Pada Selasa, 27 Agustus 2024, mayoritas pasar saham Asia Pasifik mengalami penurunan, meskipun Dow Jones Industrial Average di Wall Street mencetak rekor tertinggi baru. Fokus utama pasar berada pada China, terutama menjelang rilis data laba industri negara tersebut.
Indeks saham unggulan Dow Jones ditutup naik 65,44 poin atau 0,16 persen pada level 41.240,52. Para trader di Asia juga memperhatikan laba industri China dari awal tahun hingga Juli 2024.
Sementara itu, harga minyak mentah terus mengalami kenaikan setelah ketegangan antara Israel dan Hizbullah yang meningkat selama akhir pekan sebelumnya. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat (AS) naik 3,5 persen hingga ditutup pada level USD77,42 per barel, sementara minyak mentah Brent naik 3,05 persen ke USD81,43 per barel, mencapai level tertinggi dalam sekitar dua minggu. Namun, pada hari kemarin harga minyak mengalami sedikit penurunan, dengan WTI diperdagangkan pada USD77,16 dan Brent pada USD81,23.
Indeks saham di Asia Pasifik juga menunjukkan pergerakan yang beragam. Nikkei 225 Jepang turun 0,35 persen, sementara indeks Topix tetap datar. Kospi Korea Selatan turun 0,42 persen, dan Kosdaq yang berkapitalisasi kecil mengalami penurunan lebih besar sebesar 1,14 persen. Di sisi lain, S&P/ASX 200 Australia naik 0,13 persen, menjadi satu-satunya indeks utama di Asia Pasifik yang mencatatkan kenaikan dan hampir mencapai level penutupan tertinggi sepanjang masa di 8.114,7, yang dicapai pada 1 Agustus 2024.
Di Hong Kong, indeks berjangka Hang Seng (HSI) berada di level 17.694, lebih rendah dari penutupan terakhir HSI di 17.798,73. Meskipun Dow Jones mengalami kenaikan, indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite di AS justru mengalami penurunan, masing-masing turun 0,32 persen dan 0,85 persen.
Dolar Australia Melemah
Pada perdagangan forex Eropa pada Senin, 26 Agustus 2024, posisi pair AUD/USD mengalami penurunan dari posisi tertinggi delapan bulan yang dicapai pekan lalu. Secara teknikal, pair ini dibuka di bawah posisi penutupan akhir pekan lalu dan menunjukkan pergerakan fluktuatif hingga akhirnya turun menuju posisi pivot hariannya di level 0,6763.
Dolar Australia terkoreksi di tengah ketidakpastian menjelang rilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) bulanan untuk Juli, yang akan dipublikasikan pada Rabu, 28 Agustus 2024. Diperkirakan bahwa inflasi tahunan akan melambat menjadi 3,4 persen dari 3,8 persen pada bulan Juni, yang meningkatkan ekspektasi bahwa Bank Sentral Australia (RBA) dapat mempertimbangkan pemotongan suku bunga pada tahun ini. Namun, risalah terbaru RBA mengindikasikan bahwa RBA mungkin tidak akan memangkas Suku Bunga Tunai Resmi (OCR) dalam waktu dekat karena mereka tetap waspada terhadap risiko kenaikan inflasi.
Secara teknikal, menurut analisis dari Vibiz Research Center, pair AUD/USD berpotensi mengalami koreksi moderat pada skala H4. Saat ini, pair berada di level 0,6767 dan cenderung bergerak menuju pivot di 0,6763. Jika berhasil menembus level tersebut, pair berpotensi meluncur lebih rendah menuju support kuat di 0,6727. Namun, jika terjadi pembalikan arah, pair ini bisa mendaki menuju level 0,6796, dan jika berhasil menembusnya, maka kemungkinan akan berlanjut ke resisten kuat di 0,6828.
Sentimen pasar hingga sesi New York akan difokuskan pada data Pesanan Barang Tahan Lama AS untuk Juli, yang merupakan ukuran utama inflasi inti konsumen. Data ini diperkirakan akan menunjukkan kenaikan sebesar 4 persen setelah mengalami penurunan signifikan pada Juni. Perkembangan data ini akan menjadi perhatian utama bagi para trader dalam menentukan arah pergerakan pair AUD/USD.(*)