Logo
>

Bursa Asia Dibuka Variatif: ASX 200 Terjerembab, Kospi Tembus Level Psikologis

Bursa Asia dibuka bervariasi di tengah sikap hati-hati investor, dengan ASX melemah, Kospi dan Nikkei menguat tipis, sementara IHSG diperkirakan bergerak variatif didukung net buy asing.

Ditulis oleh Yunila Wati
Bursa Asia Dibuka Variatif: ASX 200 Terjerembab, Kospi Tembus Level Psikologis
Ilustrasi aktifitasi bursa Asia membuka perdagangan hari ini dengan ceria. Foto: AI untuk KabarBursa.

KABARBURSA.COM – Bursa saham Asia dibuka bervariasi pada perdagangan Kamis pagi, 13 November 2025. Gerak bursa cenderung mengendur setelah sempat dibuka menguat mengikuti sentimen positif dari Wall Street. 

Optimisme awal yang muncul akibat ekspektasi berakhirnya penutupan pemerintahan Amerika Serikat mulai teredam oleh sikap hati-hati investor terhadap arah kebijakan global serta potensi koreksi teknikal di beberapa pasar utama kawasan.

Di Australia, indeks ASX 200 yang semula dibuka stabil justru berbalik melemah 0,25 persen di awal sesi dan berlanjut turun lebih dalam 0,75 persen atau 66,40 poin ke posisi 8.733,10 pada pukul 8:15 WIB. 

Tekanan di sektor komoditas dan energi menjadi faktor utama pelemahan ini, menyusul turunnya harga minyak mentah dunia lebih dari USD2 per barel akibat proyeksi keseimbangan pasokan OPEC yang meredam euforia reli sebelumnya. 

Investor di Sydney tampak mengambil posisi defensif menjelang rilis data inflasi domestik yang diperkirakan masih berada di atas target Reserve Bank of Australia (RBA), yang menahan ruang penguatan lebih lanjut bagi indeks.

Saham Teknologi dan Otomotif Penopang Indeks

Dari Korea Selatan, pasar tampak lebih bergairah. Indeks Kospi dibuka naik 1,07 persen dan sempat menembus level psikologis 4.150 sebelum stabil dengan penguatan tipis 0,04 persen ke 4.152,02. Kinerja saham teknologi dan otomotif menopang indeks setelah investor merespons data ekspor yang mulai pulih. 

Sementara itu, indeks Kosdaq melonjak 2,52 persen, dipicu lonjakan saham-saham teknologi menengah dan semiconductor yang mendapatkan sentimen positif dari kenaikan harga chip memori global. Namun, penguatan tersebut masih dibayangi risiko aksi ambil untung (profit taking) setelah reli tajam dalam sepekan terakhir.

Dari Tokyo, indeks Nikkei 225 sempat dibuka menguat 0,23 persen dan naik tipis 0,05 persen ke 51.083,47, sementara Topix menambah 0,62 persen dan mencetak rekor tertinggi baru. Kinerja positif ini sebagian besar ditopang oleh saham-saham finansial dan sektor mesin berat yang memperoleh manfaat dari pelemahan yen. 

Mata uang Jepang yang kembali menyentuh posisi terendah dalam sembilan bulan terakhir terhadap dolar AS, menjadi katalis penting bagi eksportir. Namun, kondisi ini juga menimbulkan kekhawatiran baru di sisi domestic, karena bisa menekan daya beli konsumen. 

Sejauh ini, pasar Jepang bergerak di antara euforia rekor dan kecemasan akan tekanan inflasi impor yang meningkat.

IHSG Diprediksi Bergerak Variatif Didukung Net Buy Asing

Di Indonesia, sentimen pasar tampak lebih stabil. Setelah menutup perdagangan kemarin dengan penguatan tipis 0,26 persen ke level 8.388, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan bergerak variatif dengan kecenderungan menguat terbatas menuju area 8.450. 

Dukungan datang dari aliran dana asing yang masih mencatat net buy, yang menandakan kepercayaan investor global terhadap prospek ekonomi domestik tetap terjaga di tengah gejolak eksternal. 

Meski demikian, ruang kenaikan IHSG masih dibatasi potensi aksi ambil untung setelah kenaikan beruntun sejak awal pekan.

Harga ETF saham Indonesia di bursa New York, iShares MSCI Indonesia ETF (EIDO), juga mencatat penurunan tipis 0,03 persen ke USD18,44. Hal ini memperkuat indikasi bahwa investor global masih berhati-hati dalam menambah eksposur terhadap aset berisiko dari pasar berkembang. 

Secara teknikal, IHSG dinilai masih berisiko mengalami koreksi pendek mendekati area 8.350 sebelum melanjutkan tren kenaikan, sejalan dengan pola konsolidasi di sebagian besar bursa Asia.

Secara keseluruhan, pembukaan bursa Asia pagi ini mencerminkan kondisi pasar yang sedang berada dalam fase penyesuaian setelah euforia pasca-rebound Wall Street. Sementara sentimen global masih didukung optimisme terhadap pembukaan kembali pemerintahan AS, investor di kawasan tampaknya memilih sikap menunggu. 

Tekanan inflasi yang belum sepenuhnya reda, ketidakpastian arah suku bunga, dan fluktuasi nilai tukar menjadi faktor penahan utama bagi laju penguatan.

Dalam konteks makro, pasar Asia sedang mencari pijakan baru di tengah pergeseran fokus global dari risiko politik menuju dinamika fundamental ekonomi. Dengan latar belakang yang serba hati-hati ini, pergerakan indeks di kawasan kemungkinan tetap terbatas, dan penguatan yang terjadi sejauh ini lebih mencerminkan reaksi teknikal ketimbang optimisme yang berkelanjutan.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79