KABARBURSA.COM - Surat utang yang diterbitkan oleh PT Barito Pacific Tbk (BRPT), yakni Obligasi Berkelanjutan I Tahap II Tahun 2020 Seri B dengan peringkat idA+ senilai Rp136,0 miliar dan Obligasi Berkelanjutan II Tahap II Tahun 2022 Seri A dengan peringkat idA+ senilai Rp185,6 miliar, akan mencapai jatuh tempo pada 1 April 2025.
BRPT berencana untuk melunasi kewajiban tersebut dengan memanfaatkan dana hasil penerbitan Obligasi Berkelanjutan III Tahap II Tahun 2023 yang bernilai Rp1 triliun. Di samping itu, BRPT juga mencatatkan posisi kas dan setara kas yang tercatat sebesar USD1,6 miliar per 30 September 2024. Seperti dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat 13 Desember 2024.
Didirikan pada 1979, BRPT merupakan perusahaan induk yang dimiliki oleh Prajogo Pangestu, dengan fokus pada dua sektor utama, yakni petrokimia dan energi terbarukan. Perusahaan ini memiliki kendali mayoritas atas PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) dan PT Barito Renewable Energy Tbk (BREN).
Hingga 30 September 2024, struktur pemegang saham BRPT terdiri dari Prajogo Pangestu (71,32 persen), PT Barito Pacific Lumber (0,69 persen), PT Tunggal Setia Pratama (0,34 persen ), dan pemegang saham lainnya (27,60 persen).
Kinerja Keuangan BRPT
Berdasarkan laporan kinerja kuartal kedua 2024, BRPT mencatat kenaikan net income mencapai Rp425 miliar, lebih tinggi dari perolehan Q2 2023 sebesar Rp107 miliar.
Tren pendapatan tahunan perusahaan (TTM) yang mencapai Rp41,008 triliun menunjukkan kemampuan BRPT untuk menjaga stabilitas operasional, meski secara year-over-year mengalami penurunan sebesar 15,48 persen.
Kinerja operasional tetap mendukung dengan gross profit margin sebesar 23,42 persen, meski net profit margin masih berada di kisaran rendah, yakni 4,63 persen.
Sementara untuk ROE BRPT pada TTM tercatat hanya 1,82 persen, jauh di bawah standar ideal sebesar 15 persen untuk mendukung pertumbuhan organik perusahaan tanpa utang berlebih. Ini memperlihatkan bahwa perusahaan masih menghadapi tantangan dalam memaksimalkan laba bersih terhadap ekuitas yang dimiliki.
Mendorong Pemulihan yang Menguntungkan
Sektor energi dan petrokimia yang kembali menggeliat mendorong PT Barito Pacific Tbk (PTBA) ambil langkah cepat untuk mengakuisisi sejumlah perusahaan di bidang sejenis dan tidak menutup kemungkinan untuk sektor lainnya.
Analis Komoditas Wahyu Triwibowo mengungkapkan bahwa saham BRPT, kode saham Barito Pacific, menguat usai anak usahanya PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) melakukan sejumlah ekspansi.
“Perusahaan ini (TPIA) telah mengakuisisi 80 persen saham Shell dan proses akusisi ditargetkan rampung pada akhir tahun ini. Akuisisi itu diharapkan akan meningkatkan pendapatan TPIA hingga enam kali lipat, mendorong pemulihan yang menguntungkan,” kata Wahyu kepada Kabar Bursa, Sabtu, 26 Oktober 2024.
Begitu juga dengan anak usaha TPIA, seperti halnya Chandra Daya Investasi juga melakukan spin-off yang diyakini membuka nilai serta meningkatkan valuasi TPIA dan BRPT.
“Ekspansi yang terus digalakkan BRPT melalui anak-anak usahanya membuat saham perusahaan milik Prajogo Pangestu ini banyak mendapat perhatian investor,” kata Wahyu.
Menurutnya, BRPT menunjukkan peningkatan harga lebih dari 600 persen sejak tahun 2000. Capaian ini, kata dia, mengungguli banyak perusahaan sejenis. Kendati demikian, pada reli pasar terbaru, BRPT hanya naik 2 persen, tertinggal 12 persen dari pesaingnya.
Menurutnya, sentiment positif BRPT didukung oleh katalis momentum yang signifikan, yakni masuknya salah satu anak perusahaan BRPT yaitu PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) ke Indeks FTSE Global Equity.
“Hal ini diharapkan meningkatkan permintaan saham BREN dan mendorong kenaikan harga saham. BREN akan fokus menambah kapasitas pembangkit listrik energi terbarukan pada sumber panas bumi (geothermal) dan tenaga angin,” ungkapnya.(*)