Logo
>

Deflasi Dekati Rekor, Ekonom Sarankan Penurunan BI Rate Segera

Ditulis oleh Yunila Wati
Deflasi Dekati Rekor, Ekonom Sarankan Penurunan BI Rate Segera

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis data deflasi Indonesia untuk Agustus, yang menunjukkan adanya deflasi sebesar 0,03 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Ini menandai deflasi keempat berturut-turut dalam beberapa bulan terakhir.

    Menurut Deputi Kepala BPS Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Pudji Ismartini, laju inflasi pada Agustus 2024 berada di 2,21 persen jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy). Deflasi yang terjadi pada bulan Agustus ini didorong oleh beberapa faktor.

    "Penyesuaian harga BBM oleh Pertamina, melimpahnya pasokan bawang merah, dan penurunan harga ayam ternak hidup menjadi penyebab utama deflasi bulan ini," jelas Pudji dalam laporannya pada Senin, 2 September 2024.

    Sementara itu, meski terjadi deflasi bulanan, laju inflasi tahunan tetap berada pada kisaran yang wajar, mencerminkan kondisi ekonomi yang masih stabil di tengah perubahan harga barang dan bahan pangan.

    Tekanan harga yang menurun mungkin akan mendorong Bank Indonesia (BI) untuk melakukan pemangkasan bunga acuan pada Rapat Dewan Gubernur yang dijadwalkan pada 18 September mendatang. Langkah ini bisa jadi mendahului keputusan serupa dari bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed).

    Pada Agustus 2024, Indonesia mencatat deflasi keempat bulan berturut-turut, mendekati rekor terpanjang deflasi yang terjadi pada masa krisis moneter 1999, ketika deflasi berlangsung selama tujuh bulan berturut-turut.

    Pertemuan BI untuk memutuskan suku bunga acuan akan berlangsung kurang dari 24 jam sebelum Federal Reserve menggelar pertemuan FOMC yang diprediksi akan menghasilkan keputusan penting mengenai penurunan suku bunga.

    Menurut Tamara M Henderson dari BloombergEconomics, data inflasi Agustus menunjukkan angka yang lebih stabil, mengindikasikan prospek inflasi yang lebih rendah ke depan. Ini memberikan ruang yang lebih besar bagi BI untuk memulai penurunan bunga acuan, berpotensi mendahului pengumuman The Fed.

    "Inflasi inti dan inflasi IHK Indonesia yang menunjukkan stabilitas pada Agustus, ditambah dengan prospek inflasi yang lebih lemah, serta kemungkinan pemangkasan bunga oleh The Fed, membuka peluang bagi BI untuk mengurangi bunga acuan pada bulan ini," ujar Tamara dalam laporan pasca-rilis inflasi oleh BPS.

    Meski BI telah berulang kali memberikan sinyal bahwa mereka akan menunggu keputusan The Fed, data inflasi yang semakin stabil bisa mengubah pertimbangan mereka. Peluang bagi The Fed untuk melakukan pivot pada September semakin besar, terutama setelah pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell di Jackson Hole. Saat ini, pasar swap memproyeksikan probabilitas penurunan bunga The Fed sebesar 70 persen.

    Dengan jarak waktu pengumuman keputusan bunga antara The Fed dan BI yang sangat dekat, para ekonom memperkirakan BI kemungkinan besar akan mendahului dengan memangkas suku bunga sebesar 25 bps, menjadi 6,25 persen.

    BI Tetap Hati-hati

    Penguatan kembali dolar AS belakangan ini mungkin membuat Bank Indonesia (BI) memilih untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan. Menurut analisis dari Mega Capital Sekuritas, lonjakan indeks dolar AS yang saat ini sedang menguat bisa menambah risiko bagi rupiah jika BI memutuskan untuk memangkas suku bunga sebelum Federal Reserve (The Fed) mengumumkan keputusan mereka.

    Rupiah, yang baru saja mencatatkan kinerja bulanan terbaik pada Agustus lalu, berpotensi melemah jika BI terlalu cepat melakukan penyesuaian suku bunga. Pasar masih menunggu rilis data ketenagakerjaan pekan ini, yang akan menjadi informasi penting sebelum FOMC diadakan pada 18 September waktu Amerika.

    "Prediksi kami menunjukkan bahwa inflasi akan tetap rendah dan stabil hingga akhir 2024. Dalam situasi ini, BI mungkin lebih fokus pada stabilisasi rupiah," ujar Lionel Priyadi, analis Mega Capital Sekuritas, dalam catatannya.

    BI mungkin memilih untuk tidak mengambil risiko dengan menunggu keputusan dari The Fed sebelum membuat langkah besar, mengingat penguatan dolar AS dapat mempengaruhi nilai tukar rupiah dan stabilitas ekonomi domestik.

    Jadi dapat disimpulkan bahwa kemungkinan bagi Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga, terbuka lebar. Penyebabnya adalah deflasi yang terjadi selama empat bulan berturut-turut dan hampir mendekati rekor.

    Walau begitu, BI tetap bersikap hati-hati lantaran Federal Reserve atau the Fed belum mengumumkan penurunan suku bunga yang dijanjikan akan terjadi pada September 2024. Bisa jadi, usai Jerome Powell membacakan keputusan besaran penurunan suku bunga AS, dalam waktu kurang dari 24 jam atau kemungkinan lebih dari itu, BI akan menyusul melakukan hal yang sama.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79