Logo
>

Dampak Tarif Impor Trump: Penurunan Pertumbuhan dan Inflasi di Eropa

Ditulis oleh Pramirvan Datu
Dampak Tarif Impor Trump: Penurunan Pertumbuhan dan Inflasi di Eropa

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Tarif impor yang kemungkinan diterapkan oleh pemerintahan Presiden terpilih AS, Donald Trump, diperkirakan akan menekan pertumbuhan ekonomi serta inflasi di 20 negara yang menggunakan mata uang euro. Pernyataan ini disampaikan oleh Piero Cipollone, anggota Dewan Bank Sentral Eropa (ECB).

    Dilansir dari Reuters pada Rabu, 4 Desember 2024, mayoritas ekonom sepakat bahwa kebijakan tarif ini berpotensi mengganggu pertumbuhan ekonomi, meskipun terdapat perbedaan pandangan mengenai pengaruhnya terhadap harga konsumen.

    Beberapa pihak berpendapat bahwa hambatan perdagangan yang ditetapkan AS akan memperkuat nilai dolar, sehingga impor barang-barang penting menjadi lebih mahal. Di sisi lain, ancaman pembalasan dari Eropa diperkirakan akan turut mendorong kenaikan biaya. Cipollone, dalam sebuah wawancara yang direkam di sebuah konferensi keuangan, menyampaikan sudut pandang yang berbeda.

    "Saya rasa kita akan menyaksikan penurunan pertumbuhan ekonomi, namun bersamaan dengan itu, inflasi juga akan menurun," ujar Cipollone.

    Pernyataan ini semakin relevan mengingat beberapa anggota Dewan Pengurus ECB yang lebih dovish mengungkapkan kekhawatiran bahwa bank sentral berisiko gagal mencapai target inflasi 2 persen dan dengan demikian harus memangkas suku bunga lebih cepat.

    Cipollone menambahkan bahwa tarif yang diberlakukan oleh AS akan memperlambat ekonomi, yang mengarah pada penurunan konsumsi dan mengurangi tekanan inflasi. Selain itu, produsen China yang sebelumnya mengekspor ke AS kemungkinan akan mencari pasar baru, menjual produk mereka di Eropa dengan harga yang lebih terjangkau.

    Meski impor minyak berpotensi menjadi lebih mahal akibat dolar yang menguat, kebijakan Trump yang mendukung produksi energi domestik AS bisa meningkatkan pasokan, terutama saat pertumbuhan ekonomi secara umum melambat. Dampak-dampak ini, menurut Cipollone, kemungkinan akan lebih dari sekadar menyeimbangkan dampak tarif terhadap inflasi harga.

    Risiko Inflasi Menghantui

    Anggota Dewan Gubernur Bank Sentral Eropa (ECB), Robert Holzmann, menegaskan bahwa kebijakan moneter ECB harus tetap ketat mengingat adanya risiko inflasi yang masih menghantui.

    “Dengan lonjakan upah di sejumlah wilayah yang terus menunjukkan kekuatan berlebihan dan ketegangan geopolitik yang mengancam stabilitas harga, kemungkinan kembalinya inflasi ke target 2 persen masih belum dapat dipastikan, ujar pejabat asal Austria tersebut.

    Lebih lanjut, Holzmann menyampaikan bahwa meskipun pemotongan suku bunga pada Desember menjadi skenario yang paling mungkin, hal tersebut belum sepenuhnya dapat dipastikan.

    “Tidak ada jaminan bahwa inflasi akan stabil di angka 2 persen dalam jangka panjang. Selama potensi risiko tersebut masih ada, kita harus tetap waspada. Menurunkan kewaspadaan atau mencabut komitmen untuk mempertahankan kebijakan ketat saat ini adalah langkah yang prematur,” jelasnya, seperti yang dikutip dari The Business Times pada Jumat, 22 November 2024.

    Pernyataan tersebut menggarisbawahi pentingnya kebijakan moneter yang ketat, yang tercermin dalam dokumen resmi ECB setelah pertemuan mengenai suku bunga. Pernyataan ini akan menjadi sorotan utama menjelang keputusan ECB untuk memangkas suku bunga seperempat poin pada 12 Desember mendatang.

    Sementara itu, pejabat dengan pandangan dovish, seperti Fabio Panetta dari Italia, mengungkapkan keprihatinan mengenai inflasi yang mungkin turun di bawah 2 persen dan menyerukan langkah-langkah lebih agresif untuk mendukung ekonomi kawasan yang tengah tertekan. Sebaliknya, pejabat yang lebih agresif, seperti Holzmann, terus mengingatkan akan pentingnya kehati-hatian dalam menghadapi situasi yang ada.

    “Peringatan kami tentang risiko inflasi yang melebihi target tidaklah berlebihan. Tekanan harga di sektor layanan masih cukup tinggi, beberapa perjanjian upah terbaru belum sejalan dengan sasaran kami, dan ketegangan geopolitik semakin menambah risiko,” tutupnya.

    Pelonggaran Moneter Global

    Bank Sentral Eropa (ECB) kemungkinan mendorong pelonggaran moneter global pada minggu mendatang dengan pemangkasan suku bunga yang hampir ditolak oleh para pembuat kebijakan hanya sebulan yang lalu.

    Penurunan seperempat poin ketiga dalam siklus ini dipandang oleh para ekonom sebagai pertanda percepatan tindakan yang lebih lama oleh para pejabat yang berupaya melindungi zona euro dari pukulan terhadap pertumbuhan yang disebabkan oleh periode biaya pinjaman tinggi yang panjang, dan sekarang berjalan dengan lambat.

    Presiden ECB Christine Lagarde, pada konferensi pers yang akan diselenggarakannya setelah pertemuan Kamis, 17 Oktober, nanti di dekat Ibu Kota Slovenia, Ljubljana, mungkin akan ditanyai tentang langkah selanjutnya untuk pemangkasan lebih lanjut dan tentang apa yang berubah secara material dari pertemuan September.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.