Logo
>

Dolar AS Melemah Tipis di Tengah Data Ekonomi yang Tangguh

Dolar AS melemah tipis terhadap yen, euro, dan franc Swiss, namun tetap catat kenaikan mingguan kedua beruntun berkat data ekonomi AS yang kuat dan ekspektasi Fed.

Ditulis oleh Yunila Wati
Dolar AS Melemah Tipis di Tengah Data Ekonomi yang Tangguh
Ilustrasi seorang petugas menghitung dolar. Foto: dok KabarBursa.com

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Dolar Amerika Serikat bergerak melemah pada perdagangan Jumat, 26 September 2025, namun tetap berada di jalur untuk mencatat kenaikan mingguan kedua beruntun. 

    Kekuatan data ekonomi AS yang solid terus mendukung daya tahan greenback, meski rencana pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve masih membayangi arah pergerakan.

    Perdagangan mata uang global diwarnai dinamika menarik menjelang akhir pekan. Dolar AS melemah 0,21 persen terhadap yen Jepang menjadi 149,48, tetapi tetap menorehkan penguatan mingguan kelima beruntun dan diperdagangkan dekat level tertinggi sejak awal Agustus. 

    Penguatan berkelanjutan terhadap yen menunjukkan pasar masih memberi premi pada daya tahan ekonomi AS meski ketidakpastian kebijakan moneter tetap tinggi.

    Terhadap euro, dolar melemah 0,31 persen ke level USD1,1701. Namun, mata uang tunggal Eropa itu tetap berada di jalur penurunan mingguan setelah sebelumnya menikmati reli tiga pekan berturut-turut. 

    Hal ini mencerminkan diferensial suku bunga yang makin menyempit seiring meredanya ekspektasi agresif pemangkasan suku bunga The Fed.

    Dolar index, yang mengukur performa greenback terhadap sekeranjang mata uang utama, turun 0,33 persen ke 98,17, tetapi masih mencatat kenaikan mingguan kedua. Tekanan jual dolar lebih bersifat teknikal, sementara fundamental masih kokoh setelah data domestik kembali melampaui ekspektasi. 

    Konsumsi pribadi AS naik 0,6 persen pada Agustus, lebih tinggi dari estimasi 0,5 persen. Sementara, inflasi berbasis PCE meningkat 0,3 persen sesuai konsensus. Data ini menegaskan resiliensi ekonomi AS, meski pada saat bersamaan mengurangi urgensi pemangkasan suku bunga yang terlalu cepat.

    Dari sisi imbal hasil obligasi, yield tenor dua tahun turun tipis 1,8 basis poin ke 3,645 persen. Pergerakan ini mencerminkan penyesuaian kecil terhadap ekspektasi pasar. 

    CME FedWatch Tool kini memperkirakan probabilitas pemangkasan suku bunga 25 basis poin pada pertemuan berikutnya berada di 89,8 persen, turun dari hampir 92 persen sepekan lalu. Hal ini menegaskan bahwa data ekonomi yang lebih kuat dari perkiraan membuat investor sedikit menahan diri dalam memproyeksikan langkah lanjutan The Fed.

    Sentimen pasar juga dipengaruhi oleh komentar pejabat The Fed. Presiden Fed Richmond Thomas Barkin, menyebut risiko inflasi maupun pengangguran besar masih terbatas sehingga bank sentral punya ruang menyeimbangkan kedua mandatnya. 

    Sementara itu, Wakil Ketua Michelle Bowman menegaskan bank sentral sudah mendekati target inflasi 2 persen dan perlu bertindak tegas memotong suku bunga untuk mencegah pelemahan pasar tenaga kerja. 

    Divergensi pandangan ini memberi warna tambahan pada arah kebijakan, sekaligus menjadi faktor yang menahan volatilitas dolar.

    Di luar yen dan euro, dolar juga melemah 0,23 persen terhadap franc Swiss ke 0,798. Kendati turun harian, greenback tetap mampu menutup pekan dengan kenaikan setelah enam pekan berturut-turut melemah terhadap mata uang Swiss. 

    Ini memperlihatkan perubahan sentimen investor yang kini kembali memandang dolar sebagai aset relatif lebih aman di tengah ketidakpastian global.

    Secara keseluruhan, dolar AS masih menunjukkan ketangguhan di tengah kondisi global yang kompleks. Pelemahan tipis di sejumlah pasangan mata uang lebih disebabkan faktor teknikal dan aksi ambil untung menjelang akhir pekan. 

    Namun, data fundamental yang solid, mulai dari pertumbuhan PDB kuartal II sebesar 3,8 persen hingga konsumsi pribadi yang lebih tinggi dari perkiraan, tetap menjadi pendorong utama penguatan mingguan greenback. 

    Arah dolar dalam jangka pendek kini akan sangat ditentukan oleh laporan tenaga kerja AS yang akan dirilis pekan depan, yang berpotensi menjadi katalis baru bagi ekspektasi kebijakan The Fed dan arah pergerakan mata uang global.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79