KABARBURSA.COM - Pasar saham Eropa ditutup melemah pada Jumat, 26 September 2025, dipicu aksi jual di sektor kesehatan menyusul penyelidikan impor baru dari Amerika Serikat.
Sentimen investor juga dibayangi komentar pejabat Federal Reserve dan rilis data ekonomi yang menambah ketidakpastian arah kebijakan suku bunga global.
Indeks acuan pan-Eropa STOXX 600 melemah 0,66 persen atau 3,66 poin ke level 550,22, setelah sempat menyentuh titik terendah dalam tiga pekan terakhir.
Tekanan ini sejalan dengan pelemahan di sebagian besar bursa utama kawasan. Indeks DAX Jerman turun 0,56 persen menjadi 23.534,83, FTSE 100 Inggris terkoreksi 0,39 persen ke 9.213,98. Sedangkan CAC Prancis kehilangan 0,41 persen ke posisi 7.795,42.
Sektor kesehatan menjadi titik lemah utama dengan penurunan tajam 1,9 persen. Koreksi dipimpin oleh Siemens Healthineers yang anjlok 3,4 persen setelah Departemen Perdagangan AS mengumumkan investigasi keamanan nasional terhadap impor peralatan medis, robotika, hingga mesin industri.
Aksi jual juga menekan Coloplast dari Denmark dan Philips dari Belanda yang masing-masing kehilangan lebih dari 3 persen. Dampak sentimen negatif ini meluas, menyeret sektor konstruksi dan material turun 1,5 persen serta barang industri dan jasa terkoreksi 0,8 persen.
Meski mayoritas sektor tertekan, beberapa saham masih menunjukkan ketahanan. H&M mencatat lonjakan harga saham 9,8 persen setelah melaporkan laba kuartal ketiga jauh melampaui ekspektasi analis, menjadikannya penggerak positif di sektor ritel mode.
Saham pertambangan Eropa juga menguat 0,6% didorong lonjakan harga tembaga di Shanghai yang menyentuh level tertinggi enam bulan, memberikan dukungan pada perusahaan berbasis komoditas.
Jika dibandingkan secara tahunan, STOXX 600 masih menorehkan kenaikan sekitar 9 persen, meski tertinggal dari reli S&P 500 di Amerika Serikat yang telah menguat hampir 13 persen berkat euforia saham berbasis kecerdasan buatan (AI).
Reli Eropa dinilai lebih rapuh karena masih sangat bergantung pada sentimen kebijakan moneter dan perkembangan geopolitik.
Dari sisi kebijakan, pasar mencerna perbedaan arah bank sentral global. Federal Reserve baru saja memangkas suku bunga untuk pertama kalinya sejak Desember lalu, tetapi Bank Sentral Eropa (ECB) dan Swiss National Bank (SNB) memilih mempertahankan suku bunga.
SNB bahkan memperingatkan risiko ekonomi lebih suram akibat tarif impor AS yang diproyeksikan membebani Swiss hingga 2026. Sementara itu, Presiden The Fed Chicago Austan Goolsbee menekankan perlunya kehati-hatian dalam menurunkan suku bunga lebih lanjut, mengingat risiko inflasi yang masih tinggi.
Ekspektasi pemangkasan suku bunga 25 basis poin pada pertemuan Oktober kini menyusut setelah data klaim pengangguran AS menunjukkan penurunan lebih kecil dari perkiraan, turun 14.000 menjadi 218.000 dibanding proyeksi 235.000.
Investor kini menanti rilis Indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) sebagai ukuran inflasi favorit The Fed, yang dijadwalkan keluar hari ini. Data ini diperkirakan menjadi kunci arah kebijakan moneter berikutnya, baik di AS maupun dalam implikasinya bagi Eropa.
Di luar sektor utama, gejolak juga terjadi di saham fesyen mewah Italia, Brunello Cucinelli, yang anjlok 17,2 persen setelah perusahaan riset Morpheus Research mengumumkan posisi jual terhadap emiten tersebut. Koreksi tajam ini menambah tekanan pada pasar yang sudah rapuh oleh faktor eksternal.
Kinerja bursa Eropa hari ini mencerminkan meningkatnya sensitivitas investor terhadap kombinasi faktor eksternal: kebijakan dagang AS, arah suku bunga The Fed, dan ketahanan ekonomi Eropa di tengah perbedaan sikap bank sentral.
Meski sektor ritel dan pertambangan memberikan sedikit penopang, tekanan dari sektor kesehatan menjadi katalis negatif yang mendorong STOXX 600 ke level terendah dalam tiga pekan.
Dalam jangka pendek, volatilitas diperkirakan tetap tinggi hingga rilis data PCE AS, dengan peluang rebound baru akan terbuka jika sentimen global kembali kondusif.(*)