Logo
>

Bursa Asia Terseret Kepastian Dagang dan Inflasi AS

Bursa Jepang mencatat pelemahan signifikan; Nikkei 225 terkoreksi 0,65 persen ke 38.173 dan Topix melemah 0,21 persen ke 2.782.

Ditulis oleh Yunila Wati
Bursa Asia Terseret Kepastian Dagang dan Inflasi AS
Ilustrasi suasana di bursa saham Asia. (Foto: Adobe Stock)

KABARBURSA.COM — Pasar saham Asia ditutup melemah pada perdagangan Kamis, 12 Juni 2025. Tekanan yang terjadi sejalan dengan lesunya sentimen global, menyusul data inflasi Amerika Serikat yang lebih rendah dari perkiraan dan dinamika negosiasi perdagangan antara AS dan Tiongkok yang belum sepenuhnya memberi kejelasan arah.

Di tengah ketidakpastian itu, ketegangan geopolitik di Timur Tengah serta sinyal ancaman tarif baru dari pemerintahan AS turut memperburuk suasana pasar. Kombinasi faktor ini membuat investor cenderung menarik diri dari aset berisiko, menahan langkah dan menunggu kepastian yang lebih konkret.

Fokus pasar minggu ini tertuju pada kelanjutan dialog dagang antara Washington dan Beijing. Kedua negara dilaporkan telah mencapai kesepakatan awal dalam bentuk kerangka kerja yang mencakup penghapusan pembatasan ekspor mineral tanah jarang oleh China, serta komitmen AS membuka kembali akses pendidikan tinggi bagi mahasiswa Tiongkok. 

Presiden AS Donald Trump menggambarkan kesepakatan ini sebagai “luar biasa” dan menyatakan kepuasannya atas hasil negosiasi.

Namun, pasar belum sepenuhnya percaya diri. Pernyataan Trump yang menyebut akan mengirimkan surat kepada puluhan negara dalam satu hingga dua pekan ke depan, berisi ketentuan dagang yang harus mereka terima atau tolak, justru menambah ketegangan baru. 

Langkah ini dianggap sebagai manuver yang bisa membuka peluang gesekan dagang lebih luas.

Kepala strategi investasi di Saxobank Charu Chanana, menilai pasar tidak bisa begitu saja mengabaikan ancaman tarif yang kembali dilontarkan Trump. Menurutnya, meski mungkin sekadar taktik negosiasi, jurang antara optimisme pasar dan risiko nyata sudah terlampau lebar.

Indeks CPI Perkuat Harapan Pelonggaran the Fed

Di sisi lain, data ekonomi Amerika yang baru saja dirilis menjadi sorotan tersendiri. Indeks harga konsumen (CPI) untuk Mei hanya naik 0,1 persen, lebih rendah dari estimasi 0,2 persen. CPI inti yang tidak memasukkan komponen pangan dan energi juga naik di bawah ekspektasi. 

Hasil ini memperkuat harapan bahwa The Fed akan lebih longgar dalam kebijakan suku bunganya, meski belum cukup kuat untuk sepenuhnya memulihkan selera risiko global.

Di kawasan Asia, tekanan terlihat merata. Indeks MSCI Asia ex-Japan turun 0,2 persen, koreksi pertama sejak menyentuh level tertingginya dalam tiga tahun terakhir pada hari sebelumnya. 

Bursa Jepang mencatat pelemahan signifikan; Nikkei 225 terkoreksi 0,65 persen ke 38.173 dan Topix melemah 0,21 persen ke 2.782.

Sementara itu, pasar China bergerak relatif datar. Shanghai Composite hanya menguat tipis 0,01 persen, Shenzhen Component turun 0,11 persen, dan indeks CSI300 terkoreksi 0,06 persen. Hang Seng di Hong Kong terpukul lebih dalam, ditutup turun 1,36 persen ke 24.035.

Pasar saham Korea Selatan justru mencatat penguatan dengan Kospi naik 0,45 persen ke 2.920. Namun di Taiwan, Taiex melemah 0,81 persen ke 22.287, sementara ASX200 di Australia juga ditutup lebih rendah 0,31 persen ke 8.565.

Di pasar mata uang Asia, pergerakan juga tercatat bervariasi. Yen Jepang menguat 0,48 persen ke level 143,87 per dolar AS, mencerminkan peningkatan permintaan terhadap aset safe haven. Dolar Singapura naik 0,23 persen ke 1,2818, sementara dolar Australia justru melemah 0,20 persen ke 0,6488.

Rupiah Indonesia mencatat penguatan tipis 0,11 persen ke 6.242 per dolar AS, sedangkan yuan China bergerak menguat ke 7,1828. Ringgit Malaysia dan baht Thailand juga mencatat penguatan masing-masing 0,17 persen dan 0,27 persen. Di sisi lain, rupee India sedikit tertekan, melemah 0,15 persen ke 85,6450.

Dengan banyaknya ketidakpastian yang masih menggantung, mulai dari arah suku bunga The Fed, konsistensi kesepakatan perdagangan AS–China, hingga situasi geopolitik di Timur Tengah, pasar Asia tampaknya masih akan bergerak hati-hati. 

Investor cenderung bertahan di zona aman sambil menunggu kejelasan arah kebijakan dari Washington dan Beijing yang bisa memicu arus modal lebih dinamis dalam beberapa pekan ke depan.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79