KABARBURSA.COM - Bursa saham Wall Street berakhir sedikit lebih rendah pada perdagangan Kamis waktu setempat, setelah berfluktuasi antara zona hijau dan merah. Investor terus mencermati berbagai data ekonomi terbaru Amerika Serikat serta pernyataan kebijakan Federal Reserve di tengah kekhawatiran terhadap kebijakan tarif pemerintahan Presiden Donald Trump.
Indeks utama Wall Street menunjukkan pelemahan tipis. Dow Jones Industrial Average turun 11,31 poin atau 0,03 persen ke level 41.953,32, sementara S&P 500 terkoreksi 12,40 poin atau 0,22 persen menjadi 5.662,89. Di sisi lain, Nasdaq Composite mencatat penurunan lebih dalam, melemah 59,16 poin atau 0,33 persen ke posisi 17.691,63.
Pelemahan ini terjadi setelah beberapa pekan terakhir pasar mengalami tekanan jual, didorong oleh indikasi pelemahan sentimen konsumen serta perlambatan ekonomi. Kebijakan tarif perdagangan timbal balik yang diterapkan oleh pemerintahan Trump turut memperburuk kekhawatiran investor.
Namun, dalam empat sesi perdagangan sebelumnya, indeks acuan S&P 500 sempat mengalami penguatan lebih dari 1 persen pada penutupan Rabu. Hal ini terjadi setelah Federal Reserve mempertahankan suku bunga acuan di level saat ini, sejalan dengan ekspektasi pasar.
The Fed juga mengindikasikan kemungkinan dua kali pemangkasan suku bunga sebesar 0,25 persen pada akhir tahun ini, konsisten dengan proyeksi mereka tiga bulan sebelumnya.
Fluktuasi Pasar dan Respons Investor
Pasar masih berada dalam kondisi volatilitas tinggi. Stephen Massocca Vice President Wedbush Securities, menyebutkan bahwa investor saat ini sangat fokus pada berita ekonomi dan kebijakan.
"Beritanya sangat volatile. Banyak hal akan bergantung pada perkembangan dalam beberapa pekan ke depan," ujarnya.
Salah satu data yang menjadi perhatian adalah laporan Conference Board, yang menunjukkan bahwa indeks aktivitas ekonomi masa depan turun 0,3 persen pada Februari, melanjutkan penurunan 0,2 persen di bulan sebelumnya. Sementara itu, klaim pengangguran awal mingguan tercatat mengalami kenaikan tipis, memperkuat indikasi bahwa perekonomian AS mulai menunjukkan tanda-tanda perlambatan.
Investor saat ini memperkirakan pemangkasan suku bunga oleh The Fed sebesar 63 basis poin tahun ini. Bahkan, menurut data LSEG, terdapat peluang 71 persen bahwa bank sentral AS akan memangkas suku bunga setidaknya 25 basis poin pada pertemuan bulan Juni mendatang.
Kinerja Sektor dan Saham Individu
Tekanan jual terbesar terjadi pada saham-saham teknologi, yang menjadi sektor dengan kinerja terburuk di antara 11 sektor utama S&P 500. Sebaliknya, sektor energi mengalami penguatan karena harga minyak mentah dunia naik hampir 2 persen, setelah AS memberlakukan sanksi baru terhadap Iran.
Sementara itu, ekspektasi laba perusahaan juga mengalami tekanan akibat ketidakpastian kebijakan tarif. Meski demikian, beberapa emiten masih mencatat kinerja positif. Saham Darden Restaurants, pemilik jaringan restoran Olive Garden, melonjak 5,77 persen setelah perusahaan menyampaikan prospek optimistis mengenai dampak tarif terhadap bisnisnya.
Sebaliknya, Accenture mencatat penurunan tajam 7,26 persen, yang merupakan pelemahan harian terbesar dalam setahun terakhir. Perusahaan konsultan tersebut mengungkapkan bahwa kebijakan pemerintahan Trump dalam memangkas belanja federal telah menyebabkan penundaan hingga pembatalan sejumlah kontrak baru.
Secara keseluruhan, jumlah saham yang mengalami penurunan di NYSE lebih banyak dibanding yang menguat dengan rasio 1,38 banding 1. Sementara di Nasdaq, rasio saham yang turun berbanding naik mencapai 1,72 banding 1.
Dari sisi teknikal, indeks S&P 500 mencatat 12 rekor tertinggi baru dalam 52 minggu terakhir, sedangkan Nasdaq Composite mencetak 31 rekor tertinggi baru tetapi juga mengalami 102 level terendah baru. Volume perdagangan di bursa Wall Street tercatat sebesar 13,06 miliar saham, lebih rendah dibandingkan rata-rata 16,28 miliar saham per sesi selama 20 hari terakhir.
Prospek Pasar ke Depan
Pasar masih akan menghadapi tantangan dalam beberapa pekan ke depan, terutama terkait dengan kebijakan tarif, pergerakan suku bunga The Fed, serta ketidakpastian makroekonomi global. Beberapa analis memperkirakan volatilitas akan tetap tinggi, dengan investor terus mengamati perkembangan dari Washington, termasuk kebijakan fiskal pemerintahan Trump dan sikap The Fed dalam menghadapi tekanan inflasi serta perlambatan ekonomi.
Meskipun ada beberapa indikator yang menunjukkan perlambatan, optimisme pasar masih bertumpu pada potensi pemangkasan suku bunga The Fed serta ekspektasi bahwa sektor energi dan konsumsi akan tetap menjadi pendorong utama dalam mempertahankan momentum pertumbuhan pasar saham.
Sehari sebelumnya, Dow Jones Industrial Average mencatat kenaikan 383,32 poin atau 0,92 persen ke level 41.964,63, sementara S&P 500 melonjak 1,08 persen ke 5.675,29. Nasdaq Composite, yang banyak berisi saham teknologi, melambung lebih tinggi dengan kenaikan 1,41 persen ke 17.750,79.
Penguatan ini terjadi setelah serangkaian tekanan jual dalam beberapa pekan terakhir akibat kekhawatiran perlambatan ekonomi dan sentimen konsumen yang mulai melemah.
Sektor saham consumer discretionary menjadi yang paling menonjol dalam kenaikan ini, dengan lonjakan hampir 2.persen di S&P 500. Saham Boeing juga mencatat lonjakan signifikan sebesar 6,84 persen setelah pabrikan pesawat itu menyatakan bahwa dampak dari tarif baru yang diberlakukan pemerintah AS terhadap industrinya masih terbatas.(*)
Data Ekonomi AS Menyulut Wall Street Melemah Tipis
Pasar masih berada dalam kondisi volatilitas tinggi. Stephen Massocca Vice President Wedbush Securities, menyebutkan bahwa investor saat ini sangat fokus pada berita ekonomi dan kebijakan.
