitan para pelaku usaha dalam mendapatkan pesanan baru.

    Seperti diberitakan sebelumnya, harga minyak melemah pada Jumat, 30 Agustus 2024, tertekan oleh kekhawatiran investor terkait kemungkinan peningkatan pasokan dari OPEC+ mulai Oktober.

    Selain itu, harapan akan pemangkasan suku bunga yang signifikan oleh Amerika Serikat (AS) pada bulan depan juga semakin memudar setelah data ekonomi menunjukkan peningkatan yang kuat dalam belanja konsumen.

    Berdasarkan laporan dari Reuters, harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Oktober, yang berakhir pada Jumat, turun sebesar USD1,14 atau 1,43 persen, ditutup pada level USD78,8 per barel. Secara mingguan, Brent mengalami penurunan sebesar 0,3 persen dan mencatatkan penurunan bulanan sebesar 2,4 persen.

    Sementara itu, kontrak berjangka minyak West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup merosot USD2,36 atau 3,11 persen, berada di angka USD73,55 per barel, dengan penurunan mingguan 1,7 persen dan penurunan bulanan sebesar 3,6 persen pada Agustus.

    Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, berencana melanjutkan peningkatan produksi minyak mulai Oktober, meskipun terdapat gangguan pasokan dari Libya dan penurunan produksi yang dijanjikan oleh beberapa anggotanya untuk menyeimbangkan kelebihan pasokan. Informasi ini disampaikan oleh enam sumber dari kelompok produsen kepada Reuters.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79