KABARBURSA.COM - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) tengah mengusulkan dua skema subsidi baru kepada pemerintah untuk mengatasi backlog kebutuhan rumah nasional yang saat ini mencapai 12,7 juta unit. Kedua skema subsidi tersebut adalah skema tiering suku bunga/margin dan skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dana abadi.
Sebagai informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menjelaskan bahwa backlog perumahan merujuk pada jumlah unit perumahan yang masih diperlukan untuk memenuhi kebutuhan perumahan yang belum terpenuhi dalam suatu kawasan atau wilayah tertentu. Backlog ini mencerminkan kekurangan jumlah rumah yang harus dipenuhi untuk menjawab kebutuhan hunian yang belum terlaksana.
Direktur Utama BBTN, Nixon LP Napitupulu, menjelaskan bahwa dalam skema tiering suku bunga, suku bunga akan dikelompokkan berdasarkan desil pendapatan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Skema ini akan menawarkan durasi subsidi yang lebih pendek dibandingkan dengan masa tenor kredit, sehingga memberikan fleksibilitas lebih besar dalam pemenuhan kebutuhan rumah.
Sementara itu, untuk skema FLPP dana abadi, pemerintah akan memerlukan mekanisme pembiayaan baru untuk mengurangi backlog perumahan dengan lebih cepat. Nixon menyebutkan bahwa skema ini dirancang untuk mengurangi ketergantungan pada anggaran pemerintah, dan saat ini masih dalam tahap diskusi rinci dengan para pemangku kepentingan.
“Sebagai bank yang fokus pada pemenuhan kebutuhan perumahan nasional melalui KPR dan pembiayaan, BTN optimistis dengan kapabilitas kami untuk mendukung program pemerintah yang akan memberikan dampak positif pada kesejahteraan masyarakat,” ujar Nixon dalam keterangannya, Selasa, 27 Agustus 2024.
Pada pertengahan tahun 2024, BBTN berhasil mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 14,4 persen year-on-year (YoY) menjadi Rp352,06 triliun, didorong oleh penyaluran kredit perumahan dan kredit bermargin tinggi. Pertumbuhan kredit ini diimbangi dengan kemampuan perseroan dalam menghimpun dana pihak ketiga (DPK), yang mencapai Rp365,3 triliun pada Juni 2024, tumbuh sebesar 16,6 persen YoY dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Lebih dari separuh DPK BTN merupakan dana murah (Current Account Savings Account/CASA) berupa tabungan dan giro.
“Pertumbuhan kredit dan pembiayaan BTN tercatat berada di atas rata-rata industri, didominasi oleh penyaluran KPR dan pembiayaan skema subsidi. Kami juga terus mencatatkan pertumbuhan DPK yang pesat memasuki paruh kedua tahun ini, dengan peningkatan yang konsisten di sisi simpanan ritel,” jelas Nixon.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.